🍁
Sudah seminggu Aleta terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dia masih koma. Selama Aleta koma, Alvaro selalu berada di samping Aleta. Alvaro selalu menanti Aleta untuk membuka matanya.
Alvaro sudah memberi tahu Oma tentang keadaan Aleta. Saat mendengar cerita dari Alvaro mengenai Aleta Oma merasa sangat terpukul, dia merasa tidak bisa membahagiakan Cucu-Cucunya.
Alvaro mengelus punggung tangan Aleta, dia terus menatapi wajah Aleta. "Gue selalu nunggu lo buka mata Ta, gue kangen sama lo, cepat bangun dong," gumam Alvaro.
Oma memasuki ruang rawat inap Aleta. Oma menghampiri Alvaro yang sedang duduk di sebelah ranjang Aleta. "Alvaro," panggil Oma.
Alvaro menengok ke arah Oma lalu ia tersenyum tipis. "Oma, Oma harusnya hari ini gak kesini biar Alvaro aja yang jagain Aleta. Oma istirahat aja di rumah, kasihan juga Reyhan yang sendirian di rumah," ucap Alvaro lembut.
Oma mengelus rambut Alvaro pelan. "Maaf ya Nak karena Oma selalu merepotkan kamu. Makasih udah mau jagain Aleta, Oma senang Aleta bisa punya teman kaya kamu Nak," ucap Oma.
"Makasih karena udah mau jadi teman Aleta Nak, padahal tadinya gak ada yang mau temanan sama Aleta karena Aleta miskin. Ini semua gara-gara Oma yang tidak bisa membahagiakan Aleta dan Reyhan," terang Oma.
Alvaro menggenggam tangan Oma, ia juga memandang wajah Oma yang sudah terdapat banyak kerutan di wajahnya, Alvaro tahu Oma sudah bekerja keras untuk membahagiakan Aleta dan Reyhan.
"Oma gak boleh ngomong gitu, Oma udah berusaha buat Aleta dan Reyhan bahagia. Alvaro yang harusnya berterima kasih sama Oma karena Oma udah ngerawat malaikat baik seperti Aleta," terang Alvaro sambil tersenyum.
Hati Oma menghangat ketika Alvaro mengatakan semua itu, ia sangat bersyukur karena Aleta bisa bertemu dengan orang sebaik Alvaro.
Alvaro berdiri dari duduknya. "Oma pasti mau berduaan sama Aleta kan, kalau gitu Alvaro mau keluar dulu sekalian Alvaro mau beli makanan buat Oma," ucap Alvaro lalu ia melangkah keluar.