Kulihat dari jendela kamarku, langit senja begitu cerah, warna jingga dan kuning menyatu membuat awan-awan tenang dan indah sekali ketika mata memandang. Setelah melihat senja, aku segera melepaskan helai demi helai pakaianku dan segera mandi. Kunyalakan shower dan kuubah kerannya dari air dingin menjadi hangat. Tubuhku hangat sekali karena setiap pancuran air yang jatuh dari shower tersebut membuat badanku terasa jatuh dan mengantuk. Aku sangat tenang, damai dan merasa bahwa mandi di waktu sore bersama air hangat sangat nikmat sekali. Aku memakai sampo dan mulai meremas-remas rambutku lalu kudekatkan ke air yang jatuh. Setelah itu, aku memakai sabun, menggosok gigi dan memakai sabun cuci muka. Setelah mandi, aku segera mengeringkan badanku dan bersiap-siap memakai pakaian. Aku sulit membedakan mana itu merah dan pink jadi aku hanya mencoba apa yang menurutku bagus.
Beberapa menit setelah berpakaian dan berias sedikit, kini waktunya aku berangkat dan memakai tas yang dibelikan mamaku bermerk Gucci. Sebelum aku beranjak kebawah, aku sempat melihat foto mereka berdua di atas mejaku. Aku selalu terharu jika melihat foto itu dengan senyuman tipis mereka yang manis. Aku segera turun menuju garasi lalu kunyalakan mobil dari hadiah ulang tahunku, sebuah mobil Ferrari yang dibeli ayahku. Aku mendapatkan kedua hadiah tersebut saat berumur 17 tahun dan belajar menyetir setelah aku mendapatkan SIM. Aku diajarkan oleh ayahku setiap hari minggu pagi dan menghafal tanda-tanda lalu lintas. Entah mengapa, aku lebih bisa menghafal tanda, lambang atau bentuk daripada huruf atau bacaan lainnya yang menurutku lumayan sulit.
Setelah aku memanasi mobil, kini waktunya aku menancap gas tiba-tiba saja, Megan memanggilku dari belakang.
"Rahel," teriak Megan.
"Iya, ada apa?" Tanyaku dalam bahasa isyarat.
"Kamu ingin ke Pertemuan Ruang Rindu ya?" Tanyanya.
Aku mengangguk saja dan aku melihatnya seperti tampak sedih dan bermasalah kemudian ia menunduk dan meneteskan air mata. Aku keluar dari mobilku dan mulai bertanya kepadanya.