SAKURA

bibliosmia
Chapter #10

MALAM PENUH RISAU

Setelah malam puncak, SMU Kusuma selalu memberikan libur selama dua hari untuk para siswa dan siswinya beristirahat sebelum akhirnya harus kembali fokus belajar karena dalam beebrapa bulan ke depan para siswa-siswi kelas X dan XI akan mengikuti ujian untuk kenaikkan kelas.

Pagi ini Puput dan Titan sedang berleha-leha di ruang keluarga rumah Titan sambil menonton televisi dan menikmati cemilan mereka.

“Titan, Puput!” panggil Ayah yang baru saja beranjak dari meja makan dengan membawa tas kantornya, “Ayah berangkat kerja dulu ya!” sambung Ayah, kemudian Titan dan Puput mencium tangan Ayah.

“Hati-hati, Yah!” ucap Titan. “Ayah nanti pulangnya bawa makanan!” pinta Puput, membuat Ayah tersenyum. “Siap” jawab Ayah, kemudian keluar di antar oleh Bunda.

Setelah mengantar Ayah ke depan teras untuk bekerja, tiba-tiba Bunda masuk bersama seorang wanita yang sebaya dengannya, “Siapa yang pulang ya?” teriak Bunda, membuat Puput dan Titan menoleh.

“Mama!!” teriak Puput langsung meloncat ke pelukan wanita itu.

“Halo, sayangnya Mama!” wanita itu membalas pelukan Puput dengan hangat, kemudian juga memeluk Titan, “Ma.” sapa Titan saat memeluk wanita itu.

“Gimana, sekolah aman?” tanya Mama Sarah kepada dua puterinya itu.

“Aman!” keduanya menjawab kompak.

Ok, kalo gitu kalian lanjut nonton tv, ini Mama tambahin snacknya, Mama mau minta sarapan dulu ke Bunda.”

Ok!” keduanya menjawab kompak lagi dan meraih makanan yang diberikan oleh Mama Sarah.

“Bunda, beri aku makan!” ucap Mama Sarah ke Bunda Mayang, dengan nada manja yang sangat mirip dengan Puput.

Ok, kita ke meja makan sekarang!” ajak Bunda dengan tersenyum.

-||-

Saat di meja makan, Bunda Mayang dan Mama Sarah sedikit membahas tentang anak-anak mereka. “May, anak-anak gimana? Aman?” tanya Mama Sarah yang duduk manis menunggu nasi goreng buatan Bunda Mayang.

“Aman, cuma kayaknya lagi pada kasmaran.” Bunda Mayang langsung duduk sambil meletakkan sepiring nasi goreng ke hadapan Mama Sarah.

“Oh ya? Remaja laki-laki mana yang berani menyentuh hati anak kita?” tanya Mama Sarah sambil tertawa kecil.

“Adalah sahabatnya Titan dari dulu sebelum kalian balik ke Indonesia, yang satu Adit yang satu Galin, dua-duanya anak baik, lucu, sopan, pinter, dan kayaknya Titan sama Puput nyaman main sama mereka!”

“Yang mana yang punya Puput, yang mana yang punya Titan?”

“Adit sukanya Titan, kalo Galin sukanya Puput.”

Ok, jadi pernikahan mereka harus kita adain di mana?” tanya Mama Sarah dengan serius.

“Gila kamu!” Bunda Mayang tertawa sambil memukul pelan lengan Mama Sarah. “Hahaha! Aku becanda.” jawab Mama Sarah.

“Kayaknya mereka lagi seneng-senengnya deh, kita sebagai orang tua cuma bisa ngawasin dan ngasih tau mereka gimana caranya menjalin hubungan sama laki-laki biar nggak bablas!”

“Bener, kalo barang rusak bisa beli lagi, anak gadis kita yang rusak, hancur semuanya!”

“Mudah-mudahan enggak ya, semoga kita bisa jadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita, Mas Alam juga udah sering ngomong ke Adit dan Galin kok, kalo harus terus bersikap sopan sama perempuan, apalagi ke Titan sama Puput”

“Andai aja, Mas Ari masih ada ya, Puput mungkin bakalan tumbuh besar dengan punya figur Ayah yang hebat kayak Titan sekarang!”

“Ngomong apasih, Mas Alam, kan juga Ayah buat Puput!”

“Makasih ya, May! Kamu sama Mas Alam, juga bisa jadi orang tua buat Puput, kamu tau kan gimana kerjaan aku, aku sibuk banget buat menafkahi Puput, sekolahin dia, sampe kadang nggak punya waktu banyak buat dia.” Mama Sarah mulai berkaca-kaca.

“Iya, aku udah bilang dari dulu kalo Puput juga anak kami, kita udah bersahabat puluhan tahun, kita ini udah jadi saudara, nggak ada batasan untuk kasih sayang!”

“Makasih, May!”

“Iya sama-sama, yaudah makan dulu nih!” Bunda Mayang mengelus lembut pundak Mama Sarah.

-||-

Hari libur yang sangat menyenangkan untuk Puput, seharian ini dia bisa menghabiskan banyak waktu dengan orang tuanya yang sejak pindah ke Indonesia selalu sibuk dengan pekerjaannya.

“Mama, abis dari Batam mau kemana lagi?” tanya Puput saat mereka sedang menikmati snack sore sambil menonton televisi.

“Sebulan ini Mama nggak akan keluar kota, kantor Mama udah ngirim orang lain buat gantiin Mama.” jawab Mama Sarah.

“Oh ya? Kita punya banyak waktu sama-sama dong?”

“Iya dong, besok kita ke mal gimana? Ajak, Bunda dama Titan juga!” saran Mama Sarah.

“Mau, tapi kenapa nggak malem ini aja kita sekalian makan malem di luar, tunggu Ayah Alam pulang kerja!”

“Em ... kalo malem ini Mama pengennya istirahat aja, capek banget tau, Put, malem ini kita makan malemnya nebeng Bunda aja!” Mama Sarah memasang manjanya ke Puput.

“Cup, cup, cup, sini yang capek!” Puput memeluk Mamanya.

-||-

 Saat malam datang, seseorang baru saja mengetuk pintu rumah Puput. Suara ketukan itu sudah terdengar beberapa kali.

‘Tok tok tok’

Ketukan pintu itu terdengar sampai ke ruang keluarga, membuat Mama Sarah harus berdiri dan membuka pintu, sedangkan Puput sedang berada di kamar mandi.

Saat Mama Sarah membuka pintu, terlihat anak remaja laki-laki dengan pakaian yang sangat trendi sedang berdiri sambil tersenyum, “Halo, Tante Sarah, apa kabar?” tanyanya dengan ramah,

Halo, baik. Kamu kenal Tante?” tanya Mama Sarah bingung.

“Tante lupa ya? Aku Andi, yang dulu temen kecil Puput sama Titan.” Andi mencoba mengingatkan.

“Oh kamu Andi, ya ampun ganteng banget sekarang, ayo masuk!” Mama Sara mengajak Andi untuk masuk. “Iya makasih, Tante.” Andi mengikuti langkah Mama Sarah untuk masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.

“Orang tua kamu apa kabar, An?” tanya Mama Sarah saat mereka sudah duduk di ruang tamu.

“Baik, Tante.”

“Papa, masih di dinas pendidikan?”

“Masih, Tante.”

“Wah, Tante jadi pengen ketemu sama mereka, eh, Tante sampe lupa, Andi kesini pasti mau ketemu Puput, kan?”

“Iya, Tante, Puputnya ada?”

“Sebentar ya.” Mama Sarah menolehkan sedikit kepalanya ke arah dalam rumah kemudian sedikit berteriak, “Put ... Puput!” teriak Mama Sarah memanggil Puput.

“Iya, Puput abis mandi, teriak-teriak kenapa sih cantik ...” Puput menghentikan bicaranya saat melihat Andi sudah duduk di ruang tamu bersama Mamanya.

“Ini loh ada Andi, sini duduk, Mama mau ambil minum dulu buat Andi!”

“Nggak usah, Tante, Andi kesini mau ngajak Puput makan di luar.”

“Kemana?” tanya Puput dengan ekspresi yang tidak senang.

“Aku mau ajak makan di kafe biasa, sambil mau ngomongin yang kemarin.”

“Puput mau ikut Andi? Kalo mau gapapa, nanti Mama ke tempat Bunda sendiri aja.” ucap Mama Sarah, Puput berpikir sebentar kemudian mengiyakan ajakan Andi.

“Boleh, tunggu sebentar ya, mau ganti baju dulu!” Puput naik ke atas untuk mengganti bajunya.

“Tunggu ya, Andi.” ucap Mama Sarah yang kembali duduk, menemani Andi menunggu Puput.

Tidak lama kemudian Puput keluar dari kamarnya dan akhirnya pergi bersama Andi setelah berpamitan dengan Mama Sarah.

-||-

Mobil itu melaju keluar dari komplek rumah, Puput. Saat di dalam mobil, Puput hanya diam dengan ekspresi tidak senang.

“Masih marah ya?” tanya Andi ke Puput.

“Masih, ini aku mau keluar sama kamu karena aku mau denger penjelasan kamu ya, bukan karena aku udah maafin tindakan kamu yang norak itu!” jawab Puput ketus.

“Iya, tapi aku jelasinnya nanti ya tunggu kita sampe ke tempat makan!” Andi terus melajukan mobilnya.

“Eh, kok kesini, kan kafenya belok kanan?” tanya Puput yang menyadari mobil itu tidak membawanya ke kafe biasa. Mata Puput langsung melihat ke arah Andi.

“Kita ke tempat biasa aku main aja ya? Nanti aku kenalin ke temen-temenku.”

“Yaudah!” Puput menurut.

Mobil itu terus melaju dan akhirnya berhenti tepat di sebuah club malam, “Ini club?” tanya Puput saat masih di dalam mobil.

“Iya.” jawab Andi.

“Emang kita boleh masuk? Kita masih enambelas tahun loh.”

“Tenang aja, ada banyak temen aku di sini, kita pasti bisa masuk, aku udah biasa kok.”

“Ya bukan masalah bisa masuk atau enggak aja, kamu ngapain bawa aku ke club malem?”

“Biar beda aja, masuk yuk aman kok!” ajak Andi, lagi-lagi Puput menurut, mereka masuk ke dalam club itu lalu duduk di salah satu meja, suasana di dalam sana sedikit berisik dengan musik yang cukup kencang, tapi kondisi di dalam masih baik-baik saja, tidak seperti yang sering Puput lihat di film.

“Put, kamu mau makan apa?” tanya Andi sedikit berteriak, karena suara musik terdengar sangat kencang.

“Apa aja, Andi ini gimana kamu mau ngejelasin kejadian kemarin sih, kita ngomong aja harus teriak-teriak.”

“Yaudah, kita makan aja dulu, jelasinnya nanti ya!” Andi tersenyum, kemudian berdiri memesan makanan untuk Puput.

Di sudut lain, saat ini Mama Sarah baru saja hendak keluar dari rumahnya untuk menunggu ojek online yang mengantarkan makanannya, niatnya untuk makan di rumah, Bunda harus diurungkan karena malas harus keluar rumah sendiri, padahal rumah mereka bersebelahan. Saat membuka pintu, Mama Sarah melihat anak remaja laki-laki lagi berdiri di depan pintunya, “Eh!” Mama Sarah kaget, “Ojek online ya?” tanya Mama Sarah.

“Oh bukan ,Tante, saya Galin temennya Puput.” kenal Galin dengan sopan.

“Ya ampun maaf ya, Tante kira ojek onlien, soalnya Tante lagi nungguin makanan.”

“Iya Tant, enggak apa-apa!” Galin tersenyum.

“Jadi kamu yang namanya Galin? Ganteng ya!” puji Mama Sarah tersenyum.

Lihat selengkapnya