"Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh, maka peganglah erat-erat."
-Umar Bin Khattab-
Viga mempercepat langkahnya tak ingin tersusul Ali yang sudah berhasil menghancurkan moodnya. Langkahnya baru terhenti tatkala ia sampai didepan kelas, Viga menghela nafas memperhatikan teman-temannya dari luar, ragu itu kembali menyeruak.
Bagaimana jika teman-temannya melakukan hal sama seperti yang Ali lakukan, bagaimana jika mereka menertawakan atau bahkan mencemoohnya, Viga memandangi kerudungnya hatinya bergetar, ia terus bertanya dalam hati apakah memang ia tak pantas untuk berubah.
“Viga,” Seseorang memanggil namanya membuat Viga terkesiap, Viga terdiam sejenak sebelum menoleh
“Eh khadijah,” Sapa Viga ragu kala mendapati seorang wanita dihadapannya
“MasyaAllah, kamu pake hijab Vig?” Wanita bernama Khadijah itu memandangi Viga.
“Gak pantes ya?” Viga nyengir,
“Eh Gak kok, justru kamu jauh lebih cantik.” Ucapnya,
Viga tersentuh memandangi Khadijah, paras wanita wanita dihadapannya jauh lebih cantik dari Viga dan ia sudah lebih dulu menutup keindahannya dengan jilbab panjang yang menjulur menutup setengah tubuhnya, Khadijah wanita berparas manis, yang tak hanya teduh dipandang namun juga lembut dalam bertutur kata.
“Bisa aja, bantu aku istiqomah yah.” Khadijah tersenyum.
“InsyaAllah, kita sama-sama belajar ya.” Khadijah merangkul Viga, hilang sudah semua ketakutan didalam dadanya.
Semula, Viga sebenarnya tak terlalu dekat dengan Khadijah, namun perlahan kepribadian Khadijah menarik hatinya, Viga senang berdiskusi dengan Khadijah sifatnya yang ramah, lembut, senang membantu, dan memiliki pengetahuan yang luas membuat Viga nyaman berteman dengan Khadijah, keduanya akhirnya menjadi sahabat.
Dan demikian bertemu dengan Khadijah selalu berhasil membuat hati Viga terasa tentram, tak hanya itu Viga pun merasakan dukungan yang besar dari teman-teman sekelasnya, tidak ada yang menertawakan atau bahkan mencela semuanya memuji dan mendukung Viga untuk menutup aurat, Viga merasa begitu lega dan ia benar-benar yakin dengan hijrahnya.
“Emang dasar si Ali doang yang toxic.” Gerutu Viga dalam hati.
Viga mendengus sebal sebetulnya yang menertawakan Viga dikampus ini hanya Ali, tapi entah mengapa satu saja orang seperti Ali sudah sangat membuat mentalnya terguncang.
“Oh iyah Khadijah Aku duduk deket kamu yah.” Viga bergegas begitu melihat Ali datang kali ini Viga benar-benar ingin menghindari Ali.
“Oh jadi lo ngambek nih pindah tempat duduk.” Seru Ali.
“Suka-suka gue lah mau duduk dimana, bosen gue duduk deket lo mulu.” Balas Viga ketus.
Viga dan Ali memang seringkali duduk berdekatan, walau sebenarnya selama itu pun mereka malah sering berdebat membuat dosen dan teman-temannya pusing karena tingkah keduanya.