Salah Duga

Jhon Merari Hutapea
Chapter #22

Jalan Kelambu

Petrus segera menarik tangan Fenny untuk bergerak ke pinggir jalan. Fenny malah menahan langkah bersama Petrus. Sontak, Petrus berpaling heran kepada Fenny. Ia bahkan sempat melihat dua sosok yang dikenal muncul dari tempat persembunyiannya. Ia langsung bingung seakan tidak bertemu tembok penghalang.

"Sekarang kamu mau ikut aku ya?"

Petrus terus memperhatikan sosok Julius dan Anton, tanpa mengalihkan pandangannya. Peran mereka dalam situasi tegang ini masih belum terungkap sepenuhnya. Setelah itu, ia memberikan isyarat kepada keduanya untuk menjaga jarak. Namun, yang lucu adalah mereka tampak tidak peduli dan malah mendekati Petrus dan Fenny. Petrus segera menyadari bahwa mereka pasti memiliki niat yang berbeda. Dengan cepat, ia menarik lengan kanan Fenny. Ada sesuatu yang mencurigakan tentang mereka, pikir Petrus.

Fenny menyadari situasi tersebut. Meskipun demikian, ia tetap berjalan bersama Petrus. Namun, tiba-tiba ia berbalik menghadap mereka. Ia meminta mereka untuk tenang sejenak, setidaknya agar ia yang memberitahukan tujuan sebenarnya. Julius menganggukkan kepala sebagai tanda pengertian. Kemudian, Fenny meminta Anton, rekannya, untuk berhenti mengikuti mereka.

Setelah jarak di antara mereka sedikit memisahkan, Fenny memperkuat keputusannya untuk berbicara jujur. Ia tidak lagi ingin menyembunyikan apa pun. Dengan perlahan, ia merapatkan pinggang kanan Petrus.

"Kamu yakin tidak ingin mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu? Aku bisa menjelaskan niat kehadiran mereka," ujar Fenny dengan hati-hati.

Petrus menghentikan langkahnya dan memalingkan kepalanya untuk sepenuhnya fokus mendengarkan Fenny.

"Aku yang meminta mereka datang ke sini. Tujuannya adalah agar kita dapat melarikan diri dari kekacauan ini. Aku ingin kamu tetap selamat dan dapat bergabung dengan kami," ujar Fenny dengan tegas dan penuh perhatian.

Alis mata Petrus terangkat ke atas. Selamat? Apa yang sedang terjadi? Bukankah di belakang sana hanya terjadi bentrok antara aparat dan mahasiswa? Sulit dipercaya jika eskalasi kerusakan bisa melebihi batas kewarasan manusia, setidaknya menurut penilaian logika.

Petrus mengangkat bahu sebagai tanda bahwa ia membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

Fenny menempatkan kedua tangannya di atas bahunya. "Akan ada peristiwa yang berpotensi berbahaya bagi keselamatan kita. Aku mohon kamu mempercayai aku," katanya dengan tegas.

Lalu, saat Petrus sedang memproses ucapan tersebut, Fenny melihat peluang dan memberikan isyarat agar mereka segera mengambil mobil.

Julius mengangguk patuh sambil tersenyum. Anton juga melakukan hal yang sama. Kemudian, secara otomatis, mereka berlari menuju mobil Kijang hitam yang terletak di dekat warung itu. Mobil Kijang itu melaju, melebihi kecepatan rata-rata mobil pada umumnya.

"Tidak mungkin, apakah mereka benar-benar akan menembak mahasiswa?" kata Petrus dengan kebingungan. Ia masih berdiri membeku, tidak bisa bergerak.

Mobil Kijang sudah berada di depan mereka. Pintunya terbuka sepenuhnya. Fenny dengan paksa membawa Petrus masuk ke dalam mobil. Mereka tidak punya waktu untuk berdebat. Setelah itu, mobil melaju melawan arah.

"Mengapa tidak? Menembak mahasiswa oleh aparat dianggap sebagai langkah yang diperlukan. Intinya, tujuan gerakan bawah tanah kamu akan tercapai. Hanya saja, kami menggunakan cara yang berbeda, bukan melalui aksi damai seperti yang kamu lakukan," ujar Fenny dengan serius, tanpa menyembunyikan apa pun lagi.

Lihat selengkapnya