Hari libur kedua yang diberikan oleh sekolah membuat setiap siswa-siswi SMU Kusuma masih bermanja di atas kasur mereka pagi ini, tidak terkecuali dengan Puput yang semalam baru saja mengalami kejadian yang tidak pernah terbayangkan dalam benaknya. Melihat kantor Polisi saja sudah membuatnya takut, bagaimana dengan masuk ke dalamnya, kejadian semalam cukup membekas dengan pekat di dalam memori Puput, rasanya dia ingin sekali hilang ingatan, atau menghapus sebagaian memorinya sejak kedatangan Andi malam itu.
Puput yang masih terbaring tidur di atas kasurnya kini mendapat gangguan ekstrim dari Titan yang sejak sepuluh menit lalu sudah sangat berisik membangunkan Puput.
“Put, ayo dong bangun!” Titan menggoyang-goyangkan tubuh Puput, sedangkan Puput sama sekali tidak bergerak, nyawanya masih melayang di udara.
“Huh ...” Titan menghembuskan napasnya dengan kencang, kemudian mengangkat tubuh Puput dan membuatnya duduk, mau tidak mau Puput yang terkejut langsung membuka matanya. “Ah ... Titan ngapain sih?” rengek Puput yang melihat Titan duduk di depannya.
“Bangun udah siang, udah jam tujuh!” teriak Titan.
“Jam tujuh itu pagi, Titan. Jam duabelas tuh baru siang!” Puput mendumel kemudian berniat untuk kembali terbaring, tapi tangan Titan dengan cepat menahannya. “Bangun atau gue guyur lo pake air!” ancam Titan, membuat Puput membuka matanya.
“Mau apa sih pagi-pagi gini?”
“Sekarang lo bangun, cuci muka, terus ikut gue ke halaman belakang!” ajak Titan, kali ini Puput menyerah dan menuruti kemauan Titan, setelah bangkit dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan menyikat gigi, dengan lemas Puput turun ke lantai bawah dan berjalan menuju halaman belakang.
Puput melihat Titan sedang bersiap dengan sarung tinjunya, dan ada samsak yang tergantung di depannya, Puput berjalan mendekati Titan dan bertanya, “Mau ngapain?” tanya Puput yang masih menyipitkan matanya karena silau dengan cahaya matahari.
“Kita latihan bela diri!” jawab Titan memeluk samsak di depannya.
“Buat apa? Gue nggak mau, gue nggak suka berantem.”
“Siapa yang nyuruh lo latihan bela diri buat berantem, namanya juga bela diri ya pasti untuk membela diri kita saat kita di dalam situasi yang bermasalah. Contohnya kayak lo semalem, dibawa Andi ke tempat yang nggak bener, kalo lo di apa-apain gimana?”
“Lo bener!” ucap Puput lembut, “Tapi gue tetep males!” sambung Puput dan berbalik badan untuk meinggalkan Titan berlatih sendirian.
“Hati lo nggak sakit apa?” teriak Titan, membuat Puput kembali menoleh ke arahnya.
“Sakit? Kenapa?”
“Hati lo nggak sakit ngeliat orang tua kita nangis-nangis karena khawatir kayak semalem? Lo nggak mau ngebuat mereka merasa jauh lebih tenang dengan kita bisa menjaga diri kita sendiri? Lo nggak takut kalo mereka bisa aja serangan jantung karena tau kita dalam bahaya dan nggak bisa apa-apa?” jelas Titan, kali ini Puput mengiyakan semua ucapan Titan.
“Ok, kita latihan!” Puput langsung berjalan mendekati Titan dan memakai sarung tinju yang ada di sana.
“Sekarang lo pukul samsak ini, ok!”
“Ok!” Puput bersiap, sedangkan Titan berdiri di belakang samsak.
“Go!” ucap Titan agar Puput segera memulai pukulannya.
‘Bam’
Suara pukulan dari tangan Puput yang mengenai samsak, Titan yang melihat gerakan samsak itu hanya sedikit bergoyang, memiringkan kepalanya dan melihat Puput, “Itu tadi apa?” tanya Titan ke Puput.
“Pukulan!” jawab Puput polos.
“Pukulan dari hongkong! Masih kerasan suara tangan lo kalo nepok nyamuk tau nggak, yang bener dong!” perintah Titan.
“Huh ...” Puput mulai kesal karena sejak tadi selalu dimarahi, Puput memejamkan matanya untuk mengumpulkan nyawanya dan bersiap untuk kembali memukul.
‘BAM... BAM... BAM’
Tiga pukulan keras dari Puput membuat Titan bersemangat, “Terus Put ... Bagus ... Terus ... Pukul terus!” teriak Titan dari balik samsak yang sekarang berdiri sedikit jauh karena gerakan samsak yang kesana-kemari cukup menakutkan.
Saat mereka sedang berlatih, dari dalam rumah Mama Sarah berteriak, “Sarapan!” suara itu sangat kencang sampai membuat Puput menghentikan pukulannya, “Alarm buat perut!” ucap Puput langsung melepaskan sarung tinjunya.
“Heh, baru juga sepuluh pukulan!” teriak Titan, sedangkan Puput sudah berjalan masuk tidak perduli dengan teriakan Titan, Titan yang berdiri sendirian lalu ikut melepas sarung tinjunya dan masuk menuju meja makan.
Mama Sarah sudah menyiapkan roti panggang yang aromanya sangat menyengat di hidung dan dua gelas susu hangat untuk Puput dan Titan, mereka semua duduk di atas meja makan, Titan yang baru saja duduk di atas meja makan langsung meraih satu gelas susu dan meminumnya dengan semangat.
“Puput mau latihan bela diri lagi?” tanya Mama Sarah ke Puput.
“Dipaksa!” jawab Puput sambil melirik ke arah Titan yang masih meminum susunya.
“Heh, bela diri itu penting buat ngejaga diri kita sendiri!” ucap Titan setelah meletakkan gelas susu yang tinggal berisi setengah itu.
“Betul, Mama setuju!” ucap Mama Sarah setuju dengan Titan.
“Teriak juga salah satu cara bela diri, kan? Jadi latihan taekwondo bukan satu-satunya cara buat bela diri!” Puput mencoba mengeluarkan pendapatnya.
“Betul juga, Mama juga setuju!” ucap Mama Sarah.
“Ha?” Titan menghembuskan napasnya dengan melas, kemudian mengangkat satu kakinya ke atas kursi dan bersandar, matanya melihati Mama Sarah dan Puput yang benar-benar memiliki kepribadian yang mirip itu.
“Ha, Mama ada ide!” Mama Sarah tersenyum girang. “Apa?” tanya Puput dan Titan kompak.
“Gimana kalo kita bayar bodyguard buat jagain Puput sama Titan?” saran Mama Sarah.
“Setuju!” ucap Puput semangat, tapi lagi-lagi Titan hanya menatap mereka dengan melas, Titan kembali menaikkan satu kakinya lagi ke atas kursi dan kembali bersandar dengan malas.
“Bayar bodyguar berapa, ya?” tanya Mama Sarah dengan serius.
“Geratis tau, Ma!” ucap Puput.
“Masa?”
“Iya, nih bodyguardnya, jago ngehajar orang!” Puput melirik ke arah Titan, membuat Mama Sarah tertawa dan Titan hanya mengeluarkan ekspresi malas lalu meraih roti di depannya dan menggigitnya dengan kasar, ekspresi itu justru membuat Mama Sarah dan Puput tertawa geli.
-||-
Hari libur sudah berakhir, dua hari sudah lebih dari cukup untuk merefresing pikiran para siswa dan siswi, kini sudah waktunya untuk mereka belajar lebih giat lagi untuk menghadapi ujian dua bulan mendatang.
Beberapa siswa dan siswi ada yang sedang sibuk mengurus ektrakuliker mereka yang akan mengganti susunan keanggotaan, begitu juga dengan organisasi siswa-siswi yang sebentar lagi harus mencari ketua baru, itu artinya Galin sebagai ketua lama sudah harus melepas masa jabatannya sebagai ketua osis, begitu juga Titan dan Adit, kini sudah saatnya mereka mundur dari jabatan mereka dan sedikit lebih bersantai dengan urusan ektrakuliker atau organisasi apapun.
Mereka semua akan naik ke kelas tiga SMA, fokus mereka harus sedikit lebih tertuju pada proses pembelajaran agar bisa lulus dengan nilai yang baik dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Haaa ...” Titan membaringkan tubuhnya di atas tanah taman sekolah, di sampingnya sudah ada Puput yang sedang membaca novel melalui apklikasi di ponselnya, “Wah, matahari cerah banget!” sambung Titan yang membuka matanya melihat langit, membuat Puput ikut menoleh ke atas, melihat langit yang hari ini berwarna biru.
“Langit nggak berduka ya sama apa yang gue rasain kemarin!” ucap Puput sambil terus menatap langit.
“Dukanya kemarin, ngapain langitnya sedih sekarang.” ucap Titan kemudian duduk, “Mungkin sekarang langit lagi nyuruh kita seneng-seneng.” sambung Titan tersenyum, membuat Puput sedikit menganggukkan kepalanya. “Mungkin!” jawab Puput.
“Hai ledish?” sapa Adit yang langsung duduk di samping Titan. Adit dan Galin datang dengan pakaian olahraga mereka, membawa empat botol air mineral, dan satu gitar.
“Hai!” jawab Puput dengan riang, sedangkan Titan seperti biasa, hanya tersenyum kecil.
“Gitar dari ruang musik, ya?” tanya Titan ke Galin.
“Iya, mau nyanyi nggak?” tanya Galin ke teman-temannya.
“Mau!” Puput selalu menjawab apapun dengan semangat.
“Boleh!” jawab Titan santai.
“Lagu apa?” tanya Galin lagi, semuanya diam berpikir.
“Gal?” panggil Adit lalu mencoba memberi kode dari jauh ke Galin, Galin yang seolah mengerti langsung tersenyum, “Ok!” ucap Galin.
“Kode apaan tuh?” tanya Titan curiga.
“Syut! Diem aja!” Adit menyuruh Titan untuk diam.
“Lagu ini buat kalian, lagu favorite gue sama Adit!” ucap Galin dan mulai memainkan gitarnya.
Galin menyanyikan lagu ‘Sheilah on seven’ yang berjudul film favorite, lagu yang bermakna bahwa seorang laki-laki sedang mencintai seorang perempuan, lagu itu ditujukan untuk Puput dan Titan dari Galin dan Adit, tentu saja setiap liriknya membuat Puput dan Titan tersenyum manis.
Terkadang hidup menggariskan misteri
Yang takkan pernah bisa aku pahami
Seperti aku yang tak pernah berhenti
Mencari celah menakklukkan hati
Mereka bilang cobalah kau sadari
Misteri ini harus disudahi
Aku mencoba sederhanakan ini