Safis

Shin-Shin
Chapter #21

Hari-hari yang Damai

“Oracle, tolong ramalkan nasibku! Kumohon...”

“Hei! Kau kesini hampir setiap hari!”

“Minggu ini kami ujian kenaikan tingkat, Oracle. A.. Aku takut sekali..”

“Dasar! Berhentilah bergurau, Vyen!”

Aku menjitak pelan kepala Vyen. Dialah pasienku yang paling sering mengunjungiku, meski sebagian besar kunjungannya hanya untuk menceritakan apa yang ia alami pada hari itu. Bukannya aku tidak suka, aku justru senang. Tapi dia seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu dengan kekasihnya daripada aku.

“Akia, sebenarnya...” mulai Vyen. Sepertinya ini kabar besar.

“Apa?”

“Wiluto melamarku semalam.”

“Apa? APA? WILUTO? Mustahil!” sanggahku tak percaya.

“Kenapa? Kami sudah dua tahun pacaran, kan? Aku ingin kau merestuiku, Akia,” ucapnya ceria.

“Tapi, dia itu orang paling pendiam dulu. Eh, kenapa aku? Kau pikir aku ini ibumu?” jawabku pura-pura tak acuh.

“Kau itu selingkuhanku. Hahahahaaa...” serunya bahagia.

“Seenaknya! Kalau begitu, selamat ya? Wiluto adalah laki-laki yang dapat diandalkan”

“Ya! Dia juga sangat romantis.”

“Kapan upacaranya?

“Belum ditentukan. Yang pasti tahun ini.”

“Ada yang bisa kubantu?” tanyaku tulus.

“Ada! Hanya kau yang bisa melakukannya,” tukasnya.

“Apa itu?”

“Ng.. Aku ingin kita mengadakan upacara ikatan itu bersama,” jawabnya sambil tersenyum jahil.

“Bodoh!” Kujitak kepalanya.

“Hahaha...,” tawanya kencang. “Sudah tengah hari. Aku pulang ya?”

“Oke!”

“Jangan lupa ya? Sesuatu yang hanya kau yang bisa melakukannya.” Vyen terlanjur melarikan diri sebelum aku membalasnya.

Aku duduk lagi di singgasanaku, yang adalah bangku kayu sederhana dengan meja berbentuk bulat dan sebuah bola kristal di atas meja tersebut di depanku. Sehari-hari kerjaanku hanya melamun di depan bola ini. Sesekali berjalan-jalan ke rumah-rumah warga. Mudah tapi membosankan juga. Tanpa sepengetahuan Atharon aku sering berlatih sendirian di halaman belakang rumahku.

Oh ya! Sebenarnya aku sudah menjadi Oracle di Safis sejak setahun yang lalu, tepatnya dua tahun sesudah aku lulus dari akademi. Aku berlatih dengan Oracle Aly yang sudah tua itu selama setahun. Guruku itu memujiku sebagai pelajar tercepat sepanjang sejarah. Sebaliknya, menurutku pelajaran menjadi Oracle tidak sesulit di Akademi.

Karena sudah menjadi Oracle, aku diberi hak untuk menempati rumah ini. Bukan rumah bekas Oracle Aly. Rumah-rumah disini khusus untuk Oracle, Atharon, dan semua ketua Divisi. Vaya tidak mau ikut tinggal disini bersamaku. Alasannya adalah sudah sangat menyukai Asrama Safis. Bahkan ia bermaksud diam disana sampai akhir hayat.

Apakah hidupku berjalan lancar selama dua tahun ini? Sama sekali tidak. Aran, juga Lana, tak pernah kulihat dan menghubungiku lagi. Devas menepati janjinya. Ia tidak pernah mau menyerah mau berapa kali pun aku menolaknya. Akhirnya aku selalu menghindarinya karena membuatku repot.

Beda lagi dengan Atharon dan Vaya, orangtua angkatku itu. Tidak pernah berusaha keluar dari kesimpulan lamanya. Malahan mereka pernah menyarankanku pergi ke Markas Nefelodis. Hei! Harga diriku ini tinggi. Enak saja laki-laki menjengkelkan itu dikunjungi. Sampai mati juga aku takkan melakukannya. Lagipula setahuku luka bisa dikubur dan masih banyak ikan di lautan sana.

Vyen sendiri resmi menjadi kekasih Wiluto tepat saat upacara kelulusan angkatan kami. Vyen pernah membahas Aran di satu kesempatan. Melihat responsku, ia tak pernah lagi berusaha mengungkit masalah itu.

 

Lihat selengkapnya