Di saat pikiran penat, kalut dan juga sedang mengalami mood buruk. Senja selalu main ke tempat kos temannya Faradilla. Penat sungguh bisa membunuhnya perlahan. Hembusan angin rindang pohon mangga tak bisa menyejukkan sanu bari. Ah Senja rasa jika kabur bisa ia lakukan. Pastilah ia memilih jalan itu.
“Mamah gue nikah. Perjodohan gue tetap di lanjut!”
Fara menajamkan telinga. Di jodohkan di saat mereka akan keluar dari zona mahasiswa. Rasanya begitu menyebalkan. Kita mau lulus terus kerja, tiba-tiba disodorkan undangan pernikahan.
“Kenapa lo gak nolak?” tanyanya sambil mengucek pakaian yang kini berbusa banyak.
“Nyokap mau nikah, gue lebih baik keluar dari rumah mungkin dengan cara nikah.” Fara membanting sikat cucian karena tak suka nada bicara temannya yang terdengar putus asa.
“Lo itu gak jelek, lo pinter, lo punya masa depan yang gue bisa jamin bakalan indah. Berhenti lo mikirin bakal nikah. Semoga aja cowok yang dijodohin sama lo nolak!”
“Semoga aja. Btw gue suntuk, ntar malam keluar cari angin. Gue bosan di rumah terus. Pinginnya sih jalan-jalan tapi lo malah nyuci pakaian.” Fara mendapat hadiah potongan uang saku karena nilainya jeblok. Jadinya ia hemat nyuci baju sendiri, gak pakai jasa binatu atau laundri kiloan.
“Lo salah ngajak gue. Gue mau jalan-jalan tapi gak ngeluarin uang banyak. Lo tahu gue bokek. Ortu gue tega banget. Apa gue anak angkat ya sebenarnya?” Fara selalu begitu karena sahabatnya ini merasa selalu diperlakukan berbeda. Kakak Fara yang pintar selalu di unggulan sedang Fara selalu di nomer duakan.
“Jalan-jalan tapi gak ngabisin duit itu ke mana?”
Fara memutar otak mulai mengurutkan tempat nongkrong yang asyik tapi minim dana. Dia jadi ingin ke suatu tempat, untuk melihat seseorang. “Gue tahu tempat nongkrong asyik tapi hemat.”
“Ke mana?”
“Ah udah ngikut aja!” Fara akan mengajak Senja ke suatu tempat yang sahabatnya tak akan duga. Tempat banyak berkumpulnya anak laki-laki yang mengendarai motor dan melakukan balapan liar
**
Brem ... brem ... brem ...
Suara motor balap yang sedang di setel gasnya memekakkan telinga. Asap yang keluar dari knalpot memenuhi udara di arena balap liar. Senja bisa kehabisan nafas kalau terlalu lama di sini sedang Fara malah manggut-manggut karena suara berisik motor bercampur musik pop serta rap yang enak di nikmati telinga
“Ra, kita pulang yuk. Di sini banyak anak cowok.” Senja tak terbiasa di kelilingi laki-laki apalagi laki-laki yang memakai jaket kulit dan juga menyalakan rokok.
“Tunggu, gue belum lihat balapannya. Jagoan gue malam ini mau terjun langsung di arena balap.” Jagoan Fara juga siapa? Di sini laki-laki hampir bermuka sama, sama-sama muka berandal. “Ituh ... itu jagoan gue. Troy ... ya ampun cakep banget sih.”