SAI

Melvin Rovisa
Chapter #4

PHSYCOCHROMA

Sai duduk di pojok apartemennya, menatap layar komputer dengan penuh konsentrasi. Matahari sore yang memancarkan cahaya keemasan masuk melalui jendela, menciptakan bayangan-bayangan yang samar di sekitar ruangan. Dia tenggelam dalam pikirannya, mencoba memahami dan mengendalikan kemampuan barunya.

Tetapi seiring dengan prosesnya, kenangan masa lalunya muncul begitu jelas di benaknya. Dia ingat saat-saat bersama Indri, mantan kekasihnya. "Sai, aku akan selalu menunggumu," kata Indri dalam kenangan itu, dengan senyum manisnya yang membuat hati Sai meleleh.

Namun, dalam batinnya, Sai mengungkapkan kekecewaannya kepada dirinya sendiri. "Kenapa aku begitu bodoh dulu?" ucap Sai dengan suara yang penuh dengan penyesalan. "Mengapa aku tidak bisa membuatnya bahagia?"

Tiba-tiba, sebuah aura redup muncul dari tulang ekornya, senada dengan rasa sakit yang pernah dia rasakan. Perasaan hancur dan terluka karena Indri akan menikah dengan pria lain. Sai merasakan kebencian dan kesedihan merayap masuk ke dalam dirinya, memenuhi hatinya dengan gelap.

Lalu, ketika dia menyadari kekuatan yang dia miliki sekarang, dia bergumam pada diri sendiri, "Ini adalah kesempatanku untuk mengubah segalanya. Aku tidak akan membiarkan masa laluku menghantuiku lagi. Aku akan menjadi yang terbaik, untukku sendiri dan untuk mereka yang selalu percaya padaku."

Dengan kehendaknya, aura yang tadinya redup itu mulai berubah menjadi lebih terang dan hangat. Seiring dengan perubahan aura, perasaannya ikut berubah. Kemarahannya berubah menjadi ketenangan, kesedihannya berubah menjadi keceriaan. Sai tersenyum melihat perubahan itu, menyadari bahwa dia memiliki kemampuan untuk memanipulasi emosi dan suasana hatinya sendiri.

Dia bangkit dari kursi dan berjalan menuju cermin di dinding. Di dalam cermin, dia melihat aliran gelombang listrik yang berwarna-warni mengalir dari ujung kakinya hingga ke atas kepala, mirip seperti tumpukan kabel micro yang terhubung dalam sebuah server.

Gelombang-gelombang itu berkedip dan mengalirkan cahaya yang mempesona.

Sai tersenyum kagum, dan ketika dia tersenyum, aura di sekitarnya berubah menjadi lebih terang dan bercahaya. Sebuah aliran energi pun memancar dari tubuhnya, menciptakan gelombang yang hangat dan menyebar ke seluruh ruangan.

Setelah merenung sejenak, Sai memutuskan untuk fokus mempelajari salah satu kemampuan barunya ini dengan lebih dalam. Dia mencatat setiap perubahan emosi dan suasana hatinya, mencoba memahami batas-batas kemampuannya. Namun, seiring dengan eksperimennya, Sai mulai merasa kelelahan. Keringat mengalir deras dari dahinya saat dia mencoba memanipulasi aura dan emosinya sendiri.

"Sial, aku lupa kalau ini ternyata memakan energi juga," ucap Sai sambil mengusap keningnya yang berkeringat. Dia menyadari bahwa penggunaan kemampuannya ini juga memerlukan energi yang besar. Namun, Sai tidak putus asa. Dia tahu ada cara untuk mengatasi masalah ini.

"Tidak mungkin aku harus terus menerus makan ketika terlalu sering menggunakan kemampuanku ini," gumam Sai kepada dirinya sendiri. "Aku harus mencari solusi lain."

Sai teringat dengan peristiwa dimana dia pertama kali melihat aura keluar dari tubuh Kila. Ketika meminum kopi, Kila merubah aura dan suasana hatinya, dan memancarkan energi positif kepada Sai.

"Kopi memang dapat meningkatkan energi dan kewaspadaan, dari kafein yang dikandungnya," batin sai. "Tapi, zat apalagi yang dapat menyuplai energi lebih untukku?" lanjutnya dengan penasaran.

Tanpa ragu, Sai mulai menyelami dunia internet melalui pikirannya yang cepat dan canggih. Dengan kecepatan pemrosesan data yang luar biasa, dia mampu menemukan informasi tentang zat-zat yang dapat meningkatkan energi tubuh manusia.

Sai kembali ke meja kerjanya, matanya tertutup rapat, tetapi pikirannya jauh lebih aktif dari biasanya. Dalam kedalaman pikirannya, antarmuka digital mulai terbentuk di depannya, menampilkan angka-angka, grafik, dan rumus-rumus yang berputar-putar dalam harmoni yang aneh.

Dengan pandangan yang abstrak di balik kelopak matanya yang tertutup, ia menyelidiki setiap variabel, mencocokkan dan membandingkan, hingga akhirnya menemukan kombinasi yang tepat. Tidak perlu laptop, karena pikirannya sendiri adalah laboratorium yang cukup untuk eksperimennya.

"Dengan spirulina sebagai basisnya," gumam Sai dalam keheningan ruangan, "kemudian aku akan menambahkan dosis maca, guarana, dan sedikit kafein untuk meningkatkan efek energinya. Ekstrak ginseng akan memberikan dorongan tambahan tanpa menimbulkan efek samping yang merugikan."

Dalam keheningan, ia terus menciptakan dan meracik, hanya suara ringan kalkulasi digital yang terdengar di sekitarnya. Setelah beberapa saat yang terasa seperti berjam-jam, ia mengangkat kepalanya, ekspresinya penuh dengan kepuasan.

Lihat selengkapnya