Petrus duduk di dalam kamar, sambil mengamati pemandangan di balik jendela kamarnya. Awan kelabu menutup sinar matahari yang terang. Pikirannya melayang, namun ia tahu tak bisa berlama-lama memikirkan strategi. Yang dibutuhkan saat ini adalah tindakan nyata. Petrus memasukkan baju ke dalam tas ransel, lalu dengan cepat melompat keluar dari kamarnya dan melangkah menuju Fenny yang berada di kampus.
Sekarang, Petrus sudah berada di luar rumah. Ia berjalan menuju jalan raya sambil menunggu kopaja yang akan mengantarnya ke kampus. Dalam perjalanan, ia tidak mendapatkan kesimpulan apapun dari perdebatannya dengan orang tuanya. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertindak egois saja. Ia meninggalkan rumah tanpa menentukan kapan akan kembali. Bagi Petrus, hal terbaik saat ini adalah bertemu dengan para simpatisan aksi damai dan berkencan dengan Fenny. Kedua hal ini tampaknya mampu memberikan ketenangan kepadanya, setidaknya untuk saat ini.
Kopaja akhirnya berhenti di Depok. Petrus turun dan menyusuri jalan setapak dari Stasiun Pondok Cina menuju Universitas Indonesia. Ia melihat para simpatisan aksi damai sedang berdiskusi di kantin, namun Fenny belum terlihat. Oleh karena itu, Petrus memutuskan untuk berdiskusi dengan mereka mengenai strategi yang telah dibahas dengan Soe dan dirinya sendiri.
Para simpatisan memintanya untuk duduk di tengah-tengah mereka. Mereka ingin mendengarkan pemaparan ide yang telah disetujui sebagai langkah nyata untuk melancarkan aksi damai kedua mereka. Semua orang mendengarkan dengan seksama, bahkan mereka terkesan dengan ide tersebut. Namun, mereka tetap meminta kepastian apakah aksi mereka akan terhindar dari dua oknum ormas yang tidak sejalan dengan mereka. Petrus meyakinkan mereka bahwa tidak perlu khawatir, karena semuanya akan baik-baik saja. Ia menegaskan bahwa mereka hanya perlu mengikuti langkah-langkah yang telah ada di dalam sebuah surat yang ada di dalam genggaman tangannya.
Petrus kemudian menyerahkan selembar kertas yang dibungkus dalam amplop cokelat. Para simpatisan dengan cepat membacanya secara bergiliran. Seketika, wajah mereka terpancar kegembiraan seolah-olah ada harapan dari beberapa tindakan nyata yang akan dilakukan. Setelah itu, mereka kembali ke aktivitas masing-masing. Sementara itu, Petrus mencari Fenny yang tidak terlihat sejak tadi. Akhirnya, ia bertanya kepada salah seorang simpatisan yang mengenal Fenny dengan baik. Simpatisan itu mengatakan bahwa Fenny sedang mengajar anak jalanan di sekitar daerah Stasiun Manggarai. Tanpa buang waktu, Petrus segera pamit dan melangkah menuju Fenny. Ia ingin menyampaikan pikirannya kepada wanita itu
***