Kegelapan menyelimuti seluruh pandanganku. Terlihat seperti malam hari, tapi terasa berbeda. Tanpa terang bulan, tanpa gemerlap bintang, tanpa suara angin berhembus. Tak ada satupun ciri dari sebuah malam yang biasa terasa dalam ingatanku. Hanya keheningan dan kegelapan yang kelam. Sorotan cahaya mulai menyinari dari balik kelabu surya terlihat seperti suatu pantulan yang tak terasa membeda. Dengan gerombolan suara aku bertemu untuk meyakinkan diriku melangkah demi sebuah rasa penasaran.
Tubuhku terbawa dengan jalan langkah yang menembus gelapnya jalan yang kuhampiri. Menuju sumber cahaya terang nan redup. Ujung jalan terlihat seperti sebuah jembatan penghubung dari suatu kegelapan menuju ke tempat yang lebih terang dengan hawa yang terasa di dalam dada seperti ada penyejuk yang entah datang dan tertuju kemana.
Terlihat samar dari kejauhan sepasang muda mudi bergandengan melintasi sebuah jembatan bertali yang menghubungkan kegelapan dan sisi lainnya. Mereka berpegangan tangan menjadikan pemandangan yang romantis di kala kebingungan menyeruak dalam diriku. Mereka berjalan hingga berhenti di tepian ujung jembatan. Memalingkan pandangan menatap kedua mataku. Aku ter-heran dengan tampang dan wajah mereka. Serasa dekat tapi tak pernah melihat, serasa hangat tapi terasa jauh di lihat. Banyak Tanya yang mestinya aku bisa tujukan pada ibu. Hingga aku teringat akan kepergian-nya yang telah membuat luka dalam hatiku. Luka yang tak bisa lagi di hapuskan oleh sebuah kata maaf.
Mereka berdua seolah sedang memperhatikan diriku dari jarak itu. Memandang kosong menatap diriku. Aku ter-heran dengan apa yang sebenarnya mereka lihat dari sisiku. Hingga tanya itu kian membuat diriku penasaran tentang siapa mereka?. Pertanyaan berputaran di kepala ditambah aku merasakan sedang di tarik kembali menuju kegelapan yang pekat meninggalkan mereka berdua di ujung jalan jembatan.
Mataku terbuka sipit. Memandang cahaya yang datang menembus kaca dai balik kain gorden yang menghalanginya. Tanganku secara spontan mengucek beberapa kali untuk membantu membuka mata melebar. Cahaya yang begitu terang dan di ikuti hembusan angin sejuk membuat diriku seolah berfikir ini masih berada dalam alam mimpiku. Merindukan sosok ibu yang entah sekarang pergi kemana. Pikiran bercampuran ketikan diriku terbangun mengambil posisi duduk sambil meletakkan salah satu tangan di belakang menopang beratnya badan dan satunya masih mengucek mata yang terlihat berat untuk terbuka.
Dalam diam,aku berfikir akan ibu yang terlantar lemas sambil tertusuk sebuah benda tajam yang menghujani dirinya. Seketika teringat dan kesedihan membanjiri hatiku. Memohon bahwa itu semua hanyalah mimpi yang aku alami kala ini.