Sajak Cinta Terakhir

Widhi ibrahim
Chapter #7

Buatku Tersenyum #2

Kak, ada tamu tuh di luar!” ujar Cika yang mendadak masuk ke kamar Risya, dan mengganggu Risya yang sedang asik menonton televisi.

“Siapa, De?” tanya Risya, dengan pandangan yang masih fokus melihat layar televisi, seakan-akan enggan melewatkan apa yang saat itu sedang ia tonton.

“Gak tau, katanya tamu penting. Udah Kakak temui aja sana!”

“Kok gak diajak masuk aja, sih?”

“Tamunya gak mau diajak masuk, Kak.”

“Emch... ganggu aja deh,” keluh Risya sambil beranjak dan melangkah keluar dari kamarnya.

Cika pun mengikuti langkah Sang kakak.

Sambil ngomel-ngomel tidak jelas karena waktu santainya terganggu, ditambah sedang merasa kesal juga kepada Mahesa, Risya tetap berjalan menuju pintu depan.

“Ganggu deh. Udah mah punya pacar kurang peka, pake ngajak ribut segala, eh ada tamu yang so penting banget lagi. Nyebelin, ‘kan?” omel Risya.

Cika yang masih mengikuti, tetap diam mendengarkan ocehan yang keluar dari mulut Risya, seakan-akan tidak peduli dengan apa yang dikeluhkan Sang kakak. 

Pada saat Risya membuka pintu, tiba-tiba ia dikagetkan dengan seseorang yang tergulai lemas dan jatuh pingsan di hadapannya. Dan yang lebih mengagetkan lagi, ternyata orang itu adalah Mahesa. “Mahesa...” ujar Risya panik. 

Spontan Risya langsung menyangga tubuh Mahesa dan perlahan terduduk, kemudian Risya meletakkan kepala Mahesa di pangkuannya.

“Ka Esa kenapa, Kak?” tanya Cika yang langsung mendekati Risya.

“Kakak juga gak tau,” ujar Risya. “Sa... bangun! Esa!” Risya mencoba membangunkan Mahesa dengan menepuk pelan pipinya beberapa kali. 

“Sa, bangun dong. Kamu kenapa? jangan buat aku khawatir kaya gini, aku mohon. Bangun dong, Sa! Esa bangun!” ujar Risya semakin panik. “Esa bangun! Esa!” pintanya yang kali ini diiringi tangis.

Tiba-tiba muncul setangkai bunga mawar putih tepat di hadapan Risya, diiringi beberapa kata yang terdengar olehnya.

Happy anniversary,” ujar Mahesa yang perlahan bangun dari posisi terbaringnya sambil melemparkan senyum kepada Risya.

“Iiihhh... Esa!” kata Risya kesal sekaligus bahagia, karena Mahesa baik-baik saja.

“Cie... cie...” goda Cika yang ternyata sudah mengetahui rencana Mahesa, yang ingin memberikan kejutan kepada Risya.

Usaha Mahesa yang dibantu Cika untuk ngerjain Risya, ternyata berhasil. Sebelum sandiwara pingsan tadi terjadi, Mahesa lebih dulu bekerjasama dengan Cika. Mahesa meminta Cika agar memberitahu Risya untuk menemui tamu di depan rumahnya, yang tidak tahu siapa. Karena jika Risya tahu yang datang Mahesa, dia tidak akan mau menemuinya. Sebab, 1 jam yang lalu mereka sempat bertengkar di telepon, mungkin Risya kesal karena kekasihnya lupa sama hari jadian mereka. Padahal, Mahesa sedang menyiapkan sesuatu yang special untuk anniversary mereka kali ini. 

Atas saran Cika, Mahesa datang dan akan berpura-pura pingsan. Jika seperti itu, Cika rasa, Risya akan kaget dan sedih. Di saat itulah moment yang tepat bagi Mahesa untuk memberikan bunga kepada Risya. Bunga yang Cika sembunyikan lalu ia berikan kepada Mahesa lewat belakang Risya. Sehingga Risya sama sekali tidak menyadari, kalau dirinya sedang dikerjain oleh Mahesa dan juga adiknya.

Tak mau membuat Risya bersedih terlalu lama, Mahesa langsung menghapus air mata yang membasahi pipi Risya, lalu menatap wajahnya penuh cinta.

“Mungkin, aku tak bisa memberikan kilau dunia seperti mereka. Karena aku hanya malam tanpa bintang. Namun, dengan sinar redup yang kupunya, aku akan berusaha untuk selalu menerangi gelap malammu. Bagiku, hadirmu bagai pelangi. Membawa keindahan di langit impian. Langitku yang dulu kelabu. Kini berubah menjadi sangat indah. Jangan pernah engkau biarkan. Langit indahku tercampakkan. Jangan biarkan mendung kembali datang. Hingga akhirnya menutupi hati yang tengah berdendang.”

Risya benar-benar dibuat bengong, seakan-akan tidak percaya. Jika Mahesa kembali memberikan sebuah puisi untuknya.

“Tepat 3 tahun yang lalu. Kita memutuskan untuk saling mengenal lebih jauh. Dan tak terasa kita masih saling mengenal dan saling memiliki sampe sejauh ini. Berbagai warna cerah dan kelabu telah mewarnai perjalanan cinta kita. Maafkan aku yang masih belum bisa menjadi yang terbaik untuk kamu. Tapi sungguh, aku bahagia bisa mengenalmu, dan aku sangat beruntung bisa memilikimu. Happy anniversary, Sayang... aku mencintaimu.”

Happy anniversary, Sayang... aku juga mencintaimu,” ucap Risya sambil meraih bunga mawar putih yang masih ada di tangan Mahesa, lalu memeluk erat Mahesa. 

Laki-laki itu langsung tersenyum dan memeluk erat Risya. 

“Aku pikir kamu lupa,” kata Risya berbisik. 

Mahesa tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Di saat Mahesa dan Risya saling mencurahkan rasa sayang, mereka sama sekali mengabaikan kehadiran Cika yang masih berada di samping mereka.

 “Ekhem... terus aja terus! Jangan dilepasin! anggap aja aku gak ada!” ujar Cika kepada Mahesa dan Risya yang masih awet dalam posisi berpelukan.

Mendengar sindiran kecil dari Cika, perlahan Mahesa dan Risya melepaskan pelukan mereka, sambil tersenyum ke arah Cika yang memasang wajah cemberut, dan tak lama langsung berubah tersenyum.

“Tapi makasih ya, Cik... udah bantuin Kakak.” Mahesa mengacungkan jari jempol tangannya kepada Cika.

Cika membalasnya dengan mengacungkan jari jempolnya sambil tersenyum.

“Awas aja ya kalian!” kata Risya sedikit mengancam, namun dengan aura becandaan.

Mahesa dan Cika hanya tersenyum sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah mereka secara bersamaan.

Risya kembali tersenyum dengan ulah kekasih bersama adiknya itu, karena bagaimana pun kabahagiaan kini benar-benar menghiasi hatinya.

Mahesa kembali tersenyum sambil menatap wajah Risya lalu memeluknya kembali.

Dan kali ini Cika hanya geleng-geleng melihat ulah mereka sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangan. 

Lihat selengkapnya