Seminggu sebelum lomba tahunan dimulai, semua siswa dan siswi yang terlibat pada acara ini terlihat begitu sibuk, ada yang sibuk menjadi panitia, ada yang sibuk mempersiapkan yel-yel untuk mendukung tim yang akan berlomba, dan ada yang sibuk bersiap untuk maju agar memenangkan lomba tahun ini. Beberapa siswa dan siswi yang terlibat sudah diizinkan untuk keluar dari kelas sejak pagi tadi, mereka semua sibuk dengan kegiatan masing-masing.
“Undangan untuk sekolah-sekolah lain udah aman kan?” tanya Galin ke salah satu panitia yang bertugas menyebarkan undangan perlombaan.
“Udah dong, dari sebulan yang lalu malahan!” jawab Dito, panitia yang bertugas menyebarkan undangan perlombaan.
“Ok, yang lain gimana, dekorasi panggung, band yang mau tampil, sama hadiah-hadiah yang bakalan kita bagiin di malam puncak udah aman semua?”
“Aman!” jawab Laras mengangkat jempolnya.
“Ok kalo gitu, berarti kita tinggal cek-cek lapangan doang kan?”
“Iya.” jawab kompak empat kepala tim panitia yang hari itu ikut rapat.
“Ok, sekarang kita keliling!” ajak Galin pada empat kepala tim panitia yang ikut rapat untuk berkeliling melihat progres latihan dan lapangan yang akan digunakan pada saat lomba.
Mereka keluar dari ruang rapat, Galin melihat Puput yang sedang sibuk memindahkan beberapa hadiah ke dalam sekret pensi agar bisa disimpan dan disusun dengan rapih.
“Put?” panggil Galin, Puput yang membawa empat buah hadian itu menoleh, kemudian memberikan bungkusan hadiah itu kepada temannya dan berjalan menghampiri Galin yang memanggilnya.
“Hai?” sapa Puput saat berada di dekat Galin dan empat kepala tim panitia.
“Kita mau ngecek lapangan sama anak-anak yang latihan buat lomba, kamu mau ikut?” tanya Galin.
“Emang boleh?” Puput balik bertanya.
“Kamunya mau atau enggak?”
“Mau!” jawab Puput tersenyum.
“Yaudah, ayok!” mereka semua berjalan melihat beberapa peserta lomba yang sedang berlatih, mulai dari bulutangkis, voli, catur, dance, vocal grup, taekwondo, basket, dan terus berkeliling.
“Wah, yang latihan juga pada serius-serius banget ya!” ucap Puput saat berada di lapangan basket.
“Iya dong, oh ya nanti kamu harus nonton pas turnamen basket, aku main!” ucap Galin.
“Siap, aku pasti nonton!” Puput tersenyum sambil mengangkat tangannya seperti hormat, hal yang cukup romantis itu hanya dilihati oleh Andi dari kejauhan, benaknya ingin menarik Puput jauh-jauh dari Galin, tapi sebagai kapten tim, Andi sama sekali tidak bisa meninggalkan lapangan begitu saja.
-||-
Sekitar pukul lima sore, semua orang yang berada di sekolah mulai merapikan barang mereka untuk bergegas pulang, Puput sedang mencuci tangan dan wajahnya di dalam toilet, memandang wajah cantiknya dari pantulan kaca di depannya.
“Wah ...” Puput membuka lebar mulutnya sambil memegangi kedua pipinya yang baru saja dia siram dengan air, “Bahkan pas kecapean kamu tetep cantik, Put!” ucapnya lagi sambil tersenyum, “Hm, Puput cantik!” sambungnya sedikit tertawa kali ini, gadis riang yang penuh pesona dan sangat percaya diri ini memang pantas untuk dijadikan contoh bahwa setiap orang harus mencintai diri mereka, dan harus selalu mengatakan banyak hal baik kepada diri kita sendiri.
Setelah selesai memuji dirinya sendiri di dalam toilet, akhirnya Puput keluar dan tiba-tiba sudah ada Andi yang sedang berdiri menunggu di depan toilet.
“Loh, kok di sini?” tanya Puput saat melihat Andi.
“Nungguin kamu, yuk pulang sama aku!” ajak Andi.
“Nggak usah deh, aku sama Titan aja!” jawab Puput yang masih belum bisa melupakan kejadian kemarin.
“Put?” panggil Andi lembut dan menggenggam tangan Puput, “Aku mau minta maaf soal kemarin!” sambung Andi.
“Huh.” Puput menghembuskan napas beratnya dan membuang pandangannya.
“Aku janji nggak bakalan kayak gitu lagi, maafin aku ya, ya, ya?” Andi memiringkan kepalanya, mencoba untuk menggoda Puput agar Puput tertawa, dan berhasil, gadis seceria Puput memang sangat mudah untuk dibuat tersenyum.
“Hm ...” Puput tersenyum. “Nah gitu dong senyum, kan makin cantik!” Puji Andi yang kini juga tersenyum.
“Aku nggak suka kamu kayak kemarin, aku nggak suka kita harus pilih-pilih temen.”
“Iya, aku nggak bakalan gitu lagi, sekarang kamu ikut aku pulang ya? Eh tapi kita mampir ke kafe dulu, mau kan?”
“Yaudah!” Puput mengangguk, kemudian Andi mengajak Puput berjalan menuju parkiran mobil dengan terus menggandeng tangan Puput. Dari kejauhan, Galin hanya menyaksikan keromantisan itu dengan perasaan yang campur aduk, tangannya mengepal erat, rasa cemburu sedang meronta-ronta di hatinya.
Setelah melihat Andi dan Puput berjalan menuju parkiran mobil, Galin juga ikut berjalan menuju parkiran motor dengan lesu, saat tiba di parkiran motor, Galin bertemu dengan Titan dan Adit yang sedang duduk di atas motor mereka maisng-masing sambil bercanda.
“Tumben akur!” celetuk Galin yang baru saja tiba di parkiran motor, membuat Adit dan Titan langsung menoleh.
“Puput mana?” tanya Titan karena tidak melihat Galin berjalan bersama Puput.
“Balik, sama sahabatnya!” jawab Galin dengan kesal dan langsung menaiki motornya.
“Siapa? Andi?” tanya Titan lagi.
“Ya siapa lagi.” Galin memakai helmnya.
“Lah kita nungguin dia, dia malah sama orang lain.” ucap Adit.
“Nih anaknya chat gue,” Titan mengangkat ponselnya menunjukkan pesan dari Puput, “Udahlah yuk!” Titan mulai bersiap untuk pulang begitu juga dengan Adit dan Galin, mereka bertiga melajukan motornya keluar dari pagar sekolah.
-||-
Hari sudah mulai gelap, Puput justru sedang menikmati secangkir kopi hangat bersama Andi.