Sahabat Bukan Mahram

Asih Ati
Chapter #6

Ruang Hati

Hari berganti, matahari kembali beranjak keufuk barat, namun hangatnya masih memeluk setiap sudut semesta. Beberapa perkuliahan telah usai, mahasiswa dan mahasiswi berlalu lalang disetiap sudut kampus.

Viga berjalan dikoridor hendak pulang, semua berjalan seperti biasanya, namun tidak dengan hatinya yang sedang tidak stabil setiap kali melihat Ali yang terlihat semakin akrab dengan Aprilia, Viga menyadari ini hanya proses perlahan hatinya akan kembali normal, dan itu yang selalu Viga tekankan setiap kali Ali dekat dengan seorang wanita, toh selama ini Alipun tak pernah benar-benar serius menanggapi setiap wanita yang dekat dengannya, tak ada yang benar-benar mampu membuat Ali jatuh cinta, terlebih saat ini Viga tengah berusaha menjaga jarak dengan Ali.

“Oyyy!!!” Viga terhentak, yang difikirkan tiba-tiba muncul.

“Kebiasaan deh lo.” Viga hendak memukul Ali dengan tasnya.

“Gak kena.” Ali segera menghindar.

 “Lagian lo jadi orang kagetan, lagi Mikir jorok ya.”

‘Plakkk’ kali ini pukulan Viga tepat mengenai pundak Ali.

“Kena kan lo, Emangnya gue lo otak kotor.” Balas Viga.

“Yeee angry-angry mulu dah. Mau balik bareng gak, mumpung gue lagi baik udah lama kan lo gak balik bareng gue.”

“Ciiie kangen ya.”

“Dih pengen banget lo dikangenin gua.”

“Yee, ya udah.”

“Mau atau enggak, keburu gue berubah fikiran nih.” Ali mendesak, Viga berfikir sejenak sebenarnya ia pun rindu untuk pulang bersama Ali, dulu sebelum memutuskan untuk berhijab keduanya hampir setiap hari Viga berangkat dan pulang bersama Ali.

“Ehmm, gak deh gue ada janji sama Khadijah.” Viga beralasan.

“Oh jadi sahabat lo Khadijah nih sekarang.” Seru Ali jealous.

“Lah emang sahabat gue lo doang.”

“Oh gitu,”

“Lo cemburu sama khadijah?”

“Ya untungnya sahabat gue gak laku, jadi gue cemburunya sama cewek.”

“Sialan lo.” Viga hampir menendang Ali, Ali tertawa.

“Ya udah deh gue duluan.” Ucap Ali beranjak pergi.

Viga hanya mampu menatap Ali, ada sedikit sesal dalam hatinya, kini ia harus terbiasa menolak setiap ajakan Ali walau sulit namun Viga meyakinkan ini yang terbaik untuk menjaga hatinya.

Disudut lain Ali menyalakan motornya dengan perasaan kesal, entah apa yang membuatnya begitu kecewa, tak ada yang salah dengan Viga, namun kenyataan bahwa sekarang Viga serius menjaga jarak dengannya membuatnya merasa kecewa. Namun tak lama rasa kesalnya sirna saat Ali melihat sosok tak asing.

“Mau bareng gak?” Ali menghentikan motornya didepan Aprilia.

Lihat selengkapnya