—Vigli.Story—
Semenjak kembalinya dari Perpustakaan perasaan Viga jadi tak karuan, ternyata ia tidak bisa menepis semua fikiran negatifnya, Viga terus menggerutu dalam hati kenapa Ali harus ke perpustakaan bersama Aprilia, kenapa Ali tidak menghampiri dirinya atau Khadijah atau teman-temannya yang lain.
Dari sekian banyak wanita entah mengapa dengan Aprilia justru membuat Viga khawatir, terlebih lagi kini Viga tak bisa sedekat dulu lagi dengan Ali. Viga terdiam, ingatannya sejenak memutarkan memori kedekatannya bersama Ali, ia mulai merindukan saat-saat ia bersama Ali, ada perasaan takut yang tak bisa ia jelaskan.
Disudut lain, Ali baru saja memasuki kelasnya ia datang sekembalinya dari Perpustakaan, Aprilia menyusul beberapa menit kemudian. Saat memasuki kelas pandangan Ali langsung tertuju pada Viga. Ali memperhatikannya sejenak, Viga masih tak menyadari kedatangannya.
“Woyyyy!!!” Ali menggebrak meja Viga membuat Viga terperenjat kaget bangun dari tempat duduknya, Ali tertawa terbahak-bahak.
“Ali, kebangetan lo yah.” Viga hendak memukul Ali namun Ali berhasil menghindar, Viga lalu kembali terduduk.
“Lagian lo ngapain coba ngelamun mikirin apa hayoh, mikirin gue yah?” Ali mendekat wajahnya pada Viga
Tentu saja Ali hanya ngasal bicara namun tak bisa dipungkiri membuat Viga salah tingkah sebab itu Viga memang baru saja memikirkannya.
‘Plakkk’
“Gak usah kepedean.” Viga memukul wajah Ali dengan buku.
“Kebiasaan deh, muka ganteng gue lo tumplekin gitu rusak nih.” Gerutu Ali, Viga terkeukeuh menahan tawa.
“Lo gak mau balik ketempat duduk lo?” Tanya Ali, Viga sejenak melirik Aprilia, yang dilihat langsung peka.
“Oh iyah aku bisa pindah kok Vig.”
“Eh gak usah pril, gak usah kamu disitu aja. Aku udah bosen duduk disitu, apalagi deket dia.” Viga menatap Ali tajam.