Entah kenapa, tiba tiba yang pertama kali aku lakukan adalah mencari akun sosmed Galuh. Tapi, tidak kutemukan. Entahlah apa nama akun sosmednya. Aku tidak kehilangan ide, aku ingat teh Rani, kakaknya Galuh yang sekarang sudah kelas 12.
Nah, kutemukan akun facebook-nya. Lantas ku add, dan tak lama kemudian dia mengonfirmasi permintaan pertemananku.
Tak tunggu apapun, aku langsung chat dan memperkenalkan diri. Karna dia sendiri belum mengenalku. Aku rasa, ini adalah modus pertama yang aku lakukan selama ini.
Sebab ketika sekolah menengah pertama dulu, aku duduk di bangku MTs, sikapku sangat terkontrol. Aku belum bisa membuka hati untuk laki-laki. Entah karena memang tidak ada lelaki yang menarik, wkwk.
Teh Rani fast respond, karena ini sudah larut malam dan dia sedang istirahat setelah mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Hmm, aneh. Baru seminggu masuk sekolah, kok udah banyak tugas aja.
"Maklum, namanya juga kelas 12". Jawabnya.
Setelah tak ada lagi topik yang dibahas, akhirnya aku memberanikan diri untuk menanyakan tentang Galuh kepadanya.
Sebenarnya, malu. Sangat malu. Tapi entahlah, aku pun tak tahu kenapa aku benar-benar sefrontal ini. Jauh dari dugaanku, teh Rani ternyata menjawab dengan sangat terbuka. Mengatakan bahwa Galuh tidak punya akun sosmed, kecuali WhatsApp. Dan itupun jarang aktif.
Oh pantas saja. Jadi ku kubur dalam-dalam harapan untuk bisa menemukan akun sosial medianya. Tapi dibalik semua itu, teh Rani dengan senang hati menawarkan nomor telepon Galuh. Iya, menawarkan. Bukan aku lho yang minta. Serius deh.
Aku, saat itu juga bangun dari rebahanku. Menatap mantap 12 digit nomor telepon yang teh Rani berikan.
Lantas aku mengucapkan terimakasih, dan langsung offline Facebook.
Setelah menyimpan nomor itu pada kontakku, aku beranikan diri untuk mengirim pesan lewat sms padanya.
"Assalamu'alaikum Galuh. Ini Aura, anak kelas 10A. Save ya:)"
10 menit.
20 menit.
30 menit.
Tak ada balasan. Tanda-tandanya pun tak ada. Yarabbi, ya memang sudah pukul 00:43. Kenapa aku bisa sampai selarut ini masih terjaga?
"Yaiyalah Ra, dia juga udah tidur tau jam segitu mah. Apa apaan coba kamu rela bergadang demi nunggu balasan dari dia" Sanggah Ayu, ketika dia menanyakan kenapa sepagi ini aku terus menerus menguap.
"Dia bukan siapa-siapa kamu. Dia aja belum tentu kenal kamu, kan? Suka boleh, tapi jangan sampe kaya gitu juga deh Ra"
"Emang yang Ra lakuin itu berlebihan ya? Ra kan enggak sadar, enggak sengaja. Ra engga sadar kalo ternyata Ra nunggu balesan sampe jam 1 malem. Lagian Ra semalem gak ngantuk".
"Iya ih, udah ah jangan bahas itu. Ra sekarang cuci muka aja. Si Ra tuh lagi dimabuk cinta. Apalagi cinta pandangan pertama. Caelah, Tami juga dulu pernah kaya gtu. Bahkan lebih.. Hmm"
Aku hanya diam, tidak menanggapi keempat temannya yang kini menertawakan Tami. Aku diam bukan karena kehilangan mood, tapi karena memang ngantuk.