Api menjulang tinggi di udara. Mobil, motor, bahkan ban terbakar, menyala dengan api merah yang membara. Banyak mahasiswa yang berlari mundur menuju tempat yang lebih aman. Wajah mereka penuh kekecewaan, lesu, dan pandangan mata yang kacau.
Namun, pada saat yang sama, kelompok organisasi masyarakat yang tak jelas asal-usulnya berani terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Mereka tak ragu saling dorong, saling kejar, hingga mencapai titik di mana pertikaian fisik tak terhindarkan.
Nah, di tengah keriuhan yang sedang terjadi, dua pasang anak muda sedang berusaha menjauh dari medan pertempuran. Langkah mereka cepat, seperti seekor kijang yang berlari menjauh dari singa.
Sementara mereka berlari, mata mereka menangkap pemandangan banyak warga biasa yang terlihat bingung dan berkumpul dalam kepanikan.
Sebentar kemudian, tanpa disadari, jarak mereka semakin membesar dengan medan pertempuran.
Fenny segera meminta Petrus untuk berhenti berlari. Sejujurnya, Fenny ingin mengambil napas dalam sambil melepaskan beban ketakutan yang terasa sangat berat di pundaknya.
Setelah bernafas lega, Fenny bertanya kepada Petrus. "Ke mana kita akan pergi sekarang?"
Petrus tidak merespon, ia justru terpaku memandang medan pertempuran yang masih ramai.
Fenny terpaksa mengulangi pertanyaannya. "Petrus, kita pergi ke mana setelah ini?"
Petrus tersedot dari lamunannya yang panjang. Ia langsung merespons pertanyaan Fenny, "Ayo pergi ke Taman Suropati. Di sana kita bisa beristirahat dan meredakan ketegangan."
Fenny tersenyum tipis, "Lo salah besar sih. Yang sebenarnya membutuhkan ketenangan adalah lo sendiri, karena lo udah gagal total dalam menyampaikan gagasan kepada mereka, yang katanya pejabat perwakilan rakyat."
***
Sang angin tampak malas bekerja. Sementara sinar matahari terlampau bersemangat. Semua orang pada akhirnya jadi basah kuyup. Padahal kerja mereka hanya duduk dalam keheningan.
"Panas banget ya!" ucap Petrus.
Fenny langsung menyeka keringat di keningnya. "Kalau gua mungkin hanya merasa panas di tubuh saja. Gimana sama lo? Apakah lo baik-baik saja setelah melihat kejadian tadi?" pancing Fenny.
Petrus mengangkat bahunya. "Gua sebenarnya bingung tahu. Kenapa orang unjuk pendapat mesti adu tenaga. Padahal adu pendapat kan, bisa dilakukan dengan banyak cara. Tapi, siapa gua ini. Seorang yang masih muda dan kurang berpengalaman.'
Fenny menepuk pundaknya, pelan. 'Lo nggak apa-apa kan? Kok jadi pesimis gitu!'"