Saga mulai mendekatkan diri pada Senja. Biasanya saat malam ia akan keluyuran sekarang Saga mencoba tidur di rumah. Ia heran kenapa sang istri berlama-lama menatap layar laptop.
"Nja, malem-malem masih kerjain tugas aja. Gak niat bikin pahala gituh, nyenengin suami." Tubuh Senja menegang. Apa itu hal yang menyenangkan suami dan dapat pahala kalau bukan.. ah Senja lebih baik pura-pura tuli.
"Nja...," panggil Saga lembut yang membuat bulu kuduk istrinya berdiri. Saga membuatnya heran. Kadang bersikap baik, kadang bersikap cuek kadang pula bersikap jahat. Kepribadian yang tak mudah di tebak.
"Nja ... kalau dipanggil suami nyahut dong! Ambilin gue minum, gue haus." Saga ke mode suka memerintah.
Senja bergegas mengambil gelas dan mengisinya dengan air mineral di dalam galon lalu menyodorkannya pada sang suami yang ada di atas ranjang mereka. "Ini airnya." Senja ini kembali mengerjakan skripsi tapi Saga malah menahan tangannya agar tak pergi.
"Temenin gue, tidur di sini aja," pintanya sambil menepuk ranjang kosong sebelahnya. Ini langkah pertama yang diambil Saga untuk mendekati istrinya. Semakin cepat Senja bertekuk lutut semakin cepat dia menang. Hadiah taruhan bukan hal yang utama, harga dirinya sebagai penakluk wanita yang dipertaruhkan di sini.
"Kerjaanku belum selesai."
"Bawa aja laptopnya ke sini. Lo bisa kan kerjainnya di sini sama gue." Semua gadis gak bisa di kasarin apalagi di bentak. Betul kan ucapannya, Senja mengambil laptop dan duduk di sampingnya.
"Loe nulis apa sih serius amat?" tanya Saga yang kini sudah memiringkan kepala, bersandar pada bahu sang istri. Di perlakukan begini, Senja risih. Jarak mereka begitu dekat.
"Saga ... Kepala kamu berat." Di hempaskan kepala Saga supaya menjauh. Dasar istri kaku, di ajak romantisan gak bisa.
"Gue pusing, pinjam bahu Lo buat senderan. Biasanya kalau kepala gue pusing, suka dipijitin mamah." Ah Saga si anak mami. "Sekarang kan aku punya istri jadi gak mungkin minta ke mamah lagi."
"Tapi kan aku lagi ada kerjaan Ga. Tanganku gak Nganggur."
"Ngerjain apa? Sampai bab berapa?" Saga melirik ke arah layar laptop yang berisi tulisan kecil-kecil. Ah ternyata bahan skripsi Senja sudah sejauh ini. Ia kalah cepat. "Ngapain sih cepet-cepet lulus? Punya target apaan sih?" Saga nyatanya usil, ia menscroll layar laptop hendak mencari tahu. Materi skripsinya matang sekali.
"Singkirin tangan kamu Ga. Materi aku bisa ilang!" Karena mendapat respon menyebalkan, Saga yang merasa kurang di perhatikan malah menyingkirkan laptop Senja dari pangkuan gadis itu lalu menggantikannya dengan kepalanya.
"Pijitin kepala gue pusing."
"Tapi skripsi aku ....."
"Dosa gede bantah kata suami." Peringatan Saga membuat Senja tak berkutik. Pasalnya ia paham betul soal agama. Jadinya menurut saja, semakin cepat Saga tertidur semakin ia bisa melanjutkan Pekerjaannya. Senja pikir sekarang kan ia jarang kuliah, apa sebaiknya ia bekerja saja?? Dari pada waktunya terbuang sia-sia. Mungkin ia akan minta tolong kepada Farah supaya dicarikan Pekerjaan yang cocok.
**
Jam baru menunjukkan pukul 5 pagi saat Saga membuka sedikit matanya. Ia menepuk ranjang sebelah, eh kok kosong. Senja ke mana?
Matanya membuka sempurna, ia mencari sosok istrinya. Mata sayu Saga menangkap pemandangan yang indah. Seorang perempuan itu tengah bersujud sambil mengenakan mukena. Hati Saga bergetar hebat, ia si brengsek yang tak pernah ibadah bahkan lupa surat al fatehah. Mendapatkan istri solehah. Apa pantas?
Saat Senja selesai menunaikan shalat subuh, Saga sudah duduk bersila di sampingnya. "Kok shalat gak ngajak ngajak? Gue kan pingin jadi imam!"
"Besok aku bangunin kamu, habis aku gak pernah lihat kamu shalat." Sindir Senja telak. Saga juga lupa kapan terakhir dia shalat wajib. Eh Jumat kemarin ia juga shalat berjamaah di masjid kampus.