Masa sekolah yang sangat menyenangkan, pagi ini menjadi siswi baru bukan lah hal yang menakutkan lagi untuk Puput, mungkin karena ada Titan. Pagi ini mereka berdua berangkat ke sekolah bersama.
“Are you ready?” teriak Titan yang sedang membonceng Puput.
“Ready!” teriak Puput yang berada di bangku belakang, sambil tersenyum lebar dan mengangkat kepalan tangan kanannya ke atas.
“Ahh!!” mereka beteriak bersama ketika Titan menarik gas motornya. Kedua gadis remaja itu tertawa puas di atas motor sambil menikmati cuaca pagi yang begitu sejuk dan cerah, mereka sangat menikmatinya, melepas rindu setelah bertahun-tahun terpisah, tiba-tiba motor yang dikendarai oleh Titan oleng.
“Eh, eh, eh ... kenapa ini?” Titan dan Puput kebingungan, dengan cepat Titan melipirkan motornya ke pinggir jalan.
“Kenapa, Tan?” tanya Puput saat turun dari atas motor, sedangka Titan masih diam saja sambil memeriksa apa yang terjadi dengan motornya.
“Aih ... ban belakangnya pecah.” Titan mendongak melihat ke Puput karena sedang berjongkok di dekat ban belakang.
“Yah, gimana dong?” tanya Puput.
“Dorong lah, di depan ada bengkel nggak jauh kok, dari sini aja keliatan, kan?” Titan menunjuk bengkel yang mungkin cuma berjarak tigapuluh meter dari tempat mereka berdiri, Puput mengangguk, kemudian keduanya berjalan sambil mendorong motor Titan.
“Pake tenaga ya, Put!” perintah Titan.
“Hooh! Bawel banget sih, lo pikir gue lemah, hah?” teriak Puput yang mendorong motor dari belakang.
“Beneran nggak lemah?” tanya Titan menghadap ke belakang.
“Enggak lah!” Puput mengeluarkan ekspresi sombongnya.
“Ok ... kalo gitu, ayo lari!” Titan berteriak mendorong motornya diikuti oleh Puput yang juga mendorong motor sambil berlari, mereka juga tetap tertawa, bercanda, sampai dilihati oleh beberapa pengguna jalan yang pagi itu juga sedang mengejar waktu seperti mereka.
“Hah!” keduanya kompak menghembuskan napas berat setelah tiba di depan bengkel motor yang mereka tuju, “Akhirnya, pinggang gue bisa lurus.” Puput meluruskan tubuhnya karena dari tadi harus sedikit membungkuk untuk mendorong motor dari belakang.
“Capek ya?” tanya Titan tersenyum dan memegangi pundak Puput.
“Wah, gila ini bukan capek lagi, harusnya kita nggak lari dan ketawa kayak tadi!” Puput menggelengkan kepalanya.
“Nih,” Titan memberikan sebotol air minum dari tasnya yang selalu dia bawa ke sekolah.
“Air!” ucap Puput meraih botol itu dan meminumnya.
“Heh, duduk!” Titan menepuk lengan Puput.
“Oh iya lupa!” Puput tercengir kemudian mencari tempat duduk, sedangkan Titan langsung berbicara dengan pemilik bengkel untuk segera memperbaiki motornya karena mereka harus mengejar waktu ke sekolah, tapi berselang 5 menit saat montir sedang memperbaiki motor Titan, ada satu mobil yang berhenti di depan bengkel, mobil yang sudah sangat tidak asing di lihat oleh Titan, melihat mobil itu ekspresi Titan menjadi kurang enak.
“Ngapain sih berhenti di sini?” rutuk Titan saat mobil itu berhenti.
“Siapa?” tanya Puput yang juga melihati mobil itu, tapi belum dijawab oleh Titan seseorang sudah keluar dari mobil itu, siapa lagi kalau bukan Andi, satu-satunya orang yang selalu membuat ekspresi Titan menjadi kesal.
“Hei?” sapa Andi ketika keluar dari mobil dan langsung mendekati Titan dan Puput.
“Hei!” jawab Puput dengan sangat girang, sedangkan Titan hanya diam dengan ekspresi tidak sukanya.
“Motornya kenapa?” tanya Andi melihat motor Titan sedang diperbaiki.
“Bocor bannya.” jawab Titan singkat.
“Oh ... yaudah kalo gitu kalian sama aku aja, bentar lagi masuk loh, daripada telat, kan?” tawar Andi.
“Boleh, motor lo tinggal aja, Tan. Kita sama Andi!” ajak Puput, dan sebetulnya Titan ingin sekali menolak ajakan ini tapi Titan sendiri tahu bahwa kurang dari duapuluh menit lagi bel akan berbunyi, kalau dia memaksakan diri untuk menunggu motornya sudah pasti dia akan terlambat ke sekolah.
“Duh, gimana ya, gue ...” saat Titan sedang berpikir tiba-tiba ada suara klakson dari arah mobil Andi, saat mereka bertiga melihat ternyata di sana ada Adit dengan motornya yang berada di belakang mobil Andi, “Gue sama Adit aja, bye!” ucap Titan tersenyum girang kemudian berjalan mendekati motor Adit sambil membawa helmnya.
“Yaudah, ayo kita berangkat!” ajak Puput ke Andi, sedangkan Andi hanya mengangguk lalu berjalan menuju mobil bersama dengan Puput, setelah mobil itu berjalan Titan terus memperhatikan mobil Andi.
“Woi, ngapain ngeliatin mobil orang? Pengen?” tanya Adit menyadarkan Titan.
“Enggak, gue lebih suka naik motor.” jawab Titan.
“Apalagi sama gue ya kan?” Adit tersenyum.
“Hm ... iya! Puas lo?”
“Banget!”
“Yaudah ayo!”
“Ayo kemana?”
“Gue pesen ojek online nih,” ucap Titan karena malas meladeni candaan Adit yang barusan.
“Iya, iya yaudah naik!” Titan langsung naik ke atas motor Adit, kemudian langsung berjalan. Ditengah perjalanan, Adit merubah sedikit letak kaca spion motornya, Titan yang menyadari hal itu langsung bertanya, “Ngapain sih dari tadi ngotak-ngatik spion mulu?” tanya Titan, Adit hanya tersenyum melihat wajah Titan dari spion.
“Woi, spion itu buat liat jalan yang di belakang, ngapain lo arahin ke gue?” tanya Titan lagi.
“Ini kan juga ke belakang, gue lagi liat makmum gue!” ucap Adit membuat Titan tertawa.
“Hahaha! asem lo ya.” Titan menepuk pundak Adit dari belakang, “Benerin Dit, nanti nggak keliatan kalo ada mobil atau motor dari belakang.” sambung Titan.
“Yang penting, kan lo nya keliatan.”
“Apaan sih?” Titan tersenyum malu dan pura-pura membuang pandangannya, tapi terlihat jelas dari kaca spion Adit bahwa Titan sedang tersenyum manis. Hal itu membuat Adit juga ikut tersenyum, “Cantik parah!” ucap Adit pelan sambil sesekali melihat kaca spionnya.
Tidak lama mereka berhenti di lampu merah, motor Adit melalui mobil Andi, Adit dan Titan berhenti tepat di depan mobil Andi meskipun posisinya sedikit berada di samping, dari dalam mobil Andi dan Puput melihat keakraban antara Adit dan Titan, mereka melihat keduanya tertawa di atas motor.
“Titan happy banget di atas motor bareng Adit.” ucap Andi.
“Ya namanya juga Titan, kalo udah deket sama orang dia bisa ceria, tapi kalo nggak deket ya dia kayak macan!” jawab Puput sedikit tertawa.
“Sayangnya sih sama aku dia udah nggak ceria lagi.”
“Oh ya aku udah mau nanya sih, kamu ada apa sama Titan? Ada masalah apa? Soalnya Titan nggak pernah cerita sama aku, dan kamu juga setelah tiga tahun aku pindah ke Singapura, kamu udah nggak pernah kontak aku lagi, jadi aku nggak tau apa yang terjadi sama kalian berdua.”
“Em ...” Andi memperhatikan Titan dari dalam mobil, “Untuk yang nggak ngontak aku minta maaf, tapi kalo masalah sama Titan, aku juga bingung, mungkin Titan ngerasa aku sama dia udah beda aja, cara kita berteman udah nggak sama, dan dia lebih nyaman sama Adit, atau sama Galin.”
“Masa sih kayak gitu? Aku kenal Titan dengan baik, dia nggak mungkin ngejauhin orang tanpa sebab, tapi yaudahlah nanti aku coba ngomong ke Titan ya!”
“Hm ... makasih ya!” Andi tersenyum dan langsung melajukan mobilnya karena sudah lampu hijau, dan di motor Adit dan Titan juga sudah melajukan motornya.
Di atas motor, tidak jauh dari sekolah, “Dit, gue laper deh, sempet nggak ya makan di kantin dulu?” tanya Titan.
“Dasar tukang makan!” jawab Adit bercanda.
“Ah rese lo, gue serius.”
“Ya nggak sempet lah orang 10 menit lagi bel, lagian tadi kenapa nggak sarapan di rumah?”
“Udah tapi dikit!”
“Bener, kan tukang makan, laper mulu.” Adit bercanda lagi, tapi kali ini Titan hanya memajukan bibirnya, tak lama motor itu akhirnya masuk ke dalam gerbang sekolah, begitu juga dengan mobilnya Andi yang langsung masuk ke parkiran mobil.
Setelah turun dari mobil Andi, Andi menyuruh Puput untuk masuk ke kelas sendiri, karena dia punya urusan lain, “Kamu duluan ya masuknya, aku harus ke lapangan basket ada latihan!”
“Loh, nggak masuk kelas dulu? Masa langsung latihan?” tanya Puput.
“Minggu depan ada turnamen basket, udah ada izin kok dari sekolah.”
“Oh, yaudah aku duluan ya!”
“Iya, semangat belajarnya!” Andi mengelus puncak kepala Puput, kemudian Puput berjalan masuk ke dalam sekolah, berbeda dengan Adit dan Titan, ketika tiba di parkiran dan hendak turun dari motor, Adit memperingati Titan agar hati-hati.
“Awas, hati-hati!” ucap Adit saat Titan hendak turun dari motor.
“Iya, emang gue bocah apa?” jawab Titan tersenyum setelah turun dari atas motor.
“Bukan gitu, lo kan roknya panjang takutnya nyangkut terus jatoh, masa calon nyokapnya anak-anak gue lecet gara-gara gue sih?” lagi-lagi Adit menggoda Titan.
“Asli lo tuh kayak setan ya, kerjanya menggoda manusia mulu, Astagfirullah!” Titan tersenyum.
“Mana ada setan ganteng.”
“Iya ganteng terserah lo deh, gue laper, ini helm gue nitip, gue pengen beli makan di kantin laper banget!” Titan berniat langsung berlarian ke dalam sekolah dan menuju kantin.
“Eh nggak usah, bentar!” Adit membuka tasnya dan mengeluarkan satu kotak nasi berwarna biru, “Nih.” Adit memberikannya ke Titan.
“Apa?” Titan menerima kotak itu.
“Ini dari Mama, nyokap gue!”
“Hah? Terus kenapa di kasih ke gue?”
“Itu pisang cokelat keju, kata nyokap lo suka banget, makanya nyokap nitipin ini ke gue biar di kasih ke lo.”
“Demi apa? Ini pisang cokelat keju buatan nyokap lo yang enak banget itu?” Titan langsung membuka kotak itu kemudian tersenyum lebar, “Wah ... serius ini buat gue?”
“Iya, dari nyokap!”
“Sumpah ini gue suka banget, bilangin makasih buat nyokap ya!”
“Iya.” Adit memperhatikan wajah Titan yang tersenyum lebar sambil mencium aroma pisang cokelat keju yang ada di kotak biru itu.
“Eh, kita makan bareng aja kali ya?”
“Nggak usah, gue ada satu kotak lagi nanti gue makan sama Galin di kelas, ini buat lo aja, kan lo tukang makan!”
“Rese, yaudah thanks ya! Gue duluan!” Titan langsung berjalan membawa kotak itu masuk ke dalam sekolah, sedangkan Adit hanya memperhatikan Titan dari jauh.
-||-
Puput yang sudah lebih dulu masuk ke dalam sekolah sedang sedikit mendapatkan masalah, tepat di depan tangga sekolah, Puput dicegat oleh tiga orang siswi yang juga berseragam sama sepertinya.
“Ow ... kenapa nih?” tanya Puput kepada tiga orang di depannya.
“Lo anak baru?” tanya salah satu siswi yang berdiri tepat di depannya, sepertinya dia adalah kepala dari anggota yang entah apa namanya itu.
“Iya, ini hari ke-dua gue di sekolah ini, kenapa?” tanya Puput santai.
“Kalo gitu, ikut gue!” mereka bertiga membawa Puput ke samping tangga.
“Ngapain sih, tempatnya beda dikit doang, ngomong di sana sama di sini apa bedanya?” tanya Puput.
“Banyak nanya lo. Gue cuma mau ngasih tau lo peraturan sebagai anak baru di sekolah ini, lo udah tau?”
“Udah, Kepala Sekolah, udah ngasih tau gue!”
“Peraturan lain, yang gue buat!”
“Kalo itu gue nggak peduli, emang lo siapa? Yang punya sekolah? Ups ... kalaupun lo yang punya sekolah, lo tetep nggak bisa buat peraturan di luar peraturan yang sudah disahkan oleh dewan sekolah. Gue di sini bayar, nggak geratis.” jawab Puput ketus.
“Anjir!! Berani juga ya lo, heh, lo pikir lo siapa?”
“Gue, Putri Nuari Aulia, siswi pindahan dari Singapura, dan orang yang paling benci sama perundungan di manapun, apalagi di sekolah kayak gini!”
“Perundungan apa sih? Gue cuma mau ngasih tau ke lo soal peraturan jadi anak baru, cuma ada tiga kok nggak banyak. Pertama lo nggak usah sok kecantikan, dua lo harus nurut apapun perintah gue selama tiga hari, dan ketiga selama lo sekolah di sini jangan pernah kecentilan sama cowok gue, Galin atau sama Adit!”
“Oh, lo Diana ya? Cewek freak yang di ceritain sama Titan ke gue. Akhirnya kita ketemu ya, tapi sayang abis ini mungkin lo bakal kena masalah, gue akan laporin kelakuan lo ini ke pihak sekolah!”
“Apaan sih bawa-bawa Titan sama pihak sekolah, emang gue ngapain lo, ngejambak? Mukul? Enggak, kan? Dasar, lo tu yang freak!”
“Kalian tuh begok, ya? Kalian ngajak gue ke samping tangga karena kalian mikir cctv sekolah nggak bisa ngerekam kelakuan kalian? Terus karena nggak nyentuh gue, kalian bilang kalian nggak ngebuly gue? Astaga!! Belajar deh makanya biar pinter, sekolah buat pinter jangan makin begok, fix sih lo bertiga bakal ketemu gue di ruang BK!”
“Heh! cewek aneh.” Diana mulai berteriak, sedangkan dua temannya hanya diam dan ketakutan.
“Woi! Teriak-teriak kayak di hutan!” ucap Titan tiba-tiba, melihat Diana dan teman-temannya dari atas tangga.
“Eh ... lo Tan?” ucap Diana seperti takut.
“Lah??” Titan terkejut ketika melihat Puput ada di sana, “Kurang ajar lo, mau ngerjain Puput ya? Em ... gue banting juga lo bertiga!” Titan berjalan menuruni tangga dan mendekati Puput, Diana dan kedua temannya, sedangkan Puput hanya tersenyum, mengangkat satu sudut bibirnya seolah mengejek, Diana.
“Mau ngapain Puput, lo?” tanya Titan saat di depan Diana.
“Nggak ngapa-ngapain, orang Cuma ... ngobrol.” jawab Dian gugup.
“Bohong banget! Dia mau ngebuly gue Tan.” jawab Puput dan masih tersenyum ke arah Diana.