"Bagus Senja, skripsi kamu mengalami banyak kemajuan," ucap Pak Hardi, dosen pembimbingnya." Semoga tahun ini kamu bisa ikut wisuda."
"Amien Pak." Senja tersenyum. Kesempatannya menjemput gelar sarjana terbuka lebar. Ia akan memakai kebaya dan toga yang cantik. Rasanya tak sabar menanti hal itu terjadi.
Saat Senja keluar ruangan dan berjalan dengan gembira. Ia sampai tak menghiraukan orang yang berlalu lalang sambil mencuri memandangi wajah manisnya. Tanpa Senja sadari seseorang yang paling ia tak ingin temui sudah menunggu di depan ruangan kelas.
"Apa kabar Senja?"
"Vano." Senja sedang malas berdebat, ia memilih berbalik pergi. Toh ia tak mau jika moodnya yang baik akan berubah buruk.
"Senja, tolong kamu berhenti sebentar. Aku mau ngomong sesuatu!" Senja tak berhenti, ia malah mempercepat langkah malah setengah lari. Rayuan Vano harus ia hindari. Cukup sekali ia di sakiti jangan ada lagi yang kedua kali.
"Aku minta maaf soal kesalahanku dulu!" Dan ungkapan dengan suara keras itu membuat Senja berhenti seketika
"Aku udah memaafkan kamu, tapi melupakan perbuatanmu belum. Jadi aku mohon setelah ini sebaiknya kita gak usah ketemu." Senja memantapkan langkah untuk berbalik lalu berjalan cepat meninggalkan Vano. Vano hanya masa lalu kelamnya. Vano hanya kisah cinta pertama yang gagal, berakhir meninggalkan luka dan membuatnya jera untuk jatuh cinta lagi.
Senja berjalan dengan tergesa-gesa sampai sapaan dari suaminya, Saga tak ia respon. Jadilah Saga seperti orang bodoh melambaikan tangan tanpa ditanggapi.
"Hahahahahah," Tawa menggema keluar dari kedua teman Saga, Angga dan Gio
"Itu bini baru lo kan?"
"Katanya gak cantik kalau gak jadi pacar Saga tapi sama bininya dicuekin." Mereka berdua benar-benar puas melihat perlakuan Senja. Sekali-kali Saga perlu diberi pelajaran agar kepercayaan diri yang setingkat dewa itu luntur dan tidak mengaku sok tampan terus.
"Katanya bisa dapetin cewek mana pun, sama bini sendiri gak dianggap. Jangan-jangan lo belum ngicipin malam pertama ya?" Sialan tebakan kedua temennya itu bener, muka Saga langsung berubah merah padam.
"Boro- boro malam pertama, tidur seranjang aja enggak."
"Ah cewek kayak Senja itu jinak-jinak merpati, kalo di luar jual mahal," ujar Saga sok playboy, sok tahu isi hati perempuan. "Kasih gue waktu satu sampai dua bulan buat bikin bini gue jatuh cinta."
Kedua temannya itu melirik sebentar ke arah Saga, "Haha Kayaknya Senja bukan cewek yang gampang didapetin deh."
"Halah semua cewek sama aja, dibaikin pasti juga bakal jatuh cinta. Berani taruhan?"
"Hati bukan mainan."
"Bilang aja lo berdua takut. Kalo gue gak berhasil bikin Senja jatuh cinta. Omset bengkel motor sama cucian motor setahun buat kalian semua. Gimana?" Mereka berpikir. Boleh juga omset bengkel kan akhir-akhir ini lumayan. Bagi Saga pemasukan bengkel cuma uang receh.
"Deal ya?? Lo gak boleh bohong loh". Saga menerima tantangan kedua temannya membuat istrinya jatuh cinta dalam kurun waktu 2 bulan.