🍁
Cowok itu terkekeh pelan. "Gak usah gugup gitu akh. Santai aja, gue gak gigit kok. Nama gue Alvaro, lo bisa manggil gue Al," ujar Alvaro tersenyum tipis.
"Kayanya kita satu sekolah tapi gue belum pernah lihat lo sebelumnya. Hmm... Lo murid baru ya?" tebak Alvaro karena ia melihat ada logo sekolahnya di seragam sekolah Aleta.
"Iya, aku murid baru. Aku dapet beasiswa sekolah di sana," jelas Aleta pelan.
"Wah, lo hebat banget bisa dapet beasiswa. Sebelumnya belum pernah ada loh orang yang bisa dapet beasiswa di sekolah gue, mungkin lo orang pertama yang bisa dapet beasiswa di sekolah gue," jelas Alvaro bersemangat.
"Kalau gitu lo bareng gue aja ke sekolahnya, kebetulan gue bawa motor dan belum ada yang dudukin jok belakang motor gue," ajak Alvaro sambil menunjuk motornya yang ada di sebrang mereka.
Aleta tersentak saat Alvaro mau mengajaknya berangkat bersama, apa Alvaro tidak merasa malu? Aleta tidak pernah membayangkan akan bertemu orang sebaik seperti Alvaro. Aleta merasa tidak pantas jika harus duduk di atas motor Alvaro. "Gak usah, aku jalan kaki aja," tolak Aleta.
"Jalan kaki tuh cape, kalau telat gimana? Mending bareng gue aja yuk. Tenang aja, gue bukan orang jahat kok. Gak usah khawatir, gue gak bakal macem-macem sama lo. Gue gak nerima penolakan, pokoknya lo harus berangkat bareng gue," titah Alvaro.
Tanpa aba-aba Alvaro langsung menarik tangan Aleta ke arah motornya. "Udah yuk jangan kebanyakan ngelamun nanti kita keburu telat," ucap Alvaro.
Aleta melirik tangannya yang masih digenggam oleh Alvaro. "Apa dia gak jijik ya megang tangan aku? Aku gak nyangka bisa ketemu orang sebaik dia," batin Aleta tanpa sadar ia tersenyum tipis.
Alvaro melepaskan genggaman tangannya dari tangan Aleta lalu ia mengambil helm yang ada di atas motornya. "Nih pake, gue cuma punya satu sih tapi lo aja yang pake. Gue takutnya pas di perjalanan terjadi sesuatu terus lo terluka kan gue gak enak," jelas Alvaro.