Beberapa minggu sebelumnya, kurang lebih selama tiga minggu masa liburan kenaikan kelas kali ini, aku dan Venus habiskan di rumah Nenek. Mama mengirim kami dengan maksud tertentu. Aku tahu itu. Dan Mama akan menjemput kami beberapa hari sebelum kami masuk kembali ke sekolah.
Liburan kali ini sebenarnya tidak terlalu menarik bagiku. Karena ketika aku sudah berada di rumah Nenek, di Bandung, hati dan pikiranku tidak ada bersamaku, melainkan di rumah.
Bagaimana tidak? Aku benar-benar tidak tega meninggalkan Mama sendirian. Bukan apa. Tapi, hubungan Mama dengan Papa belakangan ini sedang tidak baik.
Entah karena apa. Tapi, aku menurut saja ketika Mama memintaku untuk menjaga Venus selama ada di Bandung.
Walau aku tidak merasakan rasa liburan dengan semestinya, aku cukup dapat menenangkan diri di sini. Melihat Venus tertawa dan menikmati liburannya itu sudah lebih baik buatku. Aku duduk di ruang keluarga, berniat menonton sendirian tapi tidak ada acara yang menarik. Tiba-tiba aku ingat seseorang. Kuambil selembar foto Alka yang kuselipkan di dompetku. Senyumku terulas begitu saja ketika gadis itu menyampaikan kabar kalau dia berhasil mewujudkan cita- cita pertamanya, yaitu pergi ke Perancis.
Kuingat dia berlari ke arahku saat aku tengah berjalan sore dengan Venus. Saat itu adikku sedang berjalan pelan-pelan ke sana ke mari dengan es krim di tangan. Dan Alka melompat untuk memelukku.
“Kenta… gue seneng banget!”
Bagiku, perlakuannya seperti ini sudah biasa. Alka pun selalu mempunyai kabar baik untuk disampaikan. Wajahnya selalu terlukis ceria, seakan beban takut datang kepadanya.
“Tanya dong kenapa!” Alka merebut kacamataku, lalu memakainya.
Pandanganku menjadi tidak jelas. Dan aku hanya bisa menghela napas. Lalu, dia mengacak-acak rambutku dan berdecak.
“Hmm, lo ganteng juga, Kent, kalau enggak pakai kacamata.”
“Udah, Al, ngomongnya? Gue enggak bisa lihat, nih! Balikin, dong, kacamatanya.” Pandanganku kembali normal setelah dia memakaikan kacamata kepadaku. Kulihat senyumnya mengembang. “Ada apa?” kataku sambil membenarkan letak kacamata.
“Gue jadi ikut Bokap ke Paris…. Ah, seneng banget gue! Akhirnya, keinginan gue tercapai.” Alka melompat-lompat kegirangan.
“Wah, congrats ya, Al! Ikut seneng gue. Rencananya kapan?”
“Pas liburan kenaikan kelas. Jadi, sorry, rencana awal liburan kita enggak terwujud, deh.” Kami memang berencana untuk mengunjungi semua museum bersejarah yang ada di Jakarta.
“Enggak apa-apa, Al. Gue pas liburan juga enggak di Jakarta, kok.” Kulihat kedua alisnya hampir bertaut. “Gue sama Venus bakal ngabisin liburan di Bandung.”
“Berapa lama? Jangan lama-lama, ya! Soalnya gue cuma sebentar di sana. Sepuluh hari doang. Nanti pas gue pulang, gue mau lo ada di sini.” Aku tersenyum usai mendengar kalimat panjangnya.
“Gue enggak bisa janji, Al. Tapi yang jelas, kita ketemu di hari pertama sekolah.”