"SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA SENJA HAULA BINTI PRASETYA DHARMA DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI,” ucap Saga mantap dengan satu helaan nafas.
"Saksi sah?... sah?"
"SAH". Terdengar kata sah diucapkan serempak oleh para tamu. Kemudian doa pernikahan mulai di lantunkan. Sekarang Saga dan Senja sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Pernikahan mereka hanya di hadiri dan kerabat terdekat saja.
"Ini terakhir kali papah ke sini dan jadi penjamin kamu!" Ancaman Hermawan hanya di jadikan dengusan lirih. Saga tak merasa bersalah sama sekali. Ayahnya berkata seperti itu dulu dan kini buktinya ayahnya juga kemari.
"Oke pah. Temen-temen Saga juga jangan lupa." Hermawan menggeleng pelan sambil menahan wajahnya yang berwarna merah padam. Ia tentu marah sekali dan sikap Saga yang suka tawuran, membuatnya pusing tujuh keliling.
"Boleh. Temen-temen kamu akan papah bebasin tapi dengan satu syarat."
"Apa pun syaratnya Saga sanggup." Paling juga syaratnya cepat lulus atau nilainya ditambah. Saga akan bilang iya walau kenyataannya, nilainya akan tetap sama. Bilang saja nanti sudah nasib dapatnya segitu .
"Kamu menikah dengan Senja!" Saga langsung kaget, ia sampai mundur ke belakang beberapa langkah. Menikah tak pernah terbesit di dalam agenda hidupnya.
"Papah gila. Saga gak mau."
Hermawan dengan tenang memasukkan tangan di kantong saku celana. "Gak mau? Berarti kamu mendekam di penjara dalam waktu cukup lama. Bukan cuma kamu tapi teman kamu juga." Saga mencengkeram rambutnya yang gondrong. Ia sekarang yang pening tujuh keliling. Pilihannya hanya dua, di penjara dalam artian sebenarnya atau di penjara dalam talian pernikahan.
Saga mengambil opsi terakhir. Maka kini ia duduk bersanding dengan gadis asing bernama Senja di panggung pelaminan kecil, bersalaman dengan kerabat dan para tetangga yang hadir. Ya ampun Saga masih sangat muda untuk menikah. Bukan hanya Saga yang merasa lemas Senja juga. Ia kira Saga akan membatalkan acara perjodohan mereka tapi kenyataannya seminggu lalu keluarga pria itu datang ke rumah untuk melamarnya. Senja yakin setelah ini hidupnya tak akan sama lagi. Rumah Saga terlalu besar dan juga megah. Ia merasa tak pantas tinggal di sini.
**
Hari sudah berganti malam, Senja baru saja selesai sholat isya. Ia memanjatkan doa supaya kehidupan pernikahannya kelak tak ada aral melintang yang besar. Dan semoga ia sanggup menghadapi malam pertama. Ah ingat itu Senja jadi malu dan tertekan. Tapi ia di paksa menengok ketika mendengar krasak-krusuk di belakang tubuhnya. "Kamu mau ke mana Ga?"
"Gue pergi. Jangan ngadu ke bokap!"
Pergi ke mana malam-malam begini. Dengan memakai jaket jeans robek dan juga sarung tangan karet. Perginya juga jangan bilang-bilang. Tapi syukurlah Saga tak meminta jatah malam pertamanya. Jujur Senja tak siap atau memang tak pernah akan siap.
"Ga ...." Baru saja ini memanggil tapi Saga sudah hilang dengan melompat jendela kamar mereka. Gila suaminya ini seorang pembalap atau maling sih. Ah masa bodoh, malam ini Senja bisa tidur dengan nyaman karena kasur hanya miliknya seorang.