🍁
Tanpa terasa Aleta sudah dirawat selama tujuh hari di rumah sakit. Luka bakarnya belum sembuh total ia masih kesulitan untuk menggerakan kedua tangan dan kakinya.
Alvaro selalu menjadi tangan bahkan kakinya. Alvaro selalu menyuapinya, menggendongnya, dan bahkan mau melakukan apapun untuknya tanpa mengeluh sedikitpun.
Kadang ia merasa tidak enak telah banyak merepotkan Alvaro, tapi Alvaro selalu ingin direpotkan olehnya, Alvaro mau melakukan apapun untuknya.
Aleta melirik ke arah pintu saat mendengar suara pintu yang terbuka. Aleta tersenyum tipis saat melihat Alvaro membawa makanan. "Ayo makan Ta," ajak Alvaro.
Alvaro membawa nasi goreng untuk Aleta dan untuknya. Alvaro membantu Aleta untuk duduk lalu ia mengambil karet gelang untuk menguncir rambut Aleta agar tidak menganggu saat Aleta makan.
Setelah mencuci tangannya Alvaro duduk di samping brankar Aleta lalu ia membuka bungkus nasi goreng itu. "Tangan lo masih susah digerakin Ta?" tanya Alvaro sambil meniup-niup nasi gorengnya agar tidak panas lagi.
"Masih Al. Rasanya sakit terus perih gitu kalau digerakin," jawab Aleta.
Alvaro menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulut Aleta. "Jangan dipaksain buat digerakin tangannya, kalau lo butuh sesuatu lo bilang aja ke gue," ucap Alvaro.
"Iya Al, makasih ya," ucap Aleta tulus.
Alvaro mengangguk tersenyum. Alvaro dan Aleta menghabiskan nasi goreng itu bersama-sama seteleh selesai memakan nasi goreng itu Alvaro mengelap bibir Aleta menggunakan tangannya.
"Aku pengen ke taman rumah sakit Al," pinta Aleta.
"Bentar, gue cuci tangan dulu," ucap Alvaro lalu ia memasuki kamar mandi di ruangan Aleta. Setelah selesai mencuci tangannya Alvaro kembali mendekati Aleta. "Yuk," ucap Alvaro.
Alvaro menggendong Aleta ala byrstle, untung saja punggung dan belakang kaki Aleta tidak terluka jadi ia tidak merasa khawatir Aleta akan kesakitan saat ia menggendongnya.
"Al, pake kursi roda aja," ujar Aleta ketika Alvaro melangkah keluar ruangannya sambil masih menggendong.