Metro Lampung, di sanalah aku di besarkan dan di manjakan oleh kedua orang tuaku. Sebuah kota kecil yang sangat agraris, sawah terhampar hijau bak permadani dan merupakan kota kecil yang baru berkembang sebagai pusat perdagangan dan pendidikan.
Kota yang asri, jauh dari hiruk-pikuk dan kesibukan seperti kota besar lainnya yang pernah aku kunjungi. Di sanalah aku tinggal dengan keluarga yang benar-benar harmonis dan penuh kebahagiaan bersama mama dan papaku. Masa kecilku di isi dengan kebahagiaan-kebahagiaan indah yang penuh warna layaknya anak kecil normal lainnya. Namaku Sintia, aku adalah seorang putri tunggal dari pasangan bapak Juniar dan ibu Sofia, bagi mereka aku adalah kebanggaan dan anak yang paling mereka manjakan sejak kecil. Aku sosok seorang anak yang pendiam, manis, lucu dan manja, memiliki aneka kegiatan ekstra kurikuler selain sekolah dan yang pasti aku sangat suka bergaul dan bersahabat dengan teman-teman. Seperti hari ini aku baru saja masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Metro Lampung.
Metro, seperti yang aku bilang tadi sebuah kota kecil yang asri, terkenal sebagai kota pendidikan dan persawahan yang lumayan luas, setiap orang yang berkunjung pasti akan di buat betah dan senang. Setiap hari aku pergi ke sekolah di antarkan oleh mama dan papaku seperti saat Sekolah Dasar atau Taman Kanak-kanak, kami selalu beraktivitas pagi hari bersama-sama. Semoga saja hari ini aku memperoleh banyak teman, setidaknya harus sama serunya seperti saat Sekolah Dasar kemarin. Oh ya, kebetulan sekali, ada tiga teman Sekolah Dasarku yang masuk ke Sekolah Menengah Pertama yang sama denganku mereka adalah Yuanita, Safitri dan Chandra.
Setidaknya aku tidak akan kesepian hari ini. Dan masih merasakan ada teman yang sama dan aku kenal. Pagi ini sungguh sibuk sekali, karena pagi ini hari pertamaku masuk Sekolah Menengah Pertama, duh senangnya hatiku.
"Sintia, ayo Nak lekas kesini Papa sudah siap mau ke kantor."
"Iya, bentar lagi Pap, Sintia lagi buat kucir rambut nih, ribet Pap, OSPEK (hari perkenalan pertama sekolah) wajib di kucir dua rambutnya kanan dan kiri setiap hari."
"Aduh, kamu ini Sin. Mana sisir dan ikat rambutnya biar Papa bantu sekarang!”
"Ini Pap, tingginya harus sama, jangan tinggi sebelah."
“Dari Taman Kanak-Kanak papa yang kucir rambut kamu itu, sudah jangan cerewet!”
“Hehehehe, siap bos.”
Hampir setiap hari, kalau mau ke sekolah papa selalu menyisiri rambutku, seperti yang selalu bilang sejak Sekolah Dasar dahulu sedangkan si mama selain bersiap ke sekolah mengajar muridnya tentu saja dia sibuk di dapur menyiapkan sarapan kami, mama tidak handal masak seperti papaku, tapi dia selalu berusaha belajar memasak, dan papa menghargai sekali kerja kerasnya walau tetap papa yang selalu masak segala menu di waktu senggang dan libur, mama selalu menjuluki papa adalah koki keluarga kami. Setelah selesai mengikat rambutku, kami pun sarapan bersama kebetulan hari ini mama membuat nasi goreng dan telur mata sapi setengah matang kegemaranku. Jam 06.30 tepat papa memanaskan mobilnya, sebuah mobil sedan tua kesayangannya yang berwarna hijau tua dengan merek Holden kesayangannya. Walau mobil sedan tua, tapi jangan diragukan untuk kecepatan papa mengemudi di jalan, papa sopir berpengalaman yang biasa jalan antar kota Jakarta dan Bandung, ya di sanalah kampung halaman kami. Aku dan mama pun bersiap, mengunci semua pintu rumah dan kami berangkat ke sekolah dan bekerja bersama-sama dengan segera.
Perjalanan ke sekolah baruku lumayan lama ada sekitar 30 menit, nama daerahnya Kampus Metro, lucu ya namanya. Mungkin karena di sekitar sana banyak kumpulan sekolah dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi dan banyak kantor pemerintahan yang berpusat di sana sejak dulu. Bisa di bilang, sekolahku masih satu area dengan kantor papa bekerja dan Sekolah Menengah Pertama tempat mama mengajar.
Mama mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4, sedangkan aku sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2, dan papa di kantor Departemen pendidikan dan kebudayaan yang hanya butuh 5 menit saja jarak tempuh dari kantor papa, sekolahku dan sekolah mama, dekat sekali bukan? Duh entah enak atau enggak enak, yang pastinya dimana-mana akan jadi sorotan perhatian karena semua teman mama dan papa akan mengenaliku. Dulu saat aku Taman Kanak-Kanak, aku pun bersekolah di lokasi ini, Kampus Metro Lampung, tepatnya Taman Kanak-Kanak PGRI Metro. Terdapat banyak kisah dan kenangan manis di sana.
Ada beberapa sahabat saat aku kecil ada Vina, Evi, Alek dan Agung. Sudah enam tahun lalu kami terakhir bertemu akankah di pertemukan lagi nanti? Kami berlima saat Taman Kanak-Kanak memiliki banyak kenangan, kami belajar bersama dalam satu meja, bermain, bernyanyi dan yang pasti dulu aku masih sering menangis kalau di tinggal mama dan papa untuk sekolah mandiri. Ups malu rasanya. Dan saat yang paling aku kenang adalah saat aku terjatuh dari perosotan di Taman-Kanak-Kanak, bisa di bilang sangat sakit, karena lumayan tinggi dan mengenang di memori ingatanku.