🍁
"Makan sampe habis! Jangan sampe lo muntahin makananya!" perintah Mia.
"Awas aja kalau lo berani muntahin makanannya, gue pastiin lo bakal dipecat," ancam Mia.
Aleta berusaha menghabiskan makanannya walaupun beberapa kali ia ingin sekali memuntahkan makanannya karena rasanya benar-benar tidak karuan.
Mia tersenyum lebar saat melihat Aleta sudah menghabiskan makanannya. "Nah gitu dong, bagus lo udah habisin makanannya jadi lo gak bakal dipecat," ujar Mia.
"Makanan itu emang cocok banget sih buat orang miskin kaya lo, lo kan sampah jadi pantes makannya juga sampah," remeh Mia.
Aleta hanya diam, ia tidak berniat menyahuti ucapan Mia. Aleta sudah terbiasa diperlakukan seperti ini yang ia bisa hanya terus bersabar.
Mia berdiri dari duduknya lalu ia pergi meninggalkan Aleta yang masih terdiam.
Mia menghampiri salah satu pelayan. "Mba, yang bayar makanan saya orang itu ya. Kalau dia gak mau bayar pecat aja dia Mba," Mia menunjuk ke arah Aleta.
Mia tersenyum lebar. "Gue seneng ngeliat lo menderita," gumam Mia.
Aleta melihat Mia sudah keluar dari cafe. Aleta berdiri, ia berniat kembali berkerja.
"Aleta," panggil Ayu mendekati Aleta.
Aleta menoleh. "Ada apa Mba?" tanya Aleta.
"Aku gak habis pikir deh sama kamu, kamu tuh cuma pelayan ngapain coba sok-sokan nraktir orang segala," cetus Ayu.
"Sadar diri dong kamu cuma pelayan! Pelayan aja belagu banget!" kesal Ayu. Ayu tidak habis pikir dengan Aleta, kenapa dia nraktir orang lain sementara dirinya sedang butuh uang.
Aleta mengerutkan kening bingung, ia tidak mengerti apa yang Ayu sedang bicarakan. "Maksud Mba apa ya?" tanya Aleta bingung.