Saksi Bisu

M. Ferdiansyah
Chapter #3

MINGGU

Lagi-lagi aku lupa, di kamarku yang dingin, karena ber-AC membuat tubuhku menggigil. Aku sulit untuk menurunkan suhu AC tersebut entah mengapa aku ini bodoh sekali padahal aku tinggal mengotak-atik saja dan yap aku memencet tombol-tombol yang ada di remot AC tersebut dan udara yang dihasilkan turun seketika menjadi 19°C. Biasanya almarhumah mamaku yang mematikan atau menyalakan AC tersebut. Namun, sudah tidak lagi. Di umurku yang ke-21 tahun tepat 100 hari setelah kepergian orang tuaku. Aku ingin mati saja daripada hidup tersiksa seperti ini. Hidup sendirian ditemani hujan yang berbunyi setiap Minggu kadang setiap hari Rabu. Untungnya aku masih bisa mendengar dan melihat disekitarku. Aku sudah sangat fasih dalam belajar bahasa isyarat, karena setiap Minggu sore aku selalu datang ketempat dimana orang-orang yang serba kekurangan berkumpul dan saling bercerita. Hari ini adalah hari Minggu dan aku sangat senang sekali, karena bisa bertemu dengan teman-temanku yang sama-sama memiliki kekurangan dan menjadi support system dalam hidupku. Di sudut kamarku terdapat mainan-mainan koleksi berupa barbie dan boneka-boneka lucu lainnya. Saat kecil aku selalu bermain bersama mereka. Mereka yang selalu menemaniku ketika tidur maupun bermain kadang aku selalu bercerita walaupun mereka benda mati, tapi aku jauh lebih bahagia karena tidak sendirian.

Aku merasa bahwa aku bangun di pagi hari tepat jam 07.00 pagi, karena langitnya agak terang tidak terlalu gelap seperti pada hujan biasanya. Dari Jendela kamarku yang tinggi aku bisa melihat Megan dan kekasihnya yang sedang berbincang-bincang. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena hujan yang berisik dan jarak yang sekitar 20 meter kurang lebih dari rumahku membuat diriku ingin menyapa mereka berdua. Aku pernah sesekali bangun di malam hari maksudku dini hari tepat jam 03.00 pagi dan melihat dari jendela kamar mereka menyala. Aku melihat mereka berdua sedang bercumbu dan itu pertama kalinya aku melihat dua orang yang sedang memadu kasih namun segera aku tidur kembali dan tidak ingin melihat zina yang ada di depan mataku. Malam itu aku jadi tidak bisa tidur. Namun, kupaksa kedua mataku untuk merem agar bisa tidur kembali.

Aku dan Megan sudah bertetangga sekitar tiga bulan. Kami suka jalan-jalan bersama, kadang nongkrong di kafe atau mampir ke mall yang berada di Jakarta. Megan mempunyai rambut yang indah warnanya blonde, matanya biru seperti wanita eropa dan katanya ia adalah warga negara Jerman dan sudah menjadi warga negara Indonesia saat ia lahir. Umurnya pun sekitar 25-an dan suaminya yang bernama Aldi, sangat tampan sekali, memiliki brewok hitam dan badan yang cukup tinggi. Megan selalu bercerita kepadaku tentang suaminya yang menurutnya kurang perhatian, karena lebih mementingkan pekerjaan ketimbang dirinya. Megan adalah tipikal orang yang mudah cemburuan dan selalu negative thinking terhadap suaminya yang katanya tukang selingkuh. Aku selalu berpesan kepada Megan untuk tidak selalu berpikir yang buruk, mungkin saja suaminya sibuk bekerja atau ada urusan lain. Pernikahan Megan dan Aldi sudah dua tahun. Namun, mereka belum memiliki anak, karena Megan bilang bahwa ia pernah mengalami keguguran tiga kali dan ia tidak ingin memiliki anak lagi, karena trauma dan sakit kehilangan buah hati yang ia sayangi.

Di rumahku, aku memiliki tiga ekor kucing bernama X, Y dan Z. Semuanya laki-laki dan masih kecil, mereka bertiga anak dari pasangan kucing pertamaku yaitu Le dan San. Mereka berdua mati, karena sakit dan sebelum Le dan San mati, San melahirkan tiga ekor kucing yang sudah berumur 2-3 minggu dan aku harus mengurus kucing-kucing kesayanganku. Dari kemarin aku hanya stress memikirkan warisan dari orangtuaku yang ingin kuapakan dengan uang sebanyak itu. Pagi ini, aku tidak ingin terus memikirkan warisan itu lagi, aku hanya ingin sembuh dari penderitaan ini. Tidak pernah lupa aku berdoa kepada Allah SWT agar bisa disembuhkan penyakitku ini. Setelah memberi makan kucing-kucingku, aku segera turun ke bawah tangga dan pergi ke samping rumahku yang berisikan tanaman- tanaman anggrek berwarna merah, pink dan putih. Anggrekku sangat indah dan membuat mataku selalu segar ketika melihatnya bermekaran. Di samping bunga angrek, aku menanam bunga matahari dan melati. Indah sekali pemandangan halamanku yang hijau apalagi pot-potku juga bagus terbuat dari batu yang mahal dan tanah yang subur. Hari ini aku hanya melihat dari pintu rumah di sampingku, karena hujan sudah membasahi mereka dan aku tidak repot-repot lagi untuk menyiramnya.

Hujan sudah berhenti begitu pun aku sudah mandi dan memakai pakaian panjang kemudian menonton TV yang sudah ku tandai tombol powernya. Dan TV menyala seketika melihat berita lokal yang begitu bodoh selalu memberitakan tentang perselingkuhan, pernikahan dan keriaan para artis dalam berbagi. Apalagi sinetron drama Indonesia yang begitu membosankan dan menyebalkan membuat aku tambah malas menonton TV. Pada akhirnya aku hanya menyemil snack dan susu yang biasa kubeli di Indomaret atau Alfamart. Sungguh nikmat sekali. Saat aku melihat jendela, hujan sudah berhenti dan mataharinya pun sangat indah. Aku rasa ini jam 09.00 atau 10.00 pagi. Aku melihat kamar Megan, ia tidak berada disana, ternyata ia berada dibawah. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan sepertinya ia sedang menghirup udara segar.

Aku mematikan TV kemudian pergi ke bawah tangga untuk menyapa Megan. Aku buka pintu tiba-tiba saja ada Lion mengagetkanku. Ia tampan sekali memakai kaos putih dan kemeja hijau serta celana jeansnya berwarna hitam, rambut yang klimis dan wajah yang yang putih menambah ketampananya.

"Hai, Rahel," sapanya.

"Hai," kataku dalam bahasa isyarat.

Lihat selengkapnya