🍁
Aleta mengerjapkan matanya beberapa kali, ia mencium bau khas rumah sakit. Aleta menegakkan tubuhnya, ia merasakan sakit di kepalanya.
Aleta melirik Milka yang berada di sampingnya yang sedang tertidur. Aleta mengulurkan tangannya mengelus pucuk kepala Milka. "Maafin aku Ma, aku bikin Mama repot lagi," ucap Aleta pelan.
"Ka Aleta!" Aleta tersenyum saat melihat Reyhan yang baru saja masuk ke dalam ruangannya, Reyhan segera mendekati Aleta dan memeluknya.
"Kaka gak papa kan? Maafin Reyhan ya karena Reyhan gak bisa jagain Ka Aleta. Jangan tinggalin Reyhan ya Ka, Reyhan cuma punya Ka Aleta sama Mama Milka," ucap Reyhan.
Aleta membalas pelukan Reyhan. "Iya Sayang, Kaka gak bakal tinggalin Reyhan. Reyhan juga jangan tinggalin Ka Aleta ya, dan jangan pernah terluka lagi," balas Aleta.
Aleta tidak sengaja melirik cincin yang berada di jari manisnya. "Cicin apa ini?" Aleta tidak pernah merasa kalau ia pernah memakai cincin.
"Dek, Ka Alvaro dimana?" tanya Aleta.
Reyhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia tidak tahu apakah ia harus memberitahukannya pada Aleta atau tidak. "Ka Alvaro... Koma Ka. Katanya jantung Ka Alvaro udah gak berfungsi lagi, sekarang Ka Alvaro pake alat bantu jantung, kalau alat itu dilepas... Ka Alvaro gak bakal selamat Ka," jelas Reyhan pelan.
Aleta menutup mulutnya tidak percaya dengan ucapan Reyhan, seketika bahu Aleta melemas. Aleta menarik infus yang terpasang di tangannya agar terlepas lalu ia berlari keluar ruangannya.
"Ka Aleta!" teriak Reyhan, Reyhan segera mengejar langkah Aleta.