Saintis

Pohon Pinus
Chapter #13

Dilatasi Waktu

Senja tersibak malam. Fajar mengusap embun sisa semalam. Surya kembali menggagahi cakrawala. Denyut waktu memanglah pendusta. Mengepak maju tanpa hitungan. Membuai mereka yang mengabaikan musim berpindah.

Waktu mencurangi. Menunggu terkadang sulit. Satu jam dengan derita terasa lama. Satu tahun bersama bahagia serasa satu kedipan mata. Jika kita tak kuasa, mengapa berlama-lama menunda? Sedangkan limbung menggantung. Kita tahu kemana rasa ini akan berlabuh.

 

Genta masih sibuk dengan buku catatannya hingga pintu laboratorium dibuka oleh Ananta.

“Hei,” sapa Ananta, “kamu sedang apa?”

“Oh, hai.” Genta menjawab, “Mencatat hasil eksperimen,” imbuhnya sambil membereskan beberapa kertas dan menutup buku catatannya, “ada apa?”

“Aku hanya memastikan. Aku tidak bermaksud mendesak, ini sudah hampir enam bulan dan kondisi pasien sudah sangat parah,” tutur Ananta, “apa semua baik-baik saja?”

“Tidak baik. Ada kendala. Kita kehabisan sel-sel normal sebagai pembanding. Ditambah lagi di sini tidak ada alat untuk preparasi sel secara cepat.”

“Lalu?”

“Aku rasa aku harus pergi ke Jerman dengan membawa serum-serum pasien berisi sel mutan. Aku telah menghubungi kolegaku di sana dan mereka bilang punya alat yang aku maksudkan.”

“Apakah serum itu tidak akan rusak jika dibawa pergi.”

“Aku sudah melihat kestabilan serum itu. Dia cukup kuat untuk hidup. Aku sudah mencoba cara untuk menginaktifkan sel-sel dalam serum di lemari pembeku dan melakukan pemanasan. Hasilnya sel-sel itu masih bisa hidup. Aku juga belum mendapatkan jawaban, bagaimana sel-sel itu bisa terdiferensiasi begitu sempurna.”

“Kalau begitu jika sel-sel ini bisa diterapkan secara normal pada manusia, dia bisa memberi efek imortal. Maksudku, manusia akan lebih bisa menyesuaikan diri di lingkungan yang sangat dingin atau super panas. Begitu, bukan?”

“Semacam itu. Tapi sayangnya, sel ini tidak normal. Memengaruhi seluruh jaringan dan sifat organisme menjadi lebih agresif.

“Ini yang ingin aku pelajari, dari situ kita bisa mendapatkan salinan DNA nya dan menelusuri penyebabnya. Jadi, kita bisa mengetahui cara pencegahan mutasi untuk orang-orang yang belum terinfeksi. Sementara itu dulu.” Genta mengetuk-ketuk permukaan meja, “atau mungkin....DNA sel-sel ini bisa disempurnakan agar bisa lebih mudah dikendalikan.”

“Terdengar mengerikan.”

“Memang. Aku juga membaca jurnal-jurnal milik ayahku terkait ini. DNA sel-sel ini terasa seperti modifikasi yang pernah disusun oleh ayahku, sebelumnya. Hanya saja aku tidak ingin terlalu berteori tanpa bukti. Lagi pula, ada banyak salinan DNA lain yang mengarah pada publikasi terkait dari negara lain. Aku butuh waktu untuk mengerjakan ini di Jerman dan mencari tahu kebenarannya.”

“Berapa lama kamu pergi?”

“Entahlah, dengan peralatan yang ada di sana, aku yakin aku bisa lebih cepat.”

Lihat selengkapnya