SAI

Melvin Rovisa
Chapter #1

MELANFRAGMA

Di ruang server yang sunyi, seorang pria duduk sendirian di depan layar komputer. Cahaya biru pucat dari monitor menyinari wajahnya yang penuh dengan kekosongan. Tumpukan kode program mengalir tanpa henti di layar, tetapi mata pria itu terlihat kosong, terhanyut jauh dari dunia digital yang ia jelajahi.

Beberapa bulan yang lalu, kehidupannya tercermin dalam keindahan yang sempurna, bersama sosok wanita yang memenuhi setiap celah dalam hatinya. Mereka mengarungi lautan kebahagiaan bersama, berbagi tawa, dan menikmati sinar mentari pagi yang memeluk kedamaian hati mereka.

Namun, sekarang, angin telah berubah arah, membawa kepergian wanita itu dari kehidupannya. Seperti bunga yang layu terkena musim kering, hati pria itu terasa hampa tanpa kehadiran wanita itu di sisinya. Setiap jengkal ruang di sekelilingnya terasa sunyi, memenuhi kekosongan yang dalam dan tak terbayangkan.

Tiba-tiba, sebuah e-mail masuk ke kotak surat elektronik. Subjeknya "Undangan Pernikahan". Saat ia membuka e-mail tersebut, ia menemukan foto Sinta, perempuan yang menaminya berproses semenjak duduk di bangku SMK, bersanding dengan pria yang akan menjadi suaminya. Rasa sakit yang mendalam merasuki hatinya, membuatnya hampir tak bisa bernapas. Ia menutup laptopnya dengan kasar dan meninggalkan ruangan server menuju ke luar.

Di balkon rumah sakit, dia duduk sendiri, membiarkan angin malam menyapu rambutnya yang berantakan. Sebuah lampu di kejauhan menyala redup, menciptakan bayangan yang samar-samar di jalanan kota. Ia merenungkan keputusan-keputusan yang dibuat Sinta, bertanya-tanya apa yang telah salah dengan dirinya, mengapa ia tidak bisa menjadi pria yang cukup baik untuk Sinta.

Dia merasa perlu untuk kembali ke apartemennya meskipun hatinya masih terasa berat. Namun, sebelum ia bisa meninggalkan rumah sakit, temannya sekantor, Doni, muncul di pintu ruang server.

"Doni, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan sedikit kaget.

Doni tersenyum lebar. "Sai, aku tahu hari ini bukan hari yang mudah bagimu. Ayo, keluar sebentar. Kila menunggu di kedai kopi dekat sini. Dia punya sesuatu yang ingin dia bicarakan."

Sai, itulah nama seorang ahli IT yang hatinya penuh dengan kekosongan setelah kepergian wanita yang dicintainya.

Sai ragu sejenak, tetapi kemudian ia merasa terharu dengan kebaikan hati Doni. Ia mengangguk setuju dan bersama-sama mereka berjalan ke kedai kopi terdekat.

Kedai kopi itu dipenuhi dengan cahaya lampu kecil yang hangat dan aroma kopi yang menggoda. Doni dan Sai memilih sebuah meja di sudut kedai, di mana Kila sudah duduk menunggu dengan segelas kopi di tangannya.

"Sai, aku tahu ini hari yang sulit bagimu," kata Kila dengan lembut saat Sai duduk di sebelahnya. "Tetapi jangan biarkan kesedihanmu menghancurkanmu. Kami di sini untukmu, apa pun yang kamu butuhkan."

"Jadi, kalian juga menerima e-mail itu?" Tanya Sai denga lesu.

Doni dan Kila hanya tersenyum.

Lihat selengkapnya