Sahabat Bukan Mahram

Asih Ati
Chapter #8

Patah Hati

Viga menatap kosong aula, tak ada yang terjadi untuk beberapa saat, namun Viga manaruh sebab tak biasanya aula sudah kosong di jam-jam seperti ini.

“Udah sampai Aula nih Vig, kamu mau apa disini?” tanya Aprilia.

“Ehm,” Viga bingung celingukan mencari keberadaan Ali, ia baru saja hendak mengajak Aprilia pergi dari Aula namun tak berapa lama, terdengar suara langkah kaki, Ali akhirnya datang dari arah belakang keduanya.

“Pril,” Sahut Ali, Aprilia dan Viga sontak menoleh.

Aula yang semula kosongpun tiba-tiba menjadi riuh dengan orang-orang yang membawa tulisan pernyatan cinta untuk Aprilia,

Would you be My girlfriend?

Viga tertegun membaca tulisan tersebut, Viga tak menyangka ali akan melakukan hal ini.

“Ali, ini apa?” Tanya Aprilia yang juga ikut speechles, Ali tersenyum.

“Ini permintaan gue, sekaligus ungkapan perasaan gue. Sorry yah kalau aga sedikit lebay, jujur gue gak tau harus pake cara apa jadi gue ngikutin cara orang nembak kaya di film-film.” Ucap Ali, Aprilia tertawa.

“Jadi kamu nembak ceritanya?” Ali mengangguk, Viga yang berada diantara keduanya hanya mampu menatap diam dengan tatapan yang nanar, ia ingin berlari namun tak bisa.

“Ini lebih ke sebuah pengakuan terbesar gue aja sih, kalau gue pengen jadi orang paling mengenal lo, pengan jadi orang selalu ada di moment-moment hidup lo, gue pengen jadi bagian terpenting dalam hidup lo, gue pengen kita lebih dari sekedar teman. Jadi gimana? Apa jawaban lo?” Tanya Ali

Semua orang di Aula seketika bersorak meminta Aprilia untuk menerima Ali, Viga menyadari ia berada di situasi yang teramat salah apa yang ia lihat adalah sebuah kesalahan, rasanya Viga ingin menghentikan Ali namun Viga tak bisa berbuat apa-apa, Ali bahkan sama sekali tidak menatapnya, Viga menggelengkan kepalanya saat Aprilia menoleh padanya berharap Aprilia akan menolak Ali, namun nyatanya Aprilia memang juga menyukai Ali, ia terlampau senang.

“Aku mau.” Jawab Aprilia.

-Vigli Love story-

Hancur sudah hati Viga, semua terlambat. Orang-orang bersorak bahagia, Viga tak mampu lagi menahan diri, ia lantas pergi.

Viga berjalan cepat, entah mengapa hatinya terasa membeku seolah mati rasa. Ia terus berjalan tanpa arah, tatapannya kosong ia tak memperdulikan apapapun yang ada disekitarnya.

‘Dugg!!’ Viga menabrak bahu seseorang.

“Kalau jalan itu pake mata dong!” Seru Viga, hatinya seketika memanas, seorang pria menatap Viga heran.

“Jalan itu pake kaki bukan pake mata. Lagian lo juga yang nabrak.” Ucap pria itu membuat Viga semakin kesal.

Lihat selengkapnya