Karena luka yang disimpan terlalu lama… bisa berubah jadi cambuk berdarah.
Malam masih sama—gelap, sepi, tak bertanya.
Di sebuah jalan kecil yang jarang dilalui manusia, tiga bayangan menyatu dengan pohon mati yang berdiri kering, seperti hati mereka.
Pohon itu pernah hidup, sama seperti mereka—sebelum direnggut sesuatu yang bahkan mereka sendiri tak sanggup ucapkan.
Topi lusuh yang mereka pakai, bukan sekadar penutup kepala,
tapi simbol dari masa yang tak pernah mereka rayakan.
Masker lusuh menempel di wajah mereka, menyembunyikan lebih dari sekadar identitas—
menyembunyikan kemarahan, malu, trauma, dan satu nama yang selalu terngiang,
tapi tak boleh disebut.
Tak ada obrolan, tak ada rencana tertulis.
Mereka hanya tahu:
malam ini… waktunya.
Entah siapa yang memulai dendam ini,
tapi mereka bertiga tahu satu hal: