Jika mencintaimu adalah pengorbanan.
Layaknya antioksidan, aku akan berdiri paling depan. Menghadang segala rintangan. Segalanya akan kulepaskan. Untuk melindungimu seorang. Sebagai bukti cintaku penuh ketulusan
Seluruh aksara mengisi tiap-tiap halaman kosong dari jurnal Bayu. Seluruh pengatahuan dari Astaroth di dalam kepala Genta, kini mengosong. Genta masih terbaring lemah tanpa daya.
Agnan mendekati jurnal itu. Memastikan isinya telah terpenuhi.
“Kau akan dikenang sebagai manusia yang paling berjasa dalam evolusi.”
Mantra-mantra Astaroth mempercepat kesembuhan Genta. Luka yang disematkan tertutup rapat menghentikan pendarahan. Kepulihan Genta membuatnya berhasil berdiri tegap dengan kapak yang dia genggam erat.
Kaki-kaki Genta segera berlari menuju Agnan berdiri. Ia mencampung kepala Agnan yang lengah. Kepala itu terjuntai jatuh bersamaan dengan tubuh Agnan yang mengejang kehilangan darah.
Genta bergegas mengambil kunci borgol di saku Agnan. Melepas Ananta dari belenggu. Mereka sempat beradu pelipis sambil mendekatkan napas.
“Bagaimana kamu bisa sembuh secepat itu? Kamu juga mutan?”
“Nanti aku ceritakan, sekarang kamu harus pergi dari sini.”
“Kita pergi bersama.”
“Tidak bisa. Aku harus menyelesaikan ini. Sel itu harus dibunuh sampai intinya. Kalau tidak dia akan hidup lagi.”
Ananta mengamati tubuh Agnan yang masih kelojotan karena kesakitan.
“Dia bukan ayahmu lagi. Mungkin virus yang disuntikkan ke tubuh presdir adalah virus yang sempurna buatan ayahku, jadi dia mutan yang berbeda dari mutan-mutan lain. Tapi sel-sel kanker itu lebih mendominasi tubuh dan pikiran presdir. Aku rasa sel kanker itu tumbuh lebih cerdas dari akal sehat Agnan.”
Seluruh ikatan telah tanggal. Genta menggamit tangan Ananta dan mengajaknya berlari menuju pintu keluar. Serangan tiba-tiba muncul, ekor Agnan menusuk betis Genta sampai ia terjatuh.
Ananta terhenti dengan wajah pucat dan air mata deras, “Genta!”
“Larilah! Keluar lewat laboratorium uji. Erik sudah membuka aksesnya,” Genta meronta menahan sakit.
“Tapi....”