Sudah seminggu sejak Puput dirawat di rumah sakit, luka-lukanya sudah sembuh, namun Puput sedang menjalani terapi untuk mengembalikan keceriaannya dan menyembuhkan rasa traumanya.
Titan sudah kembali ke sekolah, menjalankan aktifitasnya seperti biasa, beberapa orang yang mengenal Titan dengan cukup dekat, seperti Laras dan Dito, mereka selalu mencoba untuk menguatkan Titan.
Setiap hari, setiap jam sekolah berakhir, Galin akan selalu menjalankan motornya ke rumah sakit Pelita, Galin akan duduk sampai larut malam di depan ruang rawat, Puput. Tidak peduli berapa kali, Mama menyuruhnya pergi, Galin tetap di sana sampai Mama lelah dan membiarkan Galin berdiam diri di depan ruangan itu.
“Put?” Titan menggenggam tangan Puput, “Jujur sama gue, apa yang sekarang lo rasain?” sambung Titan bertanya.
“Nggak ada!” Puput menggelengkan kepalanya.
“Udah mau ke sekolah?”
“Iya! Gue baik-baik aja sekarang, gue mau balik ke sekolah, gue mau jadi, Puput, yang dulu!”
“Pegang tangan gue, dan gue nggak akan ngelepasin lo lagi!” Titan dan Puput saling membalas senyum. Mama, Bunda dan Ayah yang ada di dalam ruangan itu ikut terharu melihat manisnya kelakuan Titan dan Puput.
Selang beberapa menit dari harunya kelakuan Titan dan Puput, terdengar ketukan pintu ruangan, Puput.
‘Tok tok tok’
Mereka semua saling berpandangan, Ayah melangkahkan kakinya membuka pintu ruangan, tamu yang datang adalah Galin bersama Ibunya, Bunda Lisa.
“Halo, selamat malam?” ucap Bunda Lisa tersenyum hangat.
“Malam, Bu Lisa, silakan masuk.” Ayah menjawab dengan hangat, begitu juga dengan Bunda Mayang dan Mama Sarah. Mereka menyambut kedatangan Galin dan Ibunya dengan hangat.
Bunda Lisa memberikan buah tangan yang dia bawa, lalu memeluk Titan dan Puput bergantian, Titan dan Puput tersenyum lebar, namun arah mata Puput sama sekali tidak menoleh ke Galin.
“Maaf ya, Bunda baru bisa jenguk sekarang.” ucap Bunda Lisa, Puput tersenyum. “Nggak apa-apa!” Mama Sarah menjawab sambil tersenyum lebar. Mereka sudah saling mengenal, sempat bertemu di sekolah saat pengambilan hasil ujian anak-anak mereka.
Mereka memulai obrolan basa-basi, tentang kesehatan Puput dan banyak hal lain mengenai sekolah anak-anak mereka, sampai akhirnya Bunda Lisa membuka suara soal kedekatan Galin dan Puput.
“Saya, atas nama Galin mau meminta maaf. Apa yang sudah dilakukan Galin ke Puput, atas luka yang ada di hati Puput, saya minta maaf!” ucap Bunda Lisa menggenggam tangan Mama Sarah.
“Ini buka salah, Galin! Puput sampai ada di sini karena ulah, Andi.” Jawab Mama tersenyum.
“Bu Sarah, saya tau anak-anak kita masih sangat remaja! Usia mereka baru mau menginjak tujuhbelas tahun, saya bisa merasakan apa yang, Bu Sarah rasakan,” Bunda melihat ke arah Mama lalu ke Puput, “Put?” panggil Bunda Lisa, membuat Puput mengangkat kepalanya.
“Galin mungkin nggak punya kesempatan lagi untuk jadi orang yang istimewa di hatinya, Puput! Tapi Galin juga terpukul, karena dia kehilangan sahabatnya. Bisa bantu, Bunda, mengembalikan sahabatnya?” tanya Bunda yang kini memegang tangan Puput.
Suasana menjadi sangat hening, Titan menundukkan kepalanya, Galin pun sama, Puput yang sejak tadi tertunduk kini malah mengangkat kepalanya.
“Puput nggak pernah hilang, Puput cuma sembunyi!” jawab Puput melihat, Bunda Lisa. “Sekarang Puput nggak akan sembunyi lagi!” lanjut Puput, membuat Bunda Lisa tersenyum dan memeluknya, Titan dan Galin cepat mengangkat kepala mereka lalu tersenyum.
-||-
Persidangan kasus Puput dilakukan hari ini, beberapa orang yang menjadi saksi untuk kasus ini sudah memenuhi panggilan pengadilan, dimulai dari Daniel, Pak Yus, Pak Anto, bahkan Shila yang ikut mengajukan dirinya sebagai saksi.
Puput memilih untuk tidak menghadiri persidangan itu, karena dia sangat yakin bahwa hukum akan menusuk hidup orang yang bersalah.
Pagi ini, Puput sudah duduk di atas motor Titan, tangannya melingkar ke pinggang Titan dan bersiap untuk memulai lagi harinya sebagai siswi bernama, Putri Nuari Aulia yang dikenal sebagai siswi yang sangat ceria.
Motor Titan sudah berhenti di parkiran sekolah, begitu juga dengan Galin dan Adit yang mengikuti motor Titan dari belakang.
“Gimana? Siap?” tanya Titan ke Puput.
“Siap!” jawab Puput tersenyum lebar. Titan, Puput, Galin dan Adit berjalan bersama masuk ke dalam gedung sekolah.
Setiap orang yang mereka lewati terlihat menatap mereka dengan kagum, empat sekawan yang benar-benar kompak, begitu benak mereka. Puput yang sejak awal masuk ke dalam gedung sekolah hingga hampir tiba di kelas merasakan ada yang aneh, hatinya seolah bertanya kenapa semua orang memperlakukannya tetap seperti semula, bukan kah seharus kasus yang sedang dijalaninya sudah tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Meskipun kasus pemerkosaan itu gagal, hal itu tetap saja membuat Puput malu, dan bisa menjadi buah bibir untuk siswa dan siswi lainnya.
“Puput!” teriak Laras berlari kencang dan mendarat di pelukan, Puput, “Welcome to the club, sis!” ucap Laras.
“Em ... bocah, aneh!” sebut Titan melihat kelakuan Laras.
“Gue bawa ini, cokelat kesukaan, Puput!” Laras mengeluarkan dua cokelat dan memberikannya ke Puput.
“Em ... makasih, Laras yang cantik!” puji Puput.
“Kok buat Puput semua? gue?” Titan menadahkan tangannya.
“Iri aja!” ucap Laras lalu menoleh ke, Adit, “Dit, beliin!” suruh Laras.