SAKURA

bibliosmia
Chapter #22

IGD

Tidak ada yang membaik, Puput masih sering menangis seorang diri, hatinya terus merasa sakit setiap kali melihat Galin sedang berbicara dengan banyak gadis di sekolah, terutama Shila.

Setia hari, bahkan setiap saat, Titan selalu mencoba untuk menghibur Puput, berusaha mengembalikan keceriaan Puput yang dulu. Saat Puput dan Titan sedang duduk santai di halaman taman sekolah sambil saling menyendarkan punggung mereka, menghadapkan wajah mereka ke atas, menikmati sinar matahari pagi ini.

“Cokelat!” ucap Adit tiba-tiba sudah berdiri di depan Titan dan Puput, sambil menjulurkan kedua tangannya dengan masing-masing satu cokelat ke arah Titan dan Puput.

“Waw! Apa ini?” tanya Titan meraih cokelat itu, begitu juga dengan Puput yang langsung membuka cokelat itu dan memakannya.

“Cokelat!” jawab Adit lalu ikut duduk di dekat Titan.

“Maksudnya dalam rangka apa, pinter!” Titan melihat dengan curiga ke arah Adit.

“Gue ngasih cokelat, ngasih makan, ngasih apa-apa emang selama ini selalu ada alasan?” tanya Adit.

“Nggak ada sih, yaudah makasih!” Titan ikut membuka cokelat itu dan memakannya.

“Galin, mana?” tanya Puput.

“Di ruang osisi!” jawab Adit.

“Masih aja, ngapain? Kan, urusan osis udah kelar, udah ada ketua barunya, udah ada wakil barusnya, demen banget kesana mulu!” Titan mendumel, karena kesal.

“Biasalah, Galin itu mana bisa ngebiarin orang-orang kesusahan, dia pasti lagi bantuin ngejelasin apa aja kegiatan osis.”

“Hm!” Puput menghela napasnya, melihati cokelat yang diberikan oleh Adit tadi, “Cokelatnya kemanisan, bikin enek!” sambung Puput.

“Masa sih? itu cokelat yang biasa gue beli buat lo kok!” Adit heran melihat ekspresi Puput, sedang Titan hanya memukul pelan lengan Adit dan memberikan kode agar dia segera diam.

-||-

Pukul empat sore, sekolah sudah mulai sepi, hanya tertinggal beberapa siswa dan siswi saja yang sekarang pun sudah bersiap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Titan dan Puput baru saja menyelesaikan tugas mereka di dalam perpustakaan.

“Titan!” teriak Laras tepat saat Titan dan Puput keluar dari perpustakaan.

“Erh!!” Titan menepuk pelan kedua telinganya, “Nggak Puput, nggak lo, bisa nggak kalo manggil gue tuh santai gitu, yang lembut!” Titan mengomel.

“Doyan ngomel ya lo sekarang? Santai dong!” teriak Laras, membuat Puput tertawa.

“Heh! Oh gue tonjok lo ya?” Titan mengepalkan tangannya.

“Becanda-becanda!!” Laras bersembunyi di balik badan Puput, hal itu membuat Puput tertawa semakin kencang. “Lo udah tau Titan galak, malah iseng!” ucap Puput sambil terus tertawa.

“Gue mau minta tolong!” Laras memelankan suaranya, memasang wajah imut agar Titan mau dengan senang hati membantunya.

“Apa?” tanya Titan masih dengan ekspresi kesal.

“Gue sama Dito mau nonton, nyokap gue nyuruh nganterin Ara pulang, tapi tiket nonton gue sama Dito sebentar lagi, Ara gue suruh pulang naik ojek online malah takut, tolong anterin Ara pulang ya, please!” Laras menyatukan dua tangannya di depan dada, memohon agar Titan mau membantunya.

“Ara siapa?” tanya Puput.

“Adek gue, Titan kenal kok!” jawab Laras.

“Bener-bener lo ya? Pacaran mulu! Gue aduin nyokap lo baru tau rasa!” ancam Titan.

“Mch! Jangan iri sama kebahagiaan gue, bantu temen pahalanya gede, Tan!” Laras tersenyum licik.

“Lo sama Dito makin seru aja ya!” ucap Puput tersenyum kecil.

“Lo sama Galin juga begitu, kan?” goda Laras mencubit kecil pinggang Puput.

“Gue sama Galin lagi break!” Puput menundukkan kepalanya. Laras yang tidak tahu apa-apa langsung menutup mulutnya dan melihat ke arah Titan, wajah Titan yang berubah dengan matanya yang melebar membuat Laras paham bahwa dia harus segera mengakhiri obrolan itu.

“Oh break mah biasa, gue sama Dito juga sering!” Laras menepuk pelan bahu Puput, “Tan, Adek gue ya jangan lupa, di parkiran dia, bye!” Laras berlari begitu saja.

“Gue belum juga bilang iya!” ucap Titan melihat langkah kaki Laras yang menjauh.

“Udah, anterin aja! Kasihan!” suruh Puput.

“Ya kali kita bertiga,” Titan berpikir, “Atau gue anter Ara dulu? Rumah mereka deket sih, atau lo mau naik ojol? Kasihan kalo dia yang naik ojol, anaknya penakut, kan!” sambung Titan.

“Lo anter dia dulu aja, gue tunggu di sini. Lagian gue pengen main ke lapangan basket yang di luar, pengen nyegerin otak!”

“Yaudah, gue nggak lama kok!” Titan menepuk lengan Puput lalu berlari menuju parkiran untuk segera mengantarkan Ara pulang.

-||-

Titan berjalan melewati beberapa kelas untuk menuju parkiran motor yang ada di depan gedung sekolah, langkah kaki Titan terhenti di depan salah satu ruang kelas.

“Woy?” teriak Titan memanggil orang-orang yang ada di dalam kelas itu, terlihat ada empat orang di sana, dua di antaranya adalah Daniel dan Andi, dua lainnya entah siapa. Ke-empat orang itu menoleh saat mendengar teriakan Titan. “Nggak bisa baca? Ini SMA Kusuma, lo pake seragam SMA mana? Sekolah gue nggak lagi ngadain event apapun!” sambung Titan melipat kedua tangannya di depan dada.

“Tan, gue juga pernah kali sekolah di sini!” jawab Andi tersenyum lalu melangkah mendekati Titan.

“Pernah, kan? Bukan sedang! Jadi tetep aja lo lagi ada di sekolah yang bukan sekolah lo! Lagian udah lewat jam belajar, cari tempat nongkrong lain gih!” usir Titan dengan ketus, Titan masih menyimpan banyak dendam untuk Andi.

Ok! Gue pergi sebentar lagi, gue bareng Daniel, dia masih nungguin Diana.”

Ok!” Titan menatap Andi dengan tajam lalu meninggalkannya. Setelah Titan pergi, Daniel langsung menarik tangan Andi untuk masuk ke dalam kelas, “Lo liat, kan? Gimana matanya Titan? Dan lo masih punya niat buat gangguin, Puput?” Daniel menekankan suaranya, mencoba memperingati Andi yang mempunyai niat buruk pada Puput.

Lihat selengkapnya