🍁
Alvaro mondar-mandir di depan ruang rawat inap Aleta, dia sangat mengkhawatirkan keadaan Aleta, dia berharap Aleta baik-baik saja. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Aleta.
Milka keluar dari ruangan Aleta, dia menghembuskan napas kasar. Milka mendekati Alvaro. "Alvaro," panggil Milka.
Alvaro menengok ke arah Milka, dia langsung bertanya tentang keadaan Aleta. "Dok, gimana keadaan Aleta? Dia baik-baik aja kan?" tanya Alvaro.
"Dokter ingin menyampaikan sesuatu sama kamu, ada berita baik dan buruk, berita baiknya adalah Aleta sudah sadar dari komanya," jelas Milka.
Alvaro tidak bisa menahan senyuman yang ingin terbit di bibirnya, Alvaro merasa sangat senang saat mengetahui Aleta sudah sadar dari komanya.
Milka tidak tega untuk menyampaikan berita buruknya pada Alvaro, terlihat sekali Alvaro sangat bahagia ketika mendengar Aleta sudah sadar.
Tapi ia harus menyampaikan berita buruk ini pada Alvaro. "Dan berita buruknya adalah Aleta mengalami kelumpuhan di kaki kanannya," jelas Milka pelan.
Senyum Alvaro luntur seketika, Alvaro sangat terkejut mendengar ucapan Milka. Ini seperti mimpi baginya, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri kenapa Aleta selalu mendapatkan penderitaan? Padahal ia ingin sekali melihat Aleta selalu bahagia.
Bahu Alvaro seketika lemas, tanpa sadar air matanya menetes. Dia tidak tega melihat Aleta harus mengalami semua ini. "Dokter pas-ti bo-ong kan, Aleta gak mungkin lumpuh Dok!" tanpa sadar Alvaro menaikan intonasi bicaranya.
Alvaro tidak bisa menyembunyikan rasa sedihannya, ini terasa menyakitkan baginya ketika melihat orang yang ia sayang selalu mengalami penderitaan.