Pemilihan ketua osis baru dan pelantikan untuk semua ketua ekstrakulikuler yang baru semakin dekat, setiap ekstrakulikuler kini ikut menjadi sibuk karena juga harus mempersiapkan acara pelantikan dan juga menyusun keanggotaan baru untuk organisasi mereka masing-masing.
Puput sibuk dengan persiapan pelantikan untuk semua organisasi sekolahnya karena acara pelantikan akan diurus sepenuhnya oleh anak-anak yang tergabung dalam ekstrakulikuler pensi project.
Titan sibuk dengan urusan keanggotaan taekwondonya, sibuk untuk menentukan siapa orang yang tepat untuk menggantikannya sebagai ketua, begitu juga dengan Adit yang ikut sibuk memilih siapa orang yang bisa menggantikannya sebagai ketua taekwondo tim putra. Galin juga sedang terlihat sibuk membantu ke-tiga calon ketua osis yang baru, berhari-hari dia hanya berada di ruang osis, menyiapkan banyak hal.
Kehangatan persahabatan mereka menjadi sedikit dingin semenjak kesibukan menelan waktu mereka, sebetulnya bukan kesibukan yang menjadikannya seperti ini, tapi justru karena diri mereka sendiri.
Puput sedang merasa bahwa Galin berubah menjadi dingin, Galin merasa bahwa Puput mulai sama dengan kebanyakan perempuan yang mudah cemburu dan justru membuat hubungan mereka menjadi rumit, sedangkan Titan dan Adit memang sedang tidak ingin berbicara satu sama lain semenjak kejadian hari itu.
“Titan!!” teriak Puput sambil berlari mengejar Titan yang sedang berjalan di koridor sekolah, “Lo nggak denger ya gue manggil dari tadi?” tanya Puput kesal saat sudah berada di samping Titan.
“Enggak!” Titan menjawab singkat sambil menggelengkan kepalanya.
“Heh, minta maaf!” Puput memegang tangan Titan, “Lo udah ngebuat gue lari-larian.” sambung Puput dengan wajah gemasnya.
“Iya, sory!” jawab Titan lagi dengan singkat. Puput melepaskan tangannya dari tangan Titan. Matanya memandangi wajah Titan dengan seris, “Titan, kenapa sih?” tanya Puput dengan ekspresi wajah yang bingung.
“Kantin yuk, gue laper!” ajak Titan tanpa menjawab pertanyaa Puput dan langsung menarik tangan Puput untuk mengikutinya berjalan menuju kantin. Puput dengan ekspresi yang belum berubah ikut berjalan menuju kantin, mereka duduk di salah satu meja dan memesan makanan.
“Ada apa sih? Kok nggak seru banget!” tanya Puput lagi saat mereka menunggu makanan, sedangkan Titan pura-pura tidak mendengar dan membuang pandangannya.
“Titan!” teriak Puput dengan suara cemprengnya, “Gue teriak ya!” sambung Puput yang padahal dia sudah berteriak sejak tadi, dan sudah mengundang beberapa pasang mata yang langsung melihati mereka.
“Lo udah teriak dari tadi kali.” jawab Titan.
“Ya makanya jawab dong!” Puput bertanya sambil berteriak lagi.
“Heh, syu!t” Titan memberikan isyarat agar Puput mengecilkan suaranya.
“Makanya jawab nggak? kalo nggak teriak lagi nih,” ancam Puput dengan ekspresi wajahnya yang sangat lucu.
“Iya-iya, ngancem lagi!” Titan tertawa kecil.
“Jawab!” Puput mengeluarkan wajah gemas itu lagi.
“Gue lagi pusing.” jawab Titan sambil menatap Puput.
“Sakit?” tanya Puput, dan hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Titan. “Terus kenapa?” tanya Puput lagi.
“Put, gue mau nanya dan lo harus jawab jujur.”
“Ok!”
“Berapa banyak sikap gue yang nggak lo suka?” tanya Titan memandang mata Puput.
“Nggak ada!”
“Jujur, Put!”
“Ok, gue nggak suka kalo lo pagi-pagi ngajakin olahraga padahal gue masih ngantuk!” jawab Puput polos dan benar-benar jujur.
“Mch!” Titan berdecak, “Maksudnya bukan sikap yang kayak gitu, ok gini deh gue perjelas. Menurut lo gue terlalu ikut campur nggak sama hidup lo?”
“Kok nanya gitu sih? Lo kenapa?” Puput malah balik bertanya.
“Jawab aja Put!”
“Ok. Nggak ada satu bagian pun dari sikap lo yang menurut gue keterlaluan, nggak ada satu hal pun yang ngebuat gue ngerasa kalo lo terlalu ikut campur, Titan hidup gue itu udah kayak hidup lo juga, justru gue ngerasa terganggu kalo lo nggak ikut dalam setiap proses yang gue jalanin.”
“Bukannya gue udah terlalu jauh ya ikut campur urusan lo?”
“Enggak!”
“Put, gue nemuin Shila dan marah sama dia karena dia ganggu hubungan lo sama Galin, gue kelewatan kan?”
“Enggak, justru karena gue tau lo bakal bertindak makanya gue diem aja.”
“Kalo gini terus kapan lo bisa bertindak sendiri? gue udah seolah-olah mencuri proses lo, dan ini nggak bener.”
“Titan, gue bisa datengin Shila sendiri dan labrak dia. Gue bisa nonjok siapapun yang macem-macem sama gue, tapi gue suka kalo lo yang ngelakuin, gue jadi ngerasa punya sosok yang beneran sayang sama gue tanpa pamrih setiap ngeliat lo ngebelain gue!”
“Jadi lo nggak keganggu sama yang gue lakuin?”
“Nggak,” jawab Puput tegas dan Titan hanya diam mengangguk. “Sekarang gantian gue yang nanya.” sambung Puput.
“Apa?” tanya Titan.
“Lo nggak keberatan kehilangan proses lo sendiri cuma karena mau nemenin gue ngelewatin proses gue?” pertanyaan Puput sedikit membuat Titan berpikir, “Mikirnya jangan lama-lama, lo buat gue overthinking!” sambung Puput, membuat Titan seidkit tertawa kecil.
“Gue nggak ngelewatin proses gue kok, selama nemenin lo ngelewatin proses lo, ya proses gue juga berjalan.”
“Bohong, gue nggak pernah lihat lo senyum-senyum sendiri, atau nangisin sesuatu, gue nggak pernah liat anak remaja enambelas tahun di hidup lo.”
“Cuma karena lo nggak liat bukan berarti nggak ada dong.”
“Jadi ada?”
“Hm!” Titan mengangguk, “Gue nikmatin semuanya, gue juga ngerasain suka sama lawan jenis kok, deg-degannya, senengnya, cemburunya, gue lewatin semuanya!”
“Oh ya?”
“Gue emang nggak gampang suka sama orang, tapi ada orang yang selalu buat gue suka.”
“Adit?” tanya Puput spontan.
“Kok Adit?” tanya Titan tersenyum malu.
“Ok jadi, Adit.” ucap Puput ikut tersenyum.
“Loh, gue belum bilang iya atau enggak.”
“Tapi senyum lo udah ngejawab!”
“Apaan sih.” Titan sedikit mencubit tangan Puput sambil tersenyum.
“Tuh kan salting, nyubit-nyubit lagi,” Puput mulai menggoda Titan, sedang Titan masih terus menahan senyumnya, “Kenapa nggak jadian?” tanya Puput lagi.
“Gue nggak mau ngelewatin patah hatinya!” jawab Titan.
“Kenapa? gue bakal ada di situ kok kalo lo ngerasain patah hati, itu prosesnya juga, kan?”
“Gue nggak takut sama patah hatinya, tapi gue takut kehilangan dia!”
“Hm ...” Puput tersenyum, “Terus mau sampe kapan kayak gin terus?”
“Ya sampe nanti pas kita udah bener-bener siap, itu juga kalo rasa ini masih sama.”
“Hm, jadi beneran Adit. Hahaha!” Puput tertawa, sedangkan Titan hanya tersenyum menahan malunya.
-||-
Sore ini semua kesibukan di sekolah sudah hampir selesai, Titan baru saja menyelesaikan semua tugasnya dan sudah menyerahkan hasil keputusan keanggotaan baru untuk ekrakulikulernya pada Laras, sebagai ketua pelantikan tahun ini.
“Nih.” Titan memberikan amplop cokelat yang tertutup rapih ke Laras.
“Wah gercep1 juga kerja lo ya!” ucap Laras saat menerima amplop itu.
“Iya cepet lah namanya dikerjain, emang lo ngerjain apa-apa lambat, sibuk pacaran mulu!” ledek Titan.