Pagi-pagi sekali Risya berkunjung ke kost’an Mahesa. Risya mengetuk pintu kamar Mahesa berkali-kali, tapi Mahesa tidak keluar. Risya mengetuknya semakin keras dan cepat. Hingga akhirnya pintu terbuka dan Mahesa pun keluar.
“Kamu lagi,” kata Mahesa. Dengan raut muka yang langsung ditekuk. “Gak bosen apa? Aku ‘kan udah bilang, aku gak mau bahas lagi semua tentang kita,” ujar Mahesa kesal.
“Lupain semua itu! Aku kesini bukan untuk bahas masalah kita. Aku cuma pengen kamu pulang! Bang Regi sakit keras, keadaannya semakin parah. Bang Regi butuh kamu!”
Mahesa malah tertawa kecil menanggapinya. Seakan-akan apa yang baru saja Risya katakan, adalah sebuah lelucon. “Hemm... paling itu cuma akal-akalan dia aja. Drama banget. Udah mendingan sekarang kamu pulang! bilang sama bang Regi. Mau kenapa pun dia, aku gak akan pulang. Aku udah gak peduli lagi!”
Mendengar perkataan seperti itu terlontar dari mulut Mahesa, cukup membuat hati Risya sakit. Risya sangat tidak mempercayai kalau kata-kata seperti itu benar-benar keluar dari mulut adik kandung Regi.
“Oke... kalau itu mau kamu. Aku gak akan maksa, apalagi sampai memohon.”
Mahesa terlihat memasang wajah angkuhnya, yang semakin membuat Risya merasa sangat kesal.
“Tapi perlu kamu tau satu hal, bang Regi sangat menyanyangi kamu. Aku yakin, suatu saat kamu pasti akan menyesal, atas perbuatan kamu terhadap bang Regi sekarang. Camkan itu, Sa!” Dengan kesal Risya pergi.
Mahesa hanya diam terpaku usai mendengar ucapan Risya kali ini.
***
“Itu Risya bukan, ya?” tanya Nisa pada dirinya sendiri.
Saat sedang mengendarai mobilnya menuju perkebunan, tidak sengaja Nisa melihat seseorang yang mirip seperti Risya sedang duduk di pinggir jalan, di atas rumput hijau yang tidak terlalu tinggi, tepat di samping sebuah motor matic yang di parkir di pinggir jalan.
Mobil yang Nisa kendarai pun semakin mendekati gadis yang duduk termenung itu, ia langsung mematikan mesin mobilnya tepat di samping motor.
“Iya... itu emang Risya,” kata Nisa saat melihat gadis yang sedang duduk itu memang benar-benar Risya.
Nisa langsung mencabut kunci kontak mobilnya, lalu membuka pintu mobil dan keluar. Setelah pintu mobilnya tertutup, perlahan Nisa berjalan menghampiri Risya.
“Risya...!” tegur Nisa saat sudah berada di samping Risya.