Pagi ini Titan dan Puput sedang berada di jalan, menaiki motor dengan sangat tenang karena jalanan masih belum macet dan cuaca juga sangat mendukung, langit sangat cerah hari ini.
“Tan, kayaknya Adit beneran suka deh sama lo!” teriak Puput yang duduk di belakang Titan di atas motor.
“Sok tau!” teriak Titan, tapi Titan diam-diam menyimpul senyumnya.
“Eh, bukan sok tau tapi emang tau, buktinya semalem selama kita di kafe gue itu sesekali mergokin Adit lagi merhatiin lo, dia beneran suka sama lo!”
“Gue tau!”
“Hah? Lo tau?” Puput menepuk pundak Titan dan sedikit memiringkan kepalanya ke samping bahu Titan.
“Gue tau kalo Adit merhatiin gue, dia emang kayak gitu, dia perhatian sama gue, sama Galin juga, jadi bukan berarti dia suka!”
“Tapi perhatiannya dia ke lo itu beda.”
“Nggak usah ngomongin Adit deh, lo sendiri gimana? Galin atau Andi?”
“Kok jadi disuruh milih sih?”
“Kan, emang ada dua cowok yang kayaknya lagi ngincer lo!”
“Sama dong, lo juga mau Adit atau Daniel?”
“Hahaha!!” Titan tertawa.
“Mereka tuh mikirnya kita polos banget kali ya, emang kita nggak bisa ngebaca apa kalo mereka berempat lagi ngedeketin kita?” teriak Puput lagi dengan sambil tertawa.
“Biarin aja, pura-pura nggak tau bakal jauh lebih baik!”
“Bener!” Puput setuju dengan ide baik Titan, pura-pura tidak tahu memang jauh akan lebih baik.
-||-
Lagi-lagi, motor Titan tiba lebih dulu daripada Adit dan Galin, tempat parkir yang cukup luas memang tidak selalu terisi penuh, karena kebanyakan dari siswa dan siswi SMA Kusuma, datang ke sekolah dengan mengendarai mobil, atau diantar oleh supir mereka masing-masing.
Puput dan Titan turun dari motor, mata mereka mengedar ke sekitar parkiran, tidak ada motor Adit ataupun Galin, bahkan pagi ini mereka tidak menjemput Titan seperti biasanya. Puput mencoba merapikan rambutnya setelah membuka helm dan Titan merapikan kerudungnya, terdengar suara klakson motor.
‘Tin tin tin’
Titan dan Puput menoleh, melihat Adit dan Galin memarkirkan motor mereka tepat di samping motor Titan. “Hai manis?” sapa Adit dengan riang.
“Manis-manis! Salam yang bener!” teriak Titan dengan ekspresi wajah seperti biasa, matanya melebar dan tajam.
“Assalamu’alaikum! Calon Ibu dari anak-anakku!” Adit mengulangi sapaannya.
“Najis, Wa’alaikumussalam!!” jawab Titan dengan menyembunyikan senyumnya. “Wa’alaikumussalam!” jawab Puput tersenyum.
“Aih! Manisnya Puput jawab salam, makin cerah deh hari ini!” Sindir Adit yang sekarang sudah berdiri dari motornya, sedangkan Titan hanya memiringkan bibirnya.
“Yuk masuk.” ajak Galin setelah turun dari motornya dan mendekati tiga sahabatnya itu.
“Yuk!” semua mengiyakan, kemudian mereka bertiga berjalan masuk ke dalam gedung sekolah, saat hendak menaiki tangga untuk ke kelas mereka, tiba-tiba Daniel memanggil Titan.
“Titan?” panggil Daniel, membuat langkah Titan, Puput, Adit dan Galin terhenti dan menoleh ke arah Daniel.
Daniel sedikit berlari kecil mendekati Titan dan yang lainnya, “Boleh ngomong sebentar nggak?” tanya Daniel saat sudah berada di depan Titan.
“Boleh, ngomong aja!” jawab Titan.
“Berdua aja boleh nggak?”
“Wey! Nanti yang ketiga setan.” sambar Adit.
“Kalian masuk duluan deh, gue ngomong bentar sama Daniel!” suruh Titan ke yang lainnya, Galin dan Puput mengangguk, tapi Adit tetap berdiri tak bergerak, “Adit, duluan aja!” sambung Titan, tapi Adit malah membuang pandangannya seolah tidak peduli, “Nggak lama kok, gue ngomong bentar, setelah itu langsung nyusul, janji!” sambung Titan lagi sambil tersenyum ke arah Adit, kalimat manis barusan membuat hati Adit berdegup kencang.
Adit merasakan debaran kencang di dadanya, dengan cepat pandangannya langsung tertuju ke Titan, Adit tersenyum, “Beneran nggak lama?” tanya Adit dengan nada yang sedikit dibuat manja. “Janji!” jawab Titan tersenyum, kemudian Adit langsung melangkah menjauh membuat Daniel yang menyakiskan kejadian itu benar-benar merasa cemburu.
“Mau ngomong apa?” tanya Titan melihat ke arah Daniel.
“Ini, gue mau ngajak lo nonton weekend ini, mau nggak?” tanya Daniel dengan gugup.
“Kayaknya nggak bisa deh, soalnya gue bakalan sibuk banget latihan taekwondo, lain kali ya.”
“Em ok, eh tapi kalo gue liat lo latihan boleh nggak?”
“Boleh, dateng aja.”
“Ok.”
“Yaudah gue duluan ya!” Titan tersenyum dan langsung berjalan menyusul Adit, Galin dan Puput.
Titan berjalan pelan, mengdendap-endap di belakang Puput, Adit dan Galin, dan tiba-tiba, “Dor!” Titan meneriaki Adit, Galin dan Puput dari belakang, membuat ketiganya terkejut.
“Ah!!” suara teriakan Puput yang jauh lebih besar dari suara Titan, “Ah, kaget Titan!” Puput memegangi dadanya.
“Hahaha!! Sory-sory!” Titan tertawa kemudian merangkul Puput.
“Kok cepet banget, ngobrolin apaan lo?” tanya Galin.
“Nggak ada, lagian ngapain ngomong sama Daniel lama-lama.”
“Ya gue kira ada yang penting.” ucap Galin lagi.
“Lagian gue ada janji sama orang, jadi nggak bisa ngomong sama Daniel lama-lama.” ucap Titan tersenyum, kemudian menarik tangan Puput untuk masuk ke dalam kelas karena sudah sampai di depan kelas mereka, meninggalkan Galin dan Adit yang sekarang sedang tersenyum malu.
“Lo ngapain senyum-senyum?” tanya Galin ke Adit.