Sailing with the waves

muhamad Rifki
Chapter #1

Prolog

Namaku Dama, aku adalah anak pertama dari pak Hanif, ayahku dan ibu Rani, ibuku. aku tinggal bersama dengan keluarga ku termasuk eyang Ratih, nenekku, tante Hana, kakak dari ayahku dan juga om Bagas, suami dari tante Hana. Namun, kendala ekonomi menimpa keluarga kami yang mengharuskan ayah dan ibu harus pergi merantau kota.

 Lima hari sebelum pergi ke kota.

 Ayahku, pak Hanif sudah putus asa dengan pendapatan nya sebagai petani yang tidak seberapa sedangkan pengeluaran yang di keluarkan tidak sebanding dengan pendapatnya. Sedangkan ibuku, ibu Rani hanya penjual sayur di kampung yang pendapatan malah lebih rendah dari pak Hanif. Sedangkan mereka harus membiayai sekolah aku dan Lana, adikku.

 "Bu, sepertinya kita harus pergi dari sini. Kita sudah tidak akan bisa bertahan lama lagi disini, pun hutang kita sudah banyak kepada orang-orang," ucap pak Hanif

 "Iya benar pak, namun bagaimana dengan anak anak? Mereka masih sekolah. Tidak mungkin kita bawa mereka ikut keluar kota," ucap bu Rani.

 "Kalian pergi saja. Untuk masalah anak anak, biar aku yang urus."

 "Kau serius, Hana? Kalau begitu terimakasih banyak ya sudah mau mengurus anak anak kami. Mungkin aku akan lama dengan Rani di luar kota."

 "Tidak apa, Hanif," ucap Hana yang tersenyum.

 "Apa kalian sudah yakin dengan keputusan untuk pergi ke kota?" ucap eyang Ratih, nenek Dama

 "Mau bagaimana lagi bu, daripada begini terus, aku dan Rani harus mencoba untuk bekerja di kota."

 "Yasudah kalau itu keputusan kalian, ibu percaya dan ibu hanya bisa bantu doa dari sini saja." 

 "Tidak apa Bu, doa ibu saja kami sudah sangat berterimakasih."

 Hana, kakak dari ayahku. Dia adalah tante yang paling perhatian dengan keluarga kami. Mungkin karena ia belum dianugerahi anak, makanya ia sangat menyukai ku dan Lana. Eyang Ratih juga tidak pernah melarang ayah untuk mengambil suatu keputusan, malahan ia selalu mendukung keputusan anak anaknya. Sebenernya aku sangat ingin pergi dengan ayah dan ibu tetapi disatu sisi aku harus mengerti keadaan keluargaku.

 "Dama, kok murung banget si cucu eyang?" ucap eyang Ratih

 Dama hanya menggelengkan kepala saja. Eyang Ratih pun langsung mendekati Dama dan berkata

 "Tidak apa, Dama. Kan disini ada eyang dan Tante Hana. Jadi Dama gausah sedih lagi ya. Besok kita pergi jalan jalan ke taman ya?"

Lihat selengkapnya