Salah Duga

Jhon Merari Hutapea
Chapter #23

Pelabuhan terakhir

Hawa dingin mengiringi kedatangan mobil Kijang yang membawa mereka. Di kejauhan, terlihat sosok pemimpin mereka, Ajung Pribadi, yang dikelilingi oleh sejumlah anak buahnya yang sibuk membawa keranjang berisi sabu. Tak jauh dari kerumunan tersebut, terdapat empat mobil polisi yang dipersenjatai dengan lengkap. Para petugas polisi duduk santai, sambil terus memantau alat komunikasi mereka yang sedang sibuk berbunyi.

Tak lama kemudian, mobil Kijang itu muncul dari balik kabut malam. Ajung Pribadi tersenyum lebar saat pintu mobil terbuka. Dengan anggun, Julius dan Anton melangkah keluar sambil mengangkat tangan mereka ke udara. Ajung mengangguk sambil memberi isyarat dua jari kepada mereka sebagai tanda pengakuan. Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba ketika ia sampai di pintu mobil. Pandangannya tertuju pada seorang pemuda yang tertidur pulas di atas pangkuan Fenny. Ekspresi wajah pemimpin kelompok tersebut menjadi tegang saat melihat hal tersebut.

"Maksudmu apa, Fenny? Kenapa kamu membawa orang ini ke sini? Seharusnya kamu tinggalin dia di mana kek, atau bahkan jika kamu mau, kamu bisa membunuhnya dan membuangnya di mana pun! Apa kamu sudah kehilangan akal?" tegur Ajung Pribadi dengan nada tegas.

Fenny menggeser tubuh Petrus agar kekasihnya itu bisa merebahkan dirinya di bangku.

Setelah itu, Fenny keluar dan berdiri berhadapan dengan ayahnya.

Julius dan Anton saling bertatapan. Sorot mata mereka tampak berubah. Mereka belum pernah melihat adegan menantang seperti ini sebelumnya. Julius bahkan bergerak untuk mendekati mereka, namun Anton segera menahan dia, memegang bahu sahabatnya dengan cepat.

"Maksud lo kita akan membiarkan ayah menghukum Fenny?" bentak Julius dengan suara pelan yang penuh emosi.

Anton mengangguk kepala. "Ingat posisi kita ini apa. Hanya bawahan saja. Biar itu jadi urusan mereka. Mengertilah!"

Julius menundukkan kepalanya sambil menelan ludah. Ucapan Anton memang memiliki kebenaran. Rasa frustrasi mulai menyelimuti pikirannya karena ia tidak menemukan jalan keluar. Akhirnya, ia mengangkat kepalanya lagi dan melemparkan tatapan khawatir ke arah mereka. Di sana, Ajung Pribadi sudah menunjuk-nunjuk sambil memarahi Fenny di hadapan semua orang. Hal ini benar-benar merupakan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Ayah... urusan antara aku dan Petrus belum selesai. Lagipula, apa salahnya aku mengajaknya ke sini dan pergi bersamanya ke singapura? Biar bagaimanapun, ayah berhasil menyelundupkan sabu ini berkat kerja keras Petrus dan teman-temannya," ungkap Fenny dengan tegas.

Ajung mendekati Fenny dan merangkul bahunya. "Aku tidak bisa mengajak orang itu naik ke kapal. Jangan berharap kamu bisa membujuk ayah. Ada dua pilihan yang bisa kamu ambil. Pertama, kamu bisa tinggal di negara tolol ini bersamanya. Atau, ikutlah ayah membangun kerajaan bisnis baru di Singapura. Kamu tinggal memilih."

Situasi tegang mulai mereda. Ajung berjalan dengan tenang melewati dua anak buahnya yang setia, lalu ia menghentikan langkahnya untuk memberikan perintah kepada mereka.

"Tolong pastikan Fenny membuat pilihan yang tepat. Jika Fenny sudah memutuskan, suruh dia naik ke atas atau tertidur lelap di pelabuhan sumpek ini. Kapal ini berangkat dalam satu jam."

Julius dan Anton menerima perintah dengan merendahkan kepala mereka di hadapan Ajung Pribadi. Kemudian, Ajung berjalan dengan tenang menuju kelompok polisi korup. Mereka berbicara dalam waktu yang cukup lama, kemudian beberapa amplop tebal berwarna cokelat diserahkan kepada mereka melalui tangan Ajung sendiri.

Setelah itu, Ajung berganti langkah menuju kapalnya. Sambil melangkah naik ke anak tangga yang tinggi menuju kapal, ia sempat melirik ke arah di mana Fenny, Julius, dan Anton sedang berdiskusi. Langkahnya terhenti sejenak saat melihat mereka yang masih muda sedang berdebat sengit. Tidak diketahui dengan pasti apa yang dipikirkan oleh mereka.

***

Perdebatan di antara Fenny, Julius, dan Anton masih berlangsung. Hingga akhirnya, Julius meminta mereka berdua untuk tenang. Ia bahkan memerintah Anton untuk pergi mengambil air comberan. Anton sempat menarik alisnya. Kenapa harus mengambil air comberan di saat mereka sedang memperdebatkan urusan penting, yaitu menentukan apakah Petrus harus diselamatkan atau malah dibunuh?

Namun, Anton paham ketika melihat lirikan sigap dari Julius yang mengarah kepada Petrus. Anton langsung mengerti apa maksudnya.

Di saat itulah Julius melihat kesempatan untuk mempertegas niat bulat Fenny.

"Kamu harus memilih di antara dua keputusan ini. Mau hidup bersama orang tolol itu di sini, atau menjadi kaya raya serta mengetahui siapa pembunuh ayah kandungmu?" goda Julius.

Fenny tertegun. "Maksud kamu, kamu sudah tahu siapa pelakunya?"

Lihat selengkapnya