Apa yang kulihat adalah lorong sempit dengan dinding yang berwarna-warni dan berdenyut. Tubuhku melayang mengikuti arah angin yang menuju ke sebuah titik hitam di hadapanku. Aku tidak bisa menentukan arah di tempat ini. Sekujur tubuhku kaku sampai-sampai aku tidak dapat menggerakkan jariku sendiri.
Tiba-tiba saja aku terjerembap di tanah berumput. Aku membuka mata perlahan sambil meringis kesakitan. Rasanya seperti aku baru saja jatuh dari ketinggian lima meter tanpa ada ancang-ancang. Setelah mengedipkan mata berkali-kali, aku berusaha bangkit berdiri. Pepohonan yang lebat mengelilingi tempatku berdiri. Kemudian kulihat Myedus berdiri tidak jauh dariku. Sepertinya makhluk itu tidak merasa sakit seperti aku karena dia sempat mengambil ancang-ancang untuk mendarat.
“Kalian akan terus berada disini lalu rencana kami pun lancar. Hahahahaa...” teriaknya sambil melarikan diri dengan sangat cepat.
Tunggu! Kalian??
“Pergilah, makhluk aneh!” balas seorang laki-laki.
Spontan aku menoleh.
“ARAN?? Kenapa kau ikut kemari?!” bentakku dengan heran, jengkel, juga sedikit marah.
“Tanganku tidak sengaja menangkap ekornya. Sekarang aku merasa menyesal,” bantahnya.
“Sekarang lebih baik pikirkan bagaimana cara kita keluar dari sini!” tambahnya.
“Aku, aku juga tidak tahu,” jawabku jujur.
“Kau bukannya bisa teleportasi?” tanyanya.
“Aku tak bisa melakukannya bila aku tidak tahu sedang berada dimana atau aku belum pernah mengunjungi tempat tersebut,” terangku.
“Kalau begitu, tanya saja orang sekitar,” sarannya.
“Masalahnya, ini adalah dunia tengah. Semua makhluk yang ada disini adalah makhluk gaib. Kalau ada manusia seperti kita pasti adalah sebuah kesalahan,” terangku.
“Coba saja. Makhluk ekor ular tadi bisa berbicara, kan? Kita menyamar saja menjadi makhluk gaib,” usulnya.
“Hm, ide bagus. Ayo kita menyamar sekarang juga! Aku sudah lama ingin menyamar,” ungkapku senang.
“Bisa juga kau main-main dalam keadaan seperti ini?” ucap Aran kesal.
“Kau sendiri terlalu santai untuk situasi ini!” ungkapku menangkis perkataannya.
“Aku bisa menyihirmu menjadi setengah hewan,” saranku.
“Bisa kembali lagi?” tanyanya curiga.
“Ya iyalah!” seruku kesal.
“Coba dulu ke dirimu sendiri!” perintahnya.
“Oke!!” jawabku ketus.
Aku mengangkat kedua tanganku ke arah langit. Lalu aku menutup mata dan berkonsentrasi penuh untuk mengubah wujudku. Dari kedua telapak tanganku, muncul semacam gas berwarna lavender. Gas tersebut adalah perwujudan Tsa dalam bentuk gas, disebut Atsa. Atsa turun dari tanganku dan menyelimuti seluruh tubuhku. Aran menyaksikan perubahanku dengan sangat serius. Ketika Atsa akhirnya menyusut dan menghilang dari tubuhku, aku sudah berubah wujud menjadi sesuatu yang kuinginkan.
“Pfft..”
Aran terlihat berusaha untuk menahan tawanya
“Apanya yang lucu?” tanyaku kesal.
Aran masih saja memalingkan wajahnya dariku dan tertawa kecil di tempatnya.
“Kau mau diubah juga atau tidak?” tanyaku ketus.
“Ya. Tapi tidak menjadi manusia anjing sepertimu.”
Tanpa menunggu lama aku langsung berjalan ke hadapan Aran. Kuangkat tanganku ke arah badannya. Seketika itu juga Atsaku keluar dari tanganku dan perlahan menyelubungi tubuh Aran. Kuubah wujudnya menjadi seperti wujud yang kubayangkan. Akan kubuat seaneh-anehnya.