Pukul delapan malam, Puput dan Titan sedang duduk di depan teras rumah menunggu Andi dan Daniel, sekitar sepuluh menit menunggu, terlihat mobil hitam yang cukup mewah berhenti tepat di depan rumah Puput.
Puput menyenggol Titan dengan sikunya, memberitahu bahwa Andi dan Daniel sudah datang, Titan yang sejak tadi fokus pada ponselnya kini berdiri, berjalan bersama Puput menghampiri mobil hitam itu.
“Telat sepuluh menit.” ucap Puput saat sudah berdiri di depan Daniel yang menunggunya di dekat mobil.
“Tadi macet!” jawab Daniel dengan tersenyum.
“Harusnya berangkat lebih awal dong!” jawab Titan lalu langsung berjalan masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang, meninggalkan Puput, Daniel dan Andi di luar mobil.
“Hehehe! Maaf ya Niel, Titan emang gitu.” ucap Puput tercengir.
“Santai aja, gue malah makin suka!” jawab Daniel tersenyum.
“Hehe! Selamat berjuang.” Puput menepuk lengan Daniel.
“Udah yok masuk!” sahut Andi yang sejak tadi hanya tersenyum.
“Ok.” Puput langsung membuka pintu belakang dan duduk di samping Titan yang sekarang sudah kembali fokus dengan ponselnya.
Akhirnya mobil itu berjalan keluar dari kompleks rumah Puput dan Titan menuju sebuah kafe yang malam ini terlihat cukup ramai oleh beberapa pengunjung, tapi di dalam mobil keadaan terlihat sangat canggung.
“Em ... Tan kamu suka minum kopi nggak?” tanya Daniel yang sedang menyetir, sambil sesekali memperhatikan Titan dari kaca mobil, dengan gugup Daniel mencoba memecah heningnya keadaan.
“Gimana?” tanya Titan yang baru saja menurunkan ponselnya dan sedikiti memajukan tubuhnya untuk kembali mendengar pertanyaan Daniel.
“Kamu suka kopi nggak?” ulang Daniel, sedangkan Andi hanya tersenyum melihat keberanian Daniel, dan Puput seperti biasa hanya mengeluarkan ekspresi wajahnya yang datar namun terlihat sangat imut.
“Suka, Puput juga suka kopi.” ucap Titan, kembali memundurkan duduknya.
“Suka, gue suka semuanya kebetulan, kecuali sama sesuatu yang suka ikut campur sama urusan pribadi gue!” ucap Puput tiba-tiba, membuat Titan langsung menoleh ke arah Puput, begitu juga dengan Andi dan Daniel.
“Tiba-tiba gitu sih, jauh banget dari kopi ke orang yang suka ngurusin urusan pribadi kamu!” ucap Andi menoleh ke kursi belakang.
“Iya, Putri aneh nih!” timpal Daniel tersenyum, sedangkan Titan hanya tersenyum sinis karena senang mendengar ucapan Puput yang seolah sedang menyindir Andi atas kejadian tadi pagi.
“Ya gue ngasih tau aja, siapa tau kalian butuh informasi itu!” jawab Puput santai dengan bibirnya yang terus tersenyum manis.
-||-
Mereka tiba di parkiran kafe Serimada, ke-empat anak muda itu masuk ke dalam kafe dan memilih tempat duduk. Suasana kafe cukup ramai, banayk anak muda yang sedang menghabiskan waktu mereka di sana malam ini.
“Mau makan apa?” tanya Andi ke semua orang yang ada di sana, tanpa menjawab Titan langsung menarik buku menu dan memperhatikan setiap nama menu yang tertulis di sana.
“Makin cuek, makin buat gue suka!” bisik Daniel ke telinga Andi.
“Selamat berjuang!” bisik Andi balik ke telinga Daniel.
“Puput mau apa?” tanya Andi melihat ke arah Puput.
“Bentar, mau ...” Puput membolak-balikkan buku menu itu sambil berpikir, saat mereka sedang memikirkan menu apa yang akan disantap malam ini. Di tempat lain tepatnya di parkiran motor kafe Serimada, dua remaja laki-laki baru saja memarkirkan motor mereka.
“Gue udah ganteng belum?” tanya Adit ke Galin setelah merapikan rambutnya di kaca spion motor.
“Ganteng, Insya Allah!” jawab Galin, membuat Adit menatap Galin dengan datar, “Iya ganteng!” jawab Galin lagi dengan sedikit berteriak.
“Gitu dong, jawab tu yang pasti-pasti, iya atau enggak, biar gue ngerasa percaya diri!” celoteh Adit panjang lebar.
“Shut, berisik ayok masuk!” Galin menarik tangan Adit dan berjalan masuk ke dalam kafe, saat sudah masuk ke dalam kafe, mata Adit langsung tertuju pada satu meja, langkah kaki Adit langsung menuju meja itu diikuti oleh Galin di belakangnya.
“Hai?” sapa Adit, langkahnya berhenti tepat di sambing meja Andi, Daniel, Puput dan Titan, mendengar sapaan Adit yang begitu kencang ke-empat orang itu menoleh dengan kompak.
“Adit, Galin?” panggil Puput dengan riang.
“Hai, Put?” sapa Galin tersenyum.
“Kalian di sini juga, kebetulan banget!” sambung Puput melihati Adit dan Galin, sedangkan Andi dan Daniel hanya mengeluarkan ekspresi tidak suka dengan kehadiran Adit juga Galin.
“Baru aja nyampe.” jawab Galin, tapi lain halnya dengan Puput yang menyambut kehadiran Adit dan Galin dengan riang, Titan justru sedang melebarkan matanya melihati Adit dan Galin, membuat Adit dan Galin menjadi gugup dan takut.
“Kebetulan ... ya kita ketemu di sini!” ucap Adit terbata sambi menyenggol Galin, karena takut dengan tatap Titan yang sangat tajam.
“Iya kebetulan, kebetulan banget!!” sambung Galin tersenyum konyol ke arah Titan.
“Yaudah kalo gitu kita gabung aja, makan sama-sama di sini.” Puput menawarkan ide yang sangat dibutuhkan oleh Adit dan Galin.
“Put, kursinya nggak cukup.” ucap Andi yang terdengar sangat menolak ide Puput.