Sahabat Semati

winda nurdiana
Chapter #3

Tragedi

Langit mulai gelap. Awan yang awalnya putih menjadi hitam. Hujan deras turun membasahi bumi. Pagi itu seolah menandakan firasat. Imron dan Vega sedang dalam perjalanan menuju kampus. Dengan kecepatan tinggi, Imron mengendarai motor dengan asal. Vega yang membonceng di belakang, berulang kali mengingatkan Imron agar mengurangi kecepatan. 

Imron mengabaikan perkataan Vega dan terus melaju dengan kencang. Karena kurang hati-hati, motor Imron tergelincir.

Tubuh Imron menimpa motor, sedangkan tubuh Vega terpental agak jauh. Vega yang sadar terjatuh berusaha untuk bangun. Naas, saat Vega hendak berdiri, sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi langsung menabrak Vega, Vega terpental ke sisi jalan. Truk yang menabrak Vega langsung kabur saat mengetahui menabrak seseorang. Vega langsung tewas saat itu.

Imron bergidik ngeri saat melihat kejadian itu. Tubuh Vega hancur parah. Imron terus berusaha menyingkirkan motor yang menimpanya dan dengan kaki terseok-seok menghampiri Vega yang sudah tewas.

"Ga, bangun!" seru Imron menguncangkan tubuh Vega. Muka sebelah Vega rusak dan penuh darah.

Saat itu juga, orang-orang mengerumuni Imron dan Vega. Kerumunan orang itu mengangkat tubuh Vega di tepi jalan dan menutupi dengan sebuah terpal. Tidak lama kemudian, ambulance tiba dan segera membawa jenazah Vega menuju rumah sakit terdekat. Imron turut di ambulance itu, dia merasa bersalah atas kematian Vega. Semua ini salahnya. Andai saja Imron mengubris perkataan Vega, semua tidak akan terjadi. Imron merutuki diri sendiri. Imron bingung bagaimana mengatakannya pada orang tua Vega. Saat di ambulance, Imron segera menelepon orang tua Vega.

"Ya, Mron. Ada apa, ya?" tanya Ibu Vega bernama Nesha.

Imron tidak bisa membendung kesedihan, cowok itu mulai menangis. "Tante, Vega kecelakaan bersama saya dan dia meninggal."

Ucapan Imron membuat Nesha tersentak kaget. "Ya Allah. Sekarang Vega dibawa ke rumah sakit mana, Nak?" Tangisan Nesha mulai terdengar dalam telepon. Rasa bersalah semakin menyelimuti perasaan Imron.

"Rumah sakit Kenanga, Tante." Setelah menjawab, Imron menutup sambungan telepon.

Sepuluh menit kemudian, ambulance telah sampai di Rumah Sakit Kenanga. Jenazah Vega segera dibawa ke ruang jenazah. Imron tidak bisa berbuat banyak, selain menunggu orang tua Vega datang.

Lihat selengkapnya