SAKURA

bibliosmia
Chapter #3

CEMBURU

‘Tin tin tin’

Suara klakson mobil yang berhenti tepat di depan motor Titan. Pemilik mobil keluar, berjalan mendekati Titan yang masih duduk santai di atas motornya.

Hai, Tan?” sapa Andi sambil tersenyum.

“Hm.” jawab Titan singkat dan lagi-lagi membuang pandangannya dari Andi.

“Kapan-kapan jalan yuk, main kemana gitu bareng Puput, bertiga lagi kayak dulu.”

No thanks!” rasanya, Titan ingin segera menghilang dari hadapan, Andi. Melihat wajahnya saja sudah membuat mood Titan rusak, apalagi mendengar suaranya yang sejak tadi terdengar sangat mengganggu di telinga, Titan.

“Kenapa sih jawabnya gitu? Masih marah sama gue soal dulu? Gue minta maaf deh!” kata-kata itu membuat Titan langsung menatap tajam ke arah Andi.

“Deh? Maaf deh kata lo? Enteng banget ya permintaan maaf lo, seolah-olah lo salah nulis di buku gue pake pensil terus bisa lo apus gitu aja? An, lo hampir ngelecehin gue tau nggak, dan itu waktu umur kita masih empatbelas tahun.”

“Titan, aku cuma ngerangkul dan nyoba buat nyium kamu sebagai tanda persahabatan, tapi kamu mikirnya kejauhan, sampe bilang aku mau ngelecehin kamu segala.”

“Ya menurut gue itu pelecehan, dan satu lagi, gue nggak punya sahabat yang kelakuan dan tampangnya songong kayak lo!”

Ok fine, kamu mau aku ngapain biar kamu maafin aku? Biar kamu bisa ngomong halus lagi sama aku?”

“Jauh-jauh dari gue!” jawab Titan dengan sangat ketus.

“Nggak ada pilihan lain?”

“Pilihan A jauh-jauh dari gue, pilihan B jauhin gue sekaligus Puput!”

“Kok kejam sih? Aku udah berubah, aku nggak akan sembarangan lagi sama kamu, please kasih aku kesempatan buat jadi sahabat kamu yang baik lagi, kayak dulu!” Andi menatap mata Titan dengan permohonan.

“Hm ... kita bisa temenan, sahabatan belum tentu.”

Ok deal, aku akan buat kamu mau jadi sahabat aku lagi! Aku pernah janji buat jagain kamu sama Puput, dan bakalan aku buktiin sekarang!”

Ok! Gue mau liat.”

Saat Andi dan Titan sedang berbicara, akhirnya Puput keluar dari rumahnya.

“Aih ... akur juga akhirnya, kangen banget nih ngeliat pemandangan kayak begini, serasa balik ke sepuluh tahun yang lalu.” ucap Puput sambil tersenyum lebar.

“Iya sepuluh tahun yang lalu aku sama Titan sering banget nungguin kamu di sini, pake sepeda.” jawab Andi.

“Dan lo selalu jadi manusia lelet, nggak berubah!” sambung Titan.

“Enak aja, gue tuh disiplin, selalu tepat waktu, janji kita kan 6.15 , ya 6.15 gue keluar rumah, lo berdua yang suka kepagian!” jawab Puput.

“Iya sih!” jawab Andi dan Titan kompak, kemudian keduanya saling melihat.

“Asik mulai kompak lagi!” ledek Puput.

“Yaudah yuk berangkat, lo mau sama gue atau Andi?” tanya Titan ke Puput.

“Kenapa nggak kita berdua ikut Andi aja?” ajak Puput.

“Itu lebih baik!” sambung Andi.

“Nggak ah, lambung gue norak! Suka mual dalem mobil.” jawab Titan yang langsung memakai helmnya, “Gue duluan aja ya, bye-bye!” sambung Titan melambaikan tangannya kemudian melajukan motornya.

“Dasar terlalu mandiri!” ucap Puput melihat Titan pergi dengan motornya.

“Kayak nggak kenal, Titan aja,” kata Andi yang juga melihat motor Titan melaju, “Yaudah yuk kita berangkat juga!” sambung Andi.

“Yuk.” Andi dan Puput masuk ke dalam mobil dan berangkat ke sekolah bersama.

-||-

Saat tiba di sekolah, Titan langsung memarkirkan motornya dengan rapih.

“Tumben masih sepi, motor Galin sama Adit juga nggak ada.” ucap Titan sendiri saat melihat parkiran motor yang masih lumayan sepi, setelah merapikan kerudungnya, Titan langsung berjalan masuk ke dalam sekolah, keadaan sekolah juga masih cukup sepi, baru ada beberapa siswa dan siswi yang datang.

Saat Titan berjalan di koridor sekolah sambil memainkan ponselnya, tiba-tiba seorang siswa bernama Daniel menghalangi jalan Titan. Titan mencoba berhenti lalu memilih melangkahkan kakinya ke sebelah kanan, namun Daniel tetap menghalangi jalannya, begitupun ketika Titan melangkahkan kakinya ke kiri, Daniel masih tetap menghalangi jalannya, sampai akhirnya Titan berhenti, menurunkan ponselnya dan menatap Daniel yang berdiri di depannya.

“Lo, kalo pengen ngajak gue ngomong izin yang bener, jangan ngalangin jalan gue kayak gini!” ucap Titan tegas.

“Emang kalo gue izin, lo ngebolehin?” jawab Daniel sambil sedikit tersenyum.

“Ngomong aja.” suruh Titan.

Ok, gue mau ngajak lo makan nanti malem, mau?”

“Dalam rangka apa? Lo ulang tahun?”

“Enggak, gue nggak ulang tahun.”

“Terus kenapa tiba-tiba mau ngajakin gue makan?”

“Pengen aja, udah dari lama sih pengen ngajaknya tapi baru berani bilang sekarang!”

“Di mana? Berdua aja atau ada orang lain?”

“Kafe Serimada, berempat sama Andi sama Puput juga.”

Titan menghembuskan napas berat setelah mendengar nama Andi dan Puput, “Hm ... Ok, jam berapa?”

“Jam tujuh malem gue jemput di rumah lo, gimana?”

“Setengah delapan, dan nggak usah jemput, gue bisa dateng sendiri!” Titan sama sekali tidak berekspresi, wajahnya terlihat sangat datar.

Please! Biarin gue jemput lo ya, sekali-sekali.”

Ok deh, jam setengah delapan gue tunggu di rumah, rumah gue sebelahan sama rumah Puput.”

Ok deal!” Daniel tersenyum.

“Sekarang gue boleh lewat, kan?” tanya Titan tersenyum, tentunya dengan terpaksa.

“Boleh.” Daniel memberikan jalan untuk Titan, kemudian keduanya berpisah. Tepat setelah anak tangga terakhir setelah Titan tiba di lantai dua sekolahnya, Titan dibuat terkejut oleh Adit yang tiba-tiba muncul di depannya.

“Astagfirullahallazim!!” Titan terkejut saat Adit muncul tiba-tiba, Titan memegangi dadanya yang berdebar, “Dit, lo tu emang kayak setan ya, setiap hari bikin orang istiqfar!” teriak Titan memarahi Adit, namun Adit hanya diam dan mengeluarkan ekspresi marah ke Titan.

“Lo kenapa? Muka lo asem banget!” tanya Titan, tapi Adit justru membuang pandangannya.

“Woi! Kenapa sih? Lo tu nggak pantes sok misterius kayak gitu. Kalau nggak jawab gue tinggal ya?” ancam Titan.

“Lo tu kenapa sih, Tan?” tanya Adit membuka suara.

“Lah, lo yang aneh, malah gue yang di tanya kenapa, lo yang kenapa?”

“Lo tu nggak bisa ya sehari aja bersikap lembut sama gue? Tiap hari marah-marah mulu.”

“Dih, gue marah juga karena lo iseng mulu kerjaannya, nggak sadar diri!”

“Jadi lo nggak suka gue isengin? Nggak suka deket-deket gue? Nggak suka ngomong sama gue? Iya?”

“Heh, lo kenapa sih aneh banget, udah gini deh gue minta maaf kalo gue keterlaluan, gue juga minta maaf kalo gue sering ngomel-ngomel ke lo, udah ah muka lo nggak cocok di tekuk kayak gitu!” Adit kembali membuang pandangannya.

“Tadi gue liat lo ngobrol sama Daniel.” sambung Adit.

“Terus?”

Adit langsung menatap Titan “Gue liat dia juga ngisengin lo, ngalangin jalan lo, tapi lo ngomong sama dia lembut banget, nggak ada tuh ngomel-ngomel, beda banget kalo gue yang ngisengin.”

“Ya ampun, lo marah gara-gara itu? Eh Dit, ya kali setiap orang mesti gue semprot.”

“Terus nyemprot gue nggak apa-apa gitu?”

“Ih apaan sih, Dit?”

“Dia ngomong apa?” Adit mulai menginterogasi, Titan.

Lihat selengkapnya