Suasana kelas yang tenang seketika riuh sesaat dosen terakhir keluar dari kelas. Waktu menunjukan pukul 3 sore, beberapa mahasiswa langsung berhamburan keluar kelas Ali bahkan langsung melesat pergi ke toilet karena merasa muak dengan perkuliahan hari itu yang memang dipadatkan, sayangnya kelas belum usai berjarak 30 menit mendatang satu mata kuliah lagi harus mereka hadapi.
“Viga sholat dulu yuk biar fresh.” Viga terlihat menggeliat, wajahnya sudah memerah karena mengantuk.
“Yuk, aku juga ngantuk parah nih.” Viga menguap untuk kesekian kalinya, sejenak melirik arloji ditangannya. Khadijah lalu semangat bangkit dari tempat duduknya.
“Eh lupa,” Khadijah terdiam.
“Kenapa?”
“Aku lagi ada tamu”, Viga tertawa.
“Emang ya dasar perempuan solehah, dikasih libur aja ingetnya ibadah mulu. Ya udah deh gak papa, kalau gitu aku sholat dulu yah biar makin solehah.” Viga mengibaskan kerudungnya, Khadijah tertawa.
“Semangat.” Seru Khadijah mengepalkan kedua tangannya.
Vigapun melangkah keluar kelas, hari itu walau kegiatan kuliah sedang padat-padatnya namun mood Viga sedang baik-baik saja bahkan cenderung ceria, namun sayangnya mood itu tetap tak membuat hatinya membaik setiap kali bertemu dengan Ali.
“Vig,” Sayup-sayup terdengar suara Ali memanggil saat keduanya berpapasan, Viga pura-pura tak mendengar ia tetap melanjutkan langkahnya.
“cukup Vig, gue gak tahan sama sikap dingin lo.” Ali bergeming didalam hati, ia lalu memutuskan mengikuti Viga.
Sudah hampir dua minggu lamanya Viga menghindari Ali, walau berada dalam satu kelas kini berbicara dengannya saja terasa sulit, Ali sudah menyerah dengan rasa bersalahnya ia sudah berusaha untuk meminta maaf namun Viga tak pernah memberinya kesempatan untuk berbicara.
Ali baru merasa kehilangan saat Viga semakin dekat dengan Vikra, kini Viga tak pernah lagi datang untuk mengganggunya dengan Aprilia, Viga benar-benar terluka oleh ucapan Ali hingga ia benar- benar menjauh dari Ali.
Viga terus berjalan tanpa ia sadari Ali mengikutinya secara diam-diam, sekian menit berjalan Viga memasuki halaman masjid Alipun melihat Viga bertemu Vikra disana.
“Oh jadi mereka sering ketemu disini.” Ucap Ali memperhatikan Viga dan Vikra dari jauh.
“Khadijah mana, biasanya kalian suka bareng?” Tanya Vikra.
“Lagi ada tamu.” Jawab Viga nyengir.
Tak tahan lama-lama bersembunyi Ali lalu memutuskan untuk memasuki halaman masjid, ia sebenarnya lebih tak tahan melihat Viga dekat yang tampak begitu akrab dengan Vkra.
“Wah pada ngapain nih dimasjid.” Seru Ali basa-basi, Viga dan Vikra serentak menoleh.
“Ke masjid ya ibadah lah bro.” Vikra menjawab. Ali nyengir menggaruk kepalanya yang tidak gatal menyadari pertanyaannya sungguh tak berbobot.
“Lo kesini mau sholat juga kan?” Tanya Vikra.
“Ya dong gue juga mau sholat.” Ucap Ali melirik Viga namun yang dilirik sama sekali tak menoleh,
Viga terlihat begitu acuh ia lalu beranjak memasuki masjid tanpa mengucapkan sepatah katapun, Ali menatap Viga kecewa.
“Alhamdulillah, ya udah yuk.” Vikra beranjak memasuki masjid
Ali menghela nafas, niat awal Ali mendatangi masjid tentu saja bukan untuk sholat melainkan ingin melihat Viga lebih dekat, namun mungkin dengan cara seperti inilah Allah mengingatkan Ali agar sholat, setidaknya pada akhirnya Ali benar-benar harus sholat.
Sesekali Ali bertanya pada hatinya mengapa ia harus seperti ini mengikuti Viga bahkan cenderung memata-matainya, namun sikap Viga yang memang berubah serta kedekatannya dengan Vikra membuat Ali tak bisa tenang.
Tak berselang lama sholat pun dimulai, Ali memasuki masjid dengan terburu-buru karena datang terlambat ia mendapat giliran terakhir saat mengantri untuk berwudhu, sejenak ia melirik shaftwanita dan mendapati wajah Viga tengah khusyuk sholat, ada keteduhan didalam hatinya saat melihat Viga disana, iapun lalu bergegas menyusul gerakan sholat menjadi masbuk mengikuti gerakan sholat para jamaah lain.
Beberapa menit kemudian sholat telah usai semua mahasiswa telah berhamburan sesaat setelah imam sholat selesai berdo’a kecuali Ali yang harus menyelesaikan gerakan solatnya yang tertinggal.