“Menjadi seorang remaja adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan rasa, kemudian untuk menjadi dewasa, rupanya bukan hanya tentang rasa cinta, di dalamnya juga ada patah, luka, dan air mata!”
Seperti kata Melly Goeslaw ‘Saat-saat remaja yang terindah tak bisa terulang.’
Maka nikmatilah setiap jengkal proses dewasamu.
-||-
Weekend kesekian di bulan Desember hingga ke Januari, perayaan Natal dan Tahun Baru sudah dilaksanakan dengan sangat meriah oleh seluruh penduduk bumi. Hari ini adalah hari terakhir untuk menikmati perayaan serta libur panjang yang disediakan oleh pihak pemerintah.
Tempat-tempat seperti Stasiun, Terminal, Bandara, hingga jalananan juga terlihat sangat ramai. Beberapa orang baru kembali ke kota mereka masing-masing agar besok bisa melanjutkan rutinitas seperti biasanya. Pelajar, para pekerja, semua pelaku ekonomi akan kembali ke sarang mereka masing-masing untuk menggerakkan roda kehidupan seperti biasanya.
Kota-kota besar akan kembali dipadati oleh kendaraan yang setiap harinya akan membuat macet, dan menyebabkan polusi udara sehingga manjadi salah satu penyumbang perusak lapisan ozon, tidak heran bahwa bumi semakin panas.
“Put, paspor kamu mana?” seorang wanita bertanya pada remaja yang sejak tadi duduk sambil melihati sekitarnya. Wanita itu masih cukup muda, usianya baru sekitar 40 tahunan, sedangkan remaja cantik di hadapannya berusia sekitar 16 tahun.
“Ada kok, Ma!” remaja itu menunjukkan paspor yang dia raih di sakut jaketnya. Dia menunjukkan paspor itu dengan tersenyum manis.
Dua wanita yang tidak lain adalah Ibu dan Anak ini sedang berada di Bandar Udara internasional Changi Singapura. Mereka akan melakukan penerbangan menuju Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Indonesia. Mereka tidak melakukan penerbangan sebagai turis yang kembali ke negaranya setelah melakukan pelesiran, mereka adalah warga negara indonesia yang sudah hampir sepuluh tahun hidup di negara tetangga, dan akhirnya kembali ke tanah air.
Putri Nuari Aulia, gadis belia yang lebih akrab di panggil ‘Puput’ ini adalah salah satu tokoh utama kita, gadis cantik dengan rambut panjang ini akan kembali melanjutkan sekolahnya di Indonesia. Senin besok dia akan memulai hidupnya sebagai siswi baru. Perjalanan hari ini akan sedikit panjang, Puput dan Ibunya akan tiba di Indonesia tengah malam nanti.
-||-
Senin – Indonesia 05:00 WIB (waktu indonesia barat).
‘BRAAAK!’
Seseorang baru saja terjatuh dari tempat tidurnya dengan cukup kencang “Aw!!” seseorang itu memegangi pinggangnya, kemudian mencoba berdiri dan duduk di atas kasurnya, dengan wajah yang tentunya masih menahan rasa sakit, sepertinya dia butuh tukang pijat.
Mari kita perkenalkan dia, seseorang yang baru saja terjatuh ini adalah gadis remaja yang meskipun sudah terjatuh dari kasur, dengan muka bantal yang masih terlukis jelas di wajahnya, tetap saja dia akan terlihat cantik dan anggun dengan kerudung yang setiap saat selalu melingkar di kepalanya.
Namanya Titania Alamsyah, berusia 16 tahun, saat ini Titan sedang bersekolah sebagai siswi kelas XI SMA di SMA Kusuma, dia juga tokoh utama kita, karena cerita panjang ini akan membahas kisah remaja dari dua orang sahabat, yaitu Putri Nuari Aulia dan Titania Alamsyah.
-||-
Di sudut lain, di tempat yang tidak jauh dari kediaman Titan, sebuah weker berbentuk kodok sedang berbunyi dengan sangat keras, membuat si penghuni kamar semakin erat menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
‘KRIIING!’
Sepertinya si kodok tidak ingin menyerah, terus-terusan berbunyi dan berharap si penghuni kamar segera membuka matanya, “Ah!!” si penghuni kamar berteriak kencang dari dalam selimutnya, sepertinya marah karena masih menginginkan tidur, sayangnya si kodok tetap berdering keras.
“Ah!!” tiba-tiba, selimut itu terbuka sempurna, si penghuni kamar menunjukkan batang hidungnya, matanya yang masih ingin terpejam sesekali terlihat berusaha untuk terbuka, tangannya meraih si kodok yang sejak tadi mengganggu tidurnya itu.
Matanya mulai melirik ke kanan dan ke kiri, berusaha bangun dari tidurnya, dengan langkah yang masih sempoyongan dia berdiri dan membuka jendela kamarnya, “Uh!” wajahnya langsung disapu oleh sinar matahari yang sudah keluar dari singgasananya.
“Hm, Jakarta.” ucapnya pelan, si penghuni kamar yang tidak lain tidak bukan adalah, Puput, gadis yang semalam baru saja tiba di Indonesia, dan pagi ini harus langsung melanjutkan hidupnya.
-||-
Senin pagi dan hari pertama semua penduduk bumi kembali melakukan rutinitas mereka yang mungkin cukup melelahkan dan juga membosankan. Jalanan pagi ini begitu macet, suara kelakson mobil dan motor bersautan tanpa henti, ditambah dengan suara-suara para penggerutu yang bangun kesiangan dan terlambat menuju tempat kerja, sekolah, kampus, mereka semua terlihat marah dengan jalanan pagi ini.
Titan baru saja memarkirkan motornya di parkiran motor sekolah, setelah membuka helmnya, sesekali Titan menghadap ke kaca spion motor untuk kembali merapikan kerudung abu-abu yang dia pakai.
“Assalamu’alaikum?” seseorang berdiri di dekat Titan sambil tersenyum manis. Titan yang sudah sangat hafal betul dengan suara ini hanya menjawab santai, sambil terus merapikan kerudungnya. “Wa’alaikumussalam!”
Seseorang ini bernama Aditya Gentana, dia adalah salah satu sahabat Titan di sekolah, atau lebih tepatnya, dia adalah seseorang yang paling berani mengganggu Titan.
“Udah cakep!” kata Adit yang masih terus memperhatikan Titan dengan kerudungnya.
“Gue ngaca biar rapih, bukan biar cakep!” Titan menghadap ke Adit, dengan wajahnya yang cukup galak.
“Oh iya sih, kan, kalo cakep udah dari lahir ya.” jawab Adit dengan cengengesan, sedangkan Titan hanya menelan ludahnya dan menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan meninggalkan Adit.
“Eh, tunggu dong!” Adit berlarian menyusul langkah Titan yang cepat.
-||-
Di sudut lain, koridor sekolah sedang sangat ramai, semua sorot mata kini tertuju pada seorang gadis yang baru mereka lihat. Gadis yang cantik, rambutnya panjang dan indah, senyumannya manis sekali, membuat pagi para remaja laki-laki SMA Kusuma seolah semakin cerah.
“Sory, ruang guru di mana ya?” Siswi baru itu bertanya kepada salah satu siswi lainnya.
“Lurus aja, nanti ruangannya sebelah kanan, ada tulisannya kok.” Jawab siswi itu.
“Ok, makasih ya!” siswi baru itu berjalan menuju ruang guru, masih dengan tatapan semua orang yang mencoba memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Setelah tiba di depan ruang guru, Siswi baru itu masuk dan memperkenalkan dirinya.
“Permisi, selamat pagi Bu, saya Putri Aulia Nuari!” dia memperkenalkan dirinya dengan tersenyum ramah.
“Oh, kamu anak baru yang dari Singapura, ya?” seorang guru mendekatinya.
“Iya, Bu, betul.”
“Anaknya, Buk Sarah ya?” seorang Guru laki-laki ikut menimbrung dari tempat duduknya.
“Iya, Pak, betul.”
“Loh, Pak Rahmat kenal sama orang tuanya?” tanya Ibu guru yang mendekati Puput tadi.
“Kenal, kebetulan dulu saya satu SMP sama almarhum Ayahnya dia.” jawab Pak Rahmat.
“Ayah kamu sudah nggak ada?” tanya Ibu guru itu ke Puput, sedangkan Puput hanya mengangguk. “Yasudah, sekarang ikut Ibu ke kelas kamu ya!” Ibu Guru bernama Sri itu mengajak Puput berjalan menuju kelasnya.
Setiba di kelas itu, perhatian Puput langsung tertuju pada Titan yang duduk nomor 2 dari barisan paling belakang.
“Anak-anak, perkenalkan ini Putri, dia adalah siswi pindahan dari Singapura. Putri silakan perkenalkan diri kamu!” Ibu Sri meminta Puput untuk memperkenalkan dirinya, mata Puput masih terus memperhatikan Titan, sedangkan Titan hanya sibuk dengan penanya, sama sekali tidak peduli dengan keadaan sekitar.
“Halo, temen-temen semua, nama Saya Putri Aulia Nuari, saya biasa di panggil Puput, saya pindahan dari Singapura, semoga kita semua bisa berteman dengan baik.” Puput tersenyum, membuat semua anak di kelas itu terpelongo melihat kecantikan dan aura ceria dari Puput.
“Puput, kamu bisa duduk di samping Melisa ya!” suruh Bu Sri.
“Baik, Bu.”
“Anak-anak jangan ribut ya, sebentar lagi guru kalian masuk.”
“Baik, Bu!” Bu Sri keluar dari ruangan kelas, dan Puput berjalan menuju meja Melisa yang tepat di depan meja Titan.
“Hai?” Puput menyapa Melisa.
“Hai, gue Melisa,” Melisa menjulurkan tangannya dan di sambut baik oleh Puput.
“Gue Puput, lo kenapa duduk sendirian?”
“Oh, kemarin anak yang duduk di sini pindah ke bandung jadi gue sendirian.”
“Oh, em ...” Puput menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian melanjutkan kata-katanya “Eh, gue Puput, lo siapa?” Puput menjulurkan tangannya ke siswi yang duduk tepat di belakangnya.
“Gue Nana.”
“Nana, lo betah duduk di samping dia? Nggak takut?” tanya Puput sambil menunjuk Titan yang masih sibuk dengan pena dan bukunya.
“Syut!” Melisa dan Nana kompak menyuruh Puput diam. “Jangan gangguin dia!” Peringat Melisa ke Puput.
“Em ... Nana lo mau pindah ke depan nggak? gue mau duduk di tempat lo.”
“Serius?” tanya Nana.
“Iya serius, boleh ya?”
“Ok.” Nana membawa tasnya kemudian pindah duduk ke depan, dan Puput langsung duduk di samping Titan. Setelah duduk, Puput langsung memandang Titan yang masih sibuk menulis dan menunduk itu, Puput berusaha menyadarkan Titan dengan mengetuk meja mereka, tapi Titan tetap diam. Kesabaran Puput sudah habis, Puput langsung memasukkan tangannya ke dalam kerudung Titan, kemudian menarik earphone yang di pakai oleh Titan, hal itu membuat Melisa dan Nana terkejut bukan main, karena yang mereka tahu, tidak ada satupun orang yang berani mengganggu hidup Titan, mungkin kecuali Adit, hampir semua anak takut pada Titan, ketua ekstakulikuler taekwondo ini memang terkenal garang.
“Lo, nggak bisa nyambut gue dengan hangat gitu?” semprot Puput setelah menarik earphone Titan.
“Eh, kapan lo nyampenya?” tanya Titan dengan santai.
“Nggak pernah berubah, heh! Dunia lo itu dunia nyata, bukan earphone lo doang, bukan buku lo doang, bisa ngeliat sekitar nggak sih?” teriak Puput, mengomeli Titan.
“Bisa, ini gue lagi ngeliat!”
“Titan!” suara teriakan dengan nada yang cukup manja itu keluar.
“Puput!” Titan menirukan nada yang sama dengan Puput. Keduanya saling melihati kemudian tertawa dan berpelukan, membuat hampir seisi kelas memperhatikan mereka.
“Kapan lo nyampe Indonesia?” tanya Titan setelah melepas pelukan mereka.
“Semalem, tadi pagi gue nyamperin lo ke rumah, tapi Bunda bilang lo udah berangkat duluan, lo nggak ada niat buat berangkat bareng gue?”
“Mana gue tau kalo lo bakalan dateng ke sekolah hari ini.” saat Titan dan Puput sedang berbicara, Melisa dan Nana memperhatikan keduanya dengan mengeluarkan ekspresi terkejut.
“Sory-sory, ini kalian udah saling kenal ya?” tanya Melisa memberanikan diri.
“Iya. Titan ini sahabat gue dari kecil.” Jawab Puput tersenyum bangga menyebut Titan sebagai sahabatnya. “Oh!” Melisa dan Nana sedikit menciut.
“Lo berdua nggak usah takut sama gue, gue beda sama Titan. Titan ini macan, kalo gue mah meong!” Puput tersenyum manis, membuat Melisa dan Nana juga tersenyum.
“Asem lo!” teriak Titan memukul lengan Puput.
“Aw ... tu, kan, dasar macan!” Puput memegangi lengannya, sedangkan Titan hanya diam memajukan bibirnya.
Tidak lama kemudian proses belajar mengajar dimulai, semua anak di kelas kini sibuk memperhatikan seorang guru perempuan di depan mereka yang sedang menjelaskan tentang filosofi dari berbagai macam bunga yang ada di dunia.
-||-
Saat jam istirahat, Titan mengajak Puput untuk makan ke kanti, mereka berdua sudah memesan dua porsi ketoprak dan dua air mineral yang sekarang sudah berada di meja tempat mereka duduk.