Salah Duga

Jhon Merari Hutapea
Chapter #20

Didesak Waktu

Pintu markas yang tertutup rapat tiba-tiba dibuka oleh Budi, dan Soe terlihat dibawah masuk dengan bantuan dua orang yang membopongnya.

Saat pintu setengah terbuka, Petrus yang tegang tiba-tiba berdiri dengan ekspresi wajah yang serius. Di belakangnya, Fenny malah tiba-tiba pergi ke dapur. Dan ternyata saat kembali, ia membawa baskom berisi air dan kain lap kering untuk membersihkan wajah Soe yang penuh dengan darah kering.

Sementara itu, Petrus bergerak mendekati Budi dengan memberikan kode agar mereka berbicara di depan teras. Budi mengangguk memahami dan mereka berdiri di depan teras, saling bertukar informasi.

"Dalam keadaan seperti ini, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?" tanya Petrus dengan bingung.

Budi menggelengkan kepalanya. "Mana aku tahu! Satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi adalah dengan bertanya langsung kepada Soe."

"Kita harus membuatnya sadar sekarang! Kita harus mengetahui keadaan yang sebenarnya. Kita tidak bisa mengambil tindakan yang tepat jika kita tidak memiliki informasi yang cukup," kata Petrus dengan tegas.

"Aku mengerti. Baiklah... kita tunggu di dalam saja. Aku khawatir tempat ini akan diketahui oleh orang-orang itu," jelas Budi sambil merangkul bahu Petrus.

Mereka berjalan dengan hati-hati kembali masuk ke dalam ruangan. Ketika mereka sampai di dalam, tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Soe sudah sadar. Ia bahkan bisa duduk dengan tegak, meskipun wajahnya masih memar dan lebam.

Walau begitu, Soe masih mampu mengangkat tangannya ke udara. "Merdeka!" serunya.

Mereka semua dengan antusiasme menjawab seruan itu. Namun, kegembiraan mereka tiba-tiba terpotong oleh pertanyaan yang tidak sopan dari Fenny.

"Soe, apakah kamu dipukuli oleh polisi?" tanya Fenny dengan polos.

Mendadak, suasana seketika menjadi hening. Seperti kain lap yang terjepit di tengah hari yang terik, suasana menjadi kaku.

***

Soe sempat menundukkan kepalanya sejenak. Sebuah jeda yang berat terasa di ruangan itu. Pikirannya terbang jauh, menuju sebuah tempat gelap yang tersembunyi dalam benaknya. Perlahan tapi pasti, tempat gelap itu mulai terang. Cahaya yang semakin terang membuatnya melihat sebuah layar putih yang tiba-tiba turun dari langit-langit ruangan. Lalu, di hadapannya, muncul visualisasi adegan-adegan saat Soe berada di sebuah ruangan yang luas, dengan dinding-dinding yang kusam dan rapuh berwarna putih. Ruangan itu hampir tidak memiliki pencahayaan yang cukup, dan aroma ruangan yang apek menguar di udara. Dalam sekejap, setiap adegan terputar kembali dengan cepat di layar putih itu.

"Kamu tidak perlu takut Soe. Aku yakin kamu mampu kok!" ucap Fenny, tenang.

Lihat selengkapnya