Bus berjalan menuju lokasih camping, suasana di dalam bus juga sangat menyenangkan, beberapa siswa dan sisiwi membawa alat musik yang membuat seisi bus menikmati perjalanan dengan bernyanyi bersama.
Semua paras wajah tersenyum lebar sambil sedikit menggoyangkan badan mereka mengikuti setiap bait lantunan lagu yang diiringi oleh petikan gitar. Perjalanan yang cukup jauh seperti dilewati dengan cepat.
“Gyus, kita langsung diriin tenda masing-masing dulu aja, habis itu kita bisa seru-seruan main games!” para Alumni sedang memberikan pengarahan, dan langsung diikuti oleh semua peserta camping.
“Pasangin tendanya, Puput sama Titan dulu yuk!” ajak Galin ke Adit.
“Kuy1.” jawab Adit yang langsung berjalan menuju tenda Titan dan Puput.
“Aku bantuin pasang ya!” ucap Galin ke Puput sambil menarik ujung tenda dan mencoba untuk menancapkan ujung besinya ke tanah. Puput hanya tersenyum, membiarkan Galin membantunya.
“Ngapain lo?” tanya Titan melihat Adit berdiri di sampingnya.
“Mau bantu tapi udah ke tancep semua kayaknya.” jawab Adit melihat sudut-sudut tenda yang besinya sudah tertancap dan terikat dengan benar.
“Mch!” Titan berdecak.
“Harusnya lo tunggu gue dulu biar romantis!”
“Lama.” teriak Titan memasukkan ranselnya ke dalam tenda.
“Adit?” panggil seseorang yang tendanya bersebelahan dengan tenda Titan, spontan Adit dan Titan menoleh ke arah sumber suara.
“Kenapa?” tanya Adit masih berdiri di samping tenda Titan.
“Bantuin dong.” pinta remaja perempuan itu, namanya Gea, sahabat baiknya Diana.
“Noh, ada Daniel sama Diana.” Adit tersenyum melihat Daniel yang sedang membantu mendirikan tendanya.
“Ya itu, kan disudut sana, yang ini nih.” Gea menunjukkan ujung besi yang dia pegang.
“Hm ... bentar,” Adit berniat melangkahkan kakinya menuju tenda Gea. Namun tiba-tiba langkah Titan baru saja melewati Adit dengan cepat dan berhenti di depan Gea.
“Ups!!” tangan Gea tiba-tiba bergetar memegangi ujung besi tenda itu.
“Sini!” Titan mengambil ujung tenda itu dan menancapkannya ke tanah dengan keras, “Beres!” ucap Titan setelah besi terteancap dengan cukup dalam.
“Makasih, Tan!” ucap Gea bergetar.
“Ada yang bisa gue bantu lagi?” tanya Titan datar.
“Ge cari batu dong buat mukul ini, susah ni nancepinnya.” teriak Diana dari sudut tenda yang lain, Titan yang mendengar suara Diana langsung berjalan ke arah sudut tenda lainnya.
“Eh, Titan?” Diana dan Daniel terkejut sampai melepaskan ujung besi yang mereka pegang.
“Yang mana yang nggak bisa ketancep?” tanya Titan.
“Ini ...” tunjuk Diana ke besi yang dipegang oleh Daniel.
“Sini!” Titan berjalan lalu mengambil besi yang ada di tangan Daniel lalu mencapkannya ke tanah dengan mudah, “Udah!” Titan berdiri menghadap ke Diana dan Daniel.
“Tan, jangan buat cowok gue terkesan dong.” ucap Diana sambil melihati Titan dan Daniel yang kini matanya seperti enggan berkedip.
“Hm ...” Titan menghembuskan napasnya dengan kencang, “Gue cuma mau bantuin aja, lagian ngapain terkesan sama cewek yang bisa nancepin ujung tenda ke tanah. Cowok-cowok tuh lebih terkesan sama cewek-cewek cantik kayak lo!” ucap Titan.
“Emang iya?” tanya Diana yang kini sudah tersenyum lebar.
“Iya!” jawab Daniel yang juga tersenyum melihat ke Diana.
“Hm, lovebird. Langgeng-langgeng dah lo berdua!” ucap Titan.
“Lo juga!” jawab Diana.
“Gue?” Titan menunjuk dirinya sendiri.
“Iya langgeng-langgeng sama Adit!”
“Hah?” Titan membuka mulutnya dengan lebar.
“Aamiin!” teriak Adit yang tiba-tiba muncul.
“Aamiin!” sambung Diana dan Daniel, sedangkan Titan hanya menelan ludahnya kemudian tersenyum melihati tiga orang di hadapannya itu.
-||-
Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore, cuaca mulai semakin dingin dan langit mulai gelap. Kayu bakar untuk api unggun sudah terbentuk dengan sempurna di tengah-tengah peserta camping yang nantinya akan duduk melingkari api unggun.
Masing-masing peserta camping juga sudah menyiapkan perlengkapan tidur mereka di dalam tenda, dan sebagiannya lagi sedang menyiapkan makan malam, mereka merebus air untuk menyeduh mie instan dan kopi yang sudah disiapkan oleh pihak sekolah.
Pemandangan yang indah, suasana yang nyaman, membuat beberapa peserta yang datang bersama pacar mereka masing-masing sangat menikmati setiap detik yang mereka lewati. Seperti Puput dan Galin yang sekarang sedang tertawa sambil berlarian di sekitar tenda.
“Hahaha!” Puput dan Galin tertawa puas dan terduduk lemas di atas rumput.
“Hah ...” Puput menghembuskan napasnya dengan kencang.
“Capek ya?” tanya Galin yang juga masih mengatur napasnya.
“Iya!” jawab Puput tersenyum.
“Hm ..” Galin tersenyum sambil memegang tangan Puput, “I love you!” bisik Galin di telinga Puput, membuat Puput langsung tersenyum malu.
“I love you too!” jawab Puput malu-malu.
“Aku ambilin minum dulu ya!”
“Iya!” Galin berjalan menuju meja tempat banyak makanan dan minuman bersusun untuk mengambil dua botol air meniral.
“Eh, Kak Galin?” sapa Shila yang sedang berdiri di dekat meja karena juga ingin mengambil minuman, “Mau minum, Kak?” sambung Shila bertanya dengan ramah.
“Iya.” jawab Galin tersenyum.
“Nih,” Shila memberikan satu cangkir kopi hangat ke Galin.
“Nggak usah, gue mau ambil air mineral aja.”
“Ambil aja tau, Kak. Lagian di sana masih banyak kok nanti aku bisa ambil lagi.” Shila menunjuk ke meja tempat kopi, teh dan air hangat diletakkan.
“Bukan itu, Puput lagi pengen air mineral katanya, makanya gue ambil ini aja.” Galin menunjukkan dua botol air mineral yang sudah ada di tangannya.
“Oh gitu.” suara Shila merendah.
“Gue duluan ya.” Galin tersenyum dan berniat meninggalkan Shila.
“Eh-eh, Kak,” Shila mencoba untuk menghentikan langkah Galin.
“Iya?” tanya Galin melihat ke Shila.
“Kak Galin pake baju panjang nggak?” tanya Shila.
“Ha, maksudnya?”
“Aku lupa bawa jaket, kalo Kak Galin pake baju panjang aku boleh pinjem jaketnya nggak? soalnya udah mulai dingin banget, aku nggak kuat.” suara Shila memang menunjukkan bahwa dia sangat kedinginan.
“Gue pake lengan panjang sih,” ucap Galin kemudian sedikit berpikir, “Yaudah pake jaket gue deh!” Galin kembali meletakkan dua botol air mineral itu di atas meja dan membuka jaket yang dia pakai lalu memberikannya ke Shila, “Nih pake!”
“Makasih ya, Kak!” Shila tersenyum lebar memegangi jaket itu, sedangkan Galin hanya mengangguk dan berjalan untuk kembali menemui Puput yang sudah menunggunya sejak tadi.
“Em ... wangi banget!” Shila mencium jaket yang dia pegang.
Dari tendanya Titan melihat adegan paling memuakkan itu, api di dadanya sudah berkobar sejak Galin membuka jaketnya untuk Shila, tapi mau bagaimana pun Titan harus mencoba mengatur amarahnya. Sebelum Shila memakai jaket itu, langkah kaki Titan sudah dengan sangat cepat untuk segera menghentikan niat Shila.
“Shil?” panggil Titan membuat Shila mengurungkan niatnya memaki jaket itu.
“Iya?” jawab Shila melihat ke arah Titan dengan tatapan yang tidak suka.
“Lo nggak bawa jaket?” tanya Titan, sedangkan Shila hanya mengangguk.
“Sini jaketnya Galin!” Titan menadahkan tangannya.
“Gue kedinginan, lagian Kak Galin pake lengan panjang kok.”
“Iya makanya sini jaketnya, Galin bawa jaket yang tipis karena dia pake lengan panjang, jadi nggak akan buat lo anget juga, sini!” Titan menarik jaket itu dengan sedikit paksa, lalu membuka jaket yang dia pakai.
“Nih, jaket gue aja!” Titan memberikan jaketnya ke Shila.
“Nggak usah, gue pake punya, Kak Galin aja, Kak.”
“Udah pake aja, lagian lo tau gue selalu pake lengan panjang karena gue pake kerudung, dah pake aja!” Titan memaksa Shila untuk menggunakan jaketnya, “Pegang!” suruh Titan ke Shila, apa boleh buat, Shila menerima jaket itu sebelum dia mati beku.
“Kalo butuh apa-apa bilang aja ke gue, kalo nggak ke Laras, dia ketua kegiatan ini!” ucap Titan lalu meninggalkan Shila.
-||-
Api unggun sudah menyala dengan indah, menghiasi malam dingin itu. Semua peserta camping sudah duduk rapih melingkari api unggun.
“Nih,” Titan memberikan jaket ke Galin lalu duduk di samping Puput, disusul Adit yang ikut duduk di samping Titan.
“Kok di lo?” tanya Galin meraih jaketnya.
“Emang tadinya jaket kamu di siapa?” tanya Puput ke Galin, pertanyaan itu membuat Galin terdiam melihati Titan, berharap Titan tidak memberitahu soal Shila.
“Shila minjem jaketnya, Galin.” Titan menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk Galin, ekspresi Galin berubah drastis setelah mendengar jawaban Titan.
“Hah?” Adit dan Puput kompak terkejut dan memandang Titan.
“Tapi nggak jadi dipake sama Shila soalnya gue ambil.”
“Dia ngapain minjem jaket orang? Cari perhatian banget!” ucap Puput kesal.
“Katanya sih nggak bawa jaket, makanya gue kasih jaket gue ke dia biar dia nggak pake jaketnya Galin!”
“Kenapa lo kasih jaket lo? Kalo lo kedinginan gimana? Aneh banget sih, kenapa coba mikirin dia, mau dia beku di sini juga terserah!” Puput menaikkan nada bicaranya.
“Gue, kan selalu pake lengan panjang, lagian bahan baju gue juga rajut, dalemnya gue pake kaos, gue pake kerudung, pake shal, aman lah. Dari pada dia make jaket Galin terus lo cemburu, sakit hati, mending gue nahan kedinginan deh!” jelas Titan.
“Lo sih, Gal. Bisa-bisanya minjemin jaket ke cewek lain!” Adit menunjuk ke arah Galin.
“Gue kesian, nggak ada maksud apa-apa.” jawab Galin.
“Udah-udah, fokus. Games udah mau mulai.” ajak Titan untuk kembali menghadap ke arah api unggun dan empat orang alumni yang malam itu mendampingi mereka. Semua peserta kini fokus untuk mengikuti games yang akan mereka mainkan, hanya Adit yang tiba-tiba berdiri dan masuk ke dalam tendanya, tidak ada yang memedulikannya kecuali Titan.
“Mau kemana sih?” tanya Titan pelan melihat Adit yang berjalan menjauh darinya. Tak lama Adit kembali dengan membawa selimut berukuran sedang berwarna abu, Adit melingkarkan selimut itu ke tubuh Titan.
“Eh,” Titan terkejut dan melihat siapa pelaku yang memberikannya selimut.
“Gue nggak bisa kasih jaket gue, soalnya gue juga kedinginan. Pake ini aja!” Adit duduk sambil tersenyum, hal sederhana yang selalu membuat hati Titan berdebar.
“Makasih.” Titan tersenyum manis, warna pipinya berubah merah karena perlakuan manis Adit, ditambah dengan cuaca yang semakin dingin.
empat alumni yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan itu mulai menjelaskan permainan yang akan mereka mainkan.
“Jadi gyus kita bakalan main sambung lagu, jadi gue bakal nyanyi random, terus berhenti di salah satu lirik, nah ujung kata dari lirik tersebut harus jadi awal lirik lagu yang bakalan kalian sambung, nanti muternya arah jarum jam aja!” jelas Riani, “Paham nggak?” sambungnya bertanya.
“Paham!” jawab kompak semua peserta.
“Sebelumnya gue mau nanya dulu nih, kalian kalo ada yang ngerasa badannya nggak enak bisa langsung ngomong sekarang ya, soalnya cuaca di sini, kan dingin banget dan gue takutnya kalo lo semua pada maksain diri malah jadi ribet nantinya, jadi kalo ada yang sakit langsung ngomong ya!” jelas Dion.
“Kak Dion, gue sakit!” teriak Galin mengangkat tangannya, semua mata menatap ke arah Galin dengan ekspresi terkejut.
“Serius lo? Apa yang sakit?” tanya semua alumni dengan kompak.
“Kayaknya gula gue naik deh.” Galin memegangi dadanya, membuat semua orang bingung, dan tentunya membuat Puput panik.
“Kamu nggak bilang dari tadi!” Puput berbisik dengan panik.