"Assalamu'alaikum.. Ada Aura?" Nisa, tiba-tiba datang ke kelasku. Saat itu guru-guru sedang rapat. Entah rapat apa.
Aku menghampiri Nisa yang berdiri di depan pintu.
"Iya Nis, ada apa?"
"Ra, pulang sekolah kamu mau kemana?"
"Eng... Kayanya mau ke Rumah Lidya deh. Mau ngerjain tugas fisika. Proyek itu loh. Kenapa?"
"Ra, aku bingung. Hakim Ra. Hakim"
"Hakim kenapa, Nis?"
"Hakim ngajak buat ketemu, pulang sekolah. Katanya ada yang mau diomongin. Aku gamau sendirian. Kamu mau nemenin aku ga?"
"Loh Nis, dia ngajaknya pas kapan? Via Chat atau ngomong langsung?"
"Tadi pagi, Ra. Pas aku dateng ke kelas, di ada ada di depan pintu. Bilang singkat banget, mukanya datar Ra. Aku kan jadi takut. Takutnya ada apa-apa gitu"
"Em... Ada masalah? Atau ada apa? Entar entar, emang kamu ada hubungan apa sama Hakim?"
"Ra, Hakim udah dari dua minggu lalu selalu ngedeketin aku. Kamu pasti taulah. Entah deh, aku gamau mikir kemana-mana. Emang lagi ada butuh kali, Ra"
"Tapi, gak lama kan? Aku mau kerja kelompok soalnya"
"Iya engga kok. Sebentar aja".
"Iya, deh. Nanti aku bilang ke temen-temen kelompokku ya".
"Oke, Ra. Makasih loh" Nisa memeluk Aura, seakan ada kebahagiaan tersendiri ketika aku mau menemaninya bertemu Hakim.
"Tapi, kenapa engga minta anter aja ya ke temen kelasnya? Huft. Udah ah, Ra. Jangan suudzon" Batinku.
Aura masuk lagi ke dalam kelas. Yang ternyata, Okta sudah duduk bersama Lidya, Tami dan Ayu. Entah sejak kapan Okta kembali ke kelas. Aku rasa tadi Okta mengikutiku.
Aku langsung membicarakan hal itu kepada teman-temanku. Mereka menyetujui saja.
"Ah Aura. Sa ae dih, ngedeketin temen kelas Galuh biar bisa tau info terbaru tentang Galuh. Hahaha" mereka tertawa, bersama.
Galuh? Bahkan sudah hampir satu minggu aku melupakan nama itu. Bertemu pun tidak. Entah, kemana ia sekarang, aku tak peduli lagi.
***
"Ra!" Hakim, untuk pertama kalinya menyapaku. Setelah sekitar tiga bulan berlatih bersama di Paskibra, tapi kami tidak pernah saling menyapa. Hakim memang cuek.
"Iya, kenapa? Eh. Nisa mana?" Aku bingung. Aku berdiri di depan kelas, menunggu Nisa menghampiriku. Tapi yang datang malah Hakim.
"Nah itu dia. Gua mau tanya sama lu. Nisa kemana? Bukannya katanya dia mau sama lu ya?"
"Lah aneh deh kalian berdua. Buruan dih. Gua mau kerja kelompok, Kim"
"Iya ini gua mau telepon kok. Hmm Ra, pindah yuk jangan disini. Diliatin terus sama kakak kelas tuh. Gaenak"
Selang beberapa menit kemudian, Nisa datang dari arah gerbang. Mukanya merah, seperti habis lari 1 KM.
"Ma... Maafin, Maafin Nisa. Kalian, ud... Udah lama nungggu yaa?" Wajah merah padamnya sekali lagi tersengal demi melihat kami berdua yang sedang repot mencari keberadaannya.